Berita Nasional

Era Jokowi Utang Indonesia Tembus Rp 8,041 T, Bambang Brodjonegoro Coba Membela, Ini Katanya

Presiden Jokowi berhasil cetak rekor selama memimpin negara ini, namun bukan yang positif, tapi soal kehebatan mencetak utang.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
warta kota/nuril yatul
Prof. Bambang PS Brodjonegoro, Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengatakan, di era Presiden Jokowi utang Indonesia sangat besar dan itu akan diwariskan ke presiden berikut. 

Kenapa utang tambah terus? Karena asal-muasalnya penerimaan kita selalu di bawah pengeluaran.

Utang hanya bisa turun kalau penerimaan surplus. Sementara kita selalu defisit budget.

Mungkin Anda tanya, kalau defisit kenapa enggak dibikin surplus?

Masalahnya, kita itu adalah negara yang masih upper middle atau masih perlu tumbuh.

Bagian dari pertumbuhan, boosting (meningkatkan) tadi kan adalah investment (investasi).

Investment bisa datang dari sektor privat, dari dalam luar negeri, dan dari pemerintah.

Nah investasi pemerintah inilah, karena pemerintah juga sudah punya kewajiban, selain membayar gaji pegawai, memberikan bantuan untuk pendidikan, kesehatan, dan banyak fungsi-fungsi dasar yang harus disediakan.

Sehingga untuk investasi emang mau enggak mau harus ada pinjaman. Tapi satu hal yang mungkin masyarakat perlu tahu, bahwa mayoritas sekarang (pemasukan negara) itu dari surat utang.

Dan di dalam surat utang sendiri yang makin membuat kita dalam kondisi baik adalah komposisi pemegang surat utang.

Oktober 2024 Presiden Jokowi akan pensiun dan meninggalkan warisan utang yang luar biasa banyak.
Oktober 2024 Presiden Jokowi akan pensiun dan meninggalkan warisan utang yang luar biasa banyak. (Sekretariat Presiden)

Ada masa di mana pemegangnya cukup besar oleh orang asing, 40 persen asing, 60 persen lokal.

Bayangkan kalau ada tingkat tinggi, kemudian ada capital flow (aliran modal), maka salah satu yang outflow (aliran modal keluar) selain dari pasar saham kan dari pasar obligasi.

Nah yang 40 persen ini kalau kemudian bergejolak, ya Indonesia agak terganggu stabilitasnya.

Sehingga kalau ditanya sekarang komposisinya, ya sudah makin membaik.

Kalau enggak salah sudah 30 persen, berarti lokalnya 70 persen. Artinya, ketergantungan Indonesia ke negara asing sudah semakin kecil.

Terkait fakta pendapatan Indonesia mengalami defisit, apakah siapa pun nanti presiden terpilih akan "membawa" utang?

Sumber: Warta Kota
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved