Satsiber TNI Beberkan Cara Atasi Serangan Digital yang Mengancam Kedaulatan Indonesia

Rentannya keamanan siber, penyalahgunaan data pribadi, disinformasi serta lemahnya literasi digital menjadi problem yang dihadapi Indonesia.

Editor: Eko Priyono
Warta Kota/HO/PT TKMT
ANCAMAN DIGITAL - Komandan Satsiber TNI Brigjen Juinta Omboh Sembiring (kiri) bersama perwakilan PT TKMT di Jakarta, Rabu (12/11/2025). Kedua belah pihak bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan seperti rentannya keamanan siber, penyalahgunaan data pribadi, disinformasi serta lemahnya literasi digital masyarakat menjadi problem yang dihadapi Indonesia dewasa ini. 

WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH - Kedaulatan digital Indonesia kritis. Permasalahan seperti rentannya keamanan siber, penyalahgunaan data pribadi, disinformasi serta lemahnya literasi digital masyarakat menjadi problem yang dihadapi Indonesia dewasa ini.

Hal tersebut dikemukakan Komandan Satuan Siber Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Brigjen Juinta Omboh Sembiring pada "sharing session" Kedaulatan Digital Nasional di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (12/11/2025).

Tantangan berat tersebut membuat Satuan Siber (Satsiber) TNI harus berjuang ekstra dengan mengedepankan peran sentral mereka sebagai perisai pertahanan utama di ranah siber.

"Kami adalah perisai pertahanan di ranah siber yang telah menjadi dimensi pertempuran terbaru. Kami mengamankan aset-aset strategis pertahanan serta mendukung Badan Sandi Siber Negara (BSSN) dalam menjaga kedaulatan siber nasional," kata Juinta melalui keterangan yang diterima, Kamis (13/11/2025).

Menurut Juinta, serangan terhadap kedaulatan digital Indonesia saat ini sangat masif. Pada dimensi fisik, Indonesia diserang metode canggih seperti spionase, sabotase, ransomware, defacement, SQL Injection yang menargetkan infrastruktur informasi vital.

Adapun pada dimensi non-fisik, ancaman datang berupa propaganda hitam, point of shriek, polarisasi, raiding, cheerleading dan framing yang bertujuan menciptakan disinformasi pada masyarakat.

Serangan pada dua dimensi ini dinilai Juinta akan menimbulkan perusakan opini publik yang
terjadi secara simultan, sehingga mengancam pertahanan dan keamanan negara serta
keutuhan NKRI secara menyeluruh.

"Skala ancaman terhadap kedaulatan digital Indonesia saat ini borderless, sangat besar, bersifat menyeluruh dan telah berevolusi menjadi strategi hibrida. Serangan bukan lagi sekadar insiden tunggal, melainkan gabungan dari dua dimensi: fisik (siber teknis) dan non-fisik (perang kognitif)," ujar Juinta.

TNI, lanjut Juinta, tidak bisa menjaga kedaulatan digital seorang diri. Kolaborasi pentahelix yang kuat dengan elemen pemerintah, akademisi, komunitas siber, bisnis (dunia usaha) dan media akan mempercepat kemandirian teknologi serta mengoptimalkan operasi siber. Satsiber TNI pun mengapresiasi salah satu elemen pentahelix yang telah berkolaborasi.

"Kami bangga dan mengapresiasi peran dari PT Tri Kreasi Mandiri Teknologi (TKMT) sebagai sektor swasta professional banyak melakukan R&D (research and development) di bidang siber. Kami melihat mereka memiliki produk unggulan yang tidak kalah dengan produk asing. Kami tertarik untuk berkolaborasi untuk mendapatkan inovasi dalam membangun kemandirian digital," kata Juinta.

Juinta menjabarkan, Satsiber TNI telah memiliki formulasi untuk menjaga kedaulatan digital Indonesia dengan melakukan beberapa langkah strategis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

"Langkah strategis kami fokus pada tiga pilar utama yaitu perlindungan data, penguatan infrastruktur digital serta memastikan ketahanan informasi. Kami juga membangun dan mendorong partisipasi sukarela dari seluruh komponen bangsa termasuk komunitas siber dan akademisi, dalam upaya bersama menjaga kedaulatan siber negara," tutup Juinta.

Baca Wartakotalive.com berita lainnya di Google News

Dapatkan informasi lain dari Wartakotalive.com lewat WhatsApp di sini

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved