Taruna STIP
Budaya Kekerasan di STIP Jakarta Sulit Hilang, Syaiful Huda: Harus Ada Evaluasi Total
Kematian taruna STIP Jakarta, Putu Satria Ananta, bikin geger, karena dianiaya senior. Anggota DPR pun bereaksi minta diaudit total.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, milik Kementerian Perhubungan (Kemenhub), bagi sebagian orang dianggap sebagai kampus yang menyeramkan.
Sebab, perilaku taruna di STIP Jakarta terkadang sadis, hingga bikin orang merinding mendengarnya.
Baca juga: Pesan Putu Satri Sebelum Tewas Ditangan Senior STIP Jakarta, Sang Ibu Minta Tolong Presiden
Terbaru, taruna junior Putu Satria Ananta tewas dianiaya oleh sejumlah senior.
Kasus ini pun heboh hingga Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi turun tangan dengan memecat Direktur atau Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Ahmad Wahid.
Menyikapi hal itu, Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, turut berkomentar.
Politisi PKB itu ingin ada evaluasi total di tubuh STIP Jakarta, sebab kasus kekerasan ini bukan yang pertama kali.
“Tewasnya Putu Satria Ananta mahasiswa STIP Jakarta akibat kekerasan di lingkungan pendidikan tentu menjadi keprihatinan mendalam bagi kita semua," ujarnya dikuyip dari Tribunnews, Jumat (10/5/2024).
Baca juga: Ini Pasal yang Diterapkan kepada Tiga Tersangka Baru dalam Kasus Kematian Mahasiswa STIP
"Apalagi kasus ini bukanlah kasus pertama di lingkungan STIP, maka kami mendesak agar dilakukan audit total agar ada solusi sehingga kasus kekerasan ini tidak kembali terulang,” lanjutnya.
Menurut Syaiful, audit total STIP Jakarta bisa meliputi audit sistem maupun kinerja.
Audit sistem untuk memastikan apakah memang sistem pendidikan STIP menumbuhkan budaya kekerasan, sedangkan audit kinerja untuk memastikan apakah penyelenggara pendidikan benar-benar telah menciptakan zerro tolerance terhadap fenomena kekerasan dalam kampus.
“Audit sistem maupun kinerja STIP Jakarta ini bisa dilakukan lintas sektoral dengan melibatkan pakar maupun elemen masyarakat sipil di bidang pendidikan, sehingga menghasilkan kesimpulan objektif,” katanya.
Huda mengingatkan jika kekerasan di lingkungan STIP Jakarta sudah menjadi budaya yang sulit hilang.
Sejak 2008 misalnya sudah ada empat taruna STIP yang tewas akibat kekerasan senior kepada yunior.
Selain itu dua orang taruna tercatat mengalami gegar otak dan cidera fisik lainnya akibat kasus yang sama.
“Maka sudah selayaknya audit dilakukan agar budaya kekerasan ini tidak terus berulang,” katanya.

												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.