Perang Rusia Ukraina

KBRI Moskow Buka Suara soal Informasi 10 WNI Jadi Tentara Bayaran di Ukraina

Menurut Judha, saat ini perwakilan RI  sedang melakukan penelusuran dan meminta informasi resmi mengenai hal tersebut.

Editor: Feryanto Hadi
afp/daily.co.uk
Ilustrasi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dikawal pasukannya 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kyiv dan KBRI Moskow menanggapi beredarnya informasi soal adanya Warga Negara Indonesia (WNI) yang dilibatkan sebagai tentara bayaran di Ukraina.

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Judha Nugraha menerangkan, sejauh ini pihaknya tidak pernah menerima informasi mengenai aktivitas warga negara Indonesia (WNI) sebagai tentara bayaran.

Ia mengatakan, pihak Kemenlu menerima telah laporan terkait klaim adanya WNI menjadi tentara bayaran tersebut.

Kemenlu RI bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kyiv, Ukraina dan KBRI Moskowa, Rusia juga sudah memeriksa rilis Kemenhan Rusia tersebut.

Baca juga: Temui Menpora Rusia, Menpora Dito Serahkan Surat Titipan Dari Prabowo untuk Presiden Putin

Menurut Judha, saat ini perwakilan RI  sedang melakukan penelusuran dan meminta informasi resmi mengenai hal tersebut.

“Hingga saat ini KBRI Kyiv dan KBRI Moskow tidak pernah menerima informasi mengenai aktivitas WNI sebagai tentara bayaran,” ungkap Judha, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (16/3/2024).

Ia menambahkan,  jumlah WNI yang berada di Ukraina sebanyak 55 orang, termasuk keluarga besar KBRI Kyiv.

Sebelumnya diberitakan, 10 WNI disebut menjadi tentara bayaran Ukraina dalam perang melawan Rusia, berdasarkan data yang diungkap Kedutaan Rusia di Indonesia.

Sebagai informasi, data tersebut bersumber dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia yang menyebutkan 13.387 tentara asing sudah memasuki Ukraina sejak 24 Februari 2022.

Dari belasan ribu tentara asing, Rusia menyebutkan 10 di antaranya merupakan WNI dan 4 orang diklaim tewas dalam medan pertempuran.

Rusia juga mengeklaim bahwa 5.962 tentara asing yang direkrut sudah tewas di medan perang, dikutip dari Antara, Jumat (15/3).

Sementara, Duta Besar Ukraina di Jakarta, Vasyl Hamianin menuding Rusia sering mengatakan kebohongan selama perang dengan Ukraina.

Menurut Vasyl, selama ini justru Rusia yang terbukti menggunakan warga negara asing dan tentara bayaran untuk menyerbu Ukraina.

Meskipun demikian, baik pihak Rusia maupun Ukraina, keduanya sama-sama memperbolehkan warga negara asing untuk berperang membantu masing-masing pihak.

Bukan prajurit TNI

Sementara itu TNI memastikan, 10 tentara bayaran dari Indonesia yang disebut berada di Ukraina dan ikut berperang dengan Rusia bukanlah prajurit TNI.

"Tidak benar (prajurit TNI jadi tentara bayaran di Ukraina)," kata Kapuspen TNI, Mayjen Nugraha Gumilar saat dikonfirmasi, Jumat (15/3/2024).

Nugraha menjelaskan, dalam TNI tidak mengenal adanya prajurit yang bertindak untuk menjadi tentara bayaran.

"Di dalam organisasi TNI tidak mengenal tentara bayaran dan dalam UU TNI tidak mengatur tentang tentara bayaran," katanya.

Bohong

Sedangkan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, merespons soal daftar dan jumlah tentara bayaran yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia.

Menurut Vasyl apa yang dikatakan oleh pihak Rusia hanyalah kebohongan belaka.

"Ini merupakan informasi dari Kementerian Rusia mengenai warga Indonesia. Bagaimana saya bisa berkomentar? Mungkin lebih baik jika tanyakan pada orang lain?" Kata Vasyl.

Vasyl mengatakan bahwa setiap pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Rusia sangat tidak layak untuk dipertimbangkan.

Baca juga: Wagner Tentara Bayaran Rusia Paling Ditakuti, Dulu Serang Ukraina Kini Lawan Presiden Vladimir Putin

"Rusia hanya menyebar kebohongan, silakan tanya mereka di mana fakta dan buktinya. Pembohong," tegas Vasyl.

Kim Jong Un Berencana Turun Gunung Bantu Rusia

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un disebut akan turun gunung bantu Rusia hadapi Ukraina.

Rencananya, Kim Jong Un akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada September ini untuk membahas pengiriman senjata melawan Ukraina.

Dikutip dari Tribunnews.com, Korea Utara telah berjanji akan memasok Rusia dengan peluru artileri dan rudal antitank.

Hal itu sebagai bentuk imbalan atas teknologi canggih Moskow untuk satelit dan kapal selam bertenaga nuklir.

Selain membahas pengiriman senjata, Korea Utara dan Rusia diyakini akan mengadakan latihan gabungan Angkatan Laut yang telah direncanakan sejak dulu.

Latihan gabungan itu juga sebagai bentuk kecaman setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan mengadakan latihan militer secara rutin, yang diklaim Korea Utara sebagai persiapan perang melawannya.

Baca juga: Wagner Tentara Bayaran Rusia Paling Ditakuti, Dulu Serang Ukraina Kini Lawan Presiden Vladimir Putin

Sebelumnya Amerika Serikat juga sudah meminta Korea Utara agar tidak menjual senjata apapun ke Rusia.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pihaknya merasa prihatin dengan potensi kesepakatan senjata antara Rusia dan Korea Utara.

“Kami mendesak Korea Utara untuk menghentikan perundingan senjata dengan Rusia dan mematuhi komitmen publik yang telah dibuat Pyongyang untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Moskow,” kata Kirby.

Kirby yakin bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah mencoba melobi Pyongyang untuk menjual amunisi artileri ke Moskow ketika ia mengunjungi Korea Utara dan bertemu dengan Kim Jong Un pada Juli lalu.

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved