Kolom Trias Kuncahyono

Pemilu 2024 di Kompleks KBRI Vatikan Diikuti Biarawati dan Biarawan, Harap Pemimpin Punya Kairos

Pemilu 2024 di KBRI Vatikan diikuti 1.601 orang pemilih, sebagian besar biarawati dan biarawan. Pesan Paus: Jangan paksanakan demokrasi barat.

Editor: Suprapto
Foto Erick/Trias Kuncahyono untuk Wartakotalive.com
Pemilu 2024 di KBRI Vatikan diikuti 1.601 orang pemilih, sebagian besar biarawati dan biarawan, termasuk Dubes Takhta Suci Vatikan Trias Kuncahyono beserta keluarga. Paus Fransiskus pernah berpesan agar negara barat jangan memaksakan demokrasi ala mereka di semua negara. 

Kesimpulan pendek itu memiliki tiga implikasi.

Pertama, ‘suara rakyat’: masyarakat adalah penentu akhir siapa yang berkuasa.

Kedua, ‘kontestasi kompetitif’: tidak ada gunanya pemungutan suara publik jika hanya ada satu opsi untuk memilih atau tidak ada kebebasan untuk memilih sesuai hati nurani alias terpaksa atau tertekan.

Dan ketiga, ‘mendapatkan hak untuk memutuskan’: tidak ada gunanya memberikan suara jika kandidat yang berhasil memengangi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang tidak cukup memiliki kemampuan, misalnya.

***

Maka harapannya adalah pemilu yang betul-betul demokratis, jujur, adil, bebas, dan rahasia, katakanlah bisa menjadi semacam kairos, waktu yang luar biasa, waktu yang dinanti-nantikan, waktu yang punya daya dobrak untuk melahirkan perubahan ke kebaikan.

Kairos bisa dikatakan semacam waktu sejarah yang bisa mengubah bahkan menjungkirkan keadaan yang usang dan rusak menjadi keadaan yang total baru.

Kata Romo Sindhunata dalam kairos tersembunyi harapan.

Dan, begitu kairos datang, harapan itu menguak jadi kekuatan yang bisa mengubah masyarakat secara drastis dan revolusioner.

Nah, tentu semua yang memberikan suaranya dalam pemilu–termasuk juga para biarawan dan biarawati di Italia tanpa kecuali–mengharap pemimpin yang terpilih di dalam dirinya ada kairos bukan sekadar kronos.

Kronos berarti waktu berjalan seperti jam ke jam, hari ke hari, minggu, bulan hingga tahun ke tahun.

Apa saja yang menjadi kegiatan di dalamnya, jadwal waktu bagi mereka yang tertib rencana. Dari kata kronos lahir kata kronologis, urut-urutan peristiwa.

Waktu ini akan terus berjalan menurut hukumnya, tidak pernah kembali.

Dan, di dalamnya ada keberhasilan, juga kegagalan; bisa jadi ada kenangan menyenangkan, tapi juga menyedihkan yang mungkin berusaha dikubur.

Selain itu, di sana juga ada penyesalan. Penyesalan karena tak bisa kembali untuk mengubahnya agar menjadi seperti apa yang diinginkan.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved