Pilpres 2024

Jokowi-Prabowo Sudah Bersatu, Nusron Wahid: Cebong-Kampret tak Mau, itu Kendaraan Kebencian Mereka

Nusron Wahid, TKN Prabowo-Gibran, bingung melihat ulah cebong-kamoret saat ini yang tetap eksis, padahal Jokowi dan prabowo sudah bersatu.

Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Muhamad Azzam
Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid mengatakan cebong dan kampret tetap eksis sekarang meski Jokowi dan Prabowo bersatu. Karena istilah tu menjadi kendaraan politik untuk saling membenci. 

Dia meminta agar seluruh pihak hendaknya bersama menghentikan penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang memecah persatuan.

"Capek kita kalau ingat 2019, cebong dan kampret. Sesama saudara saling bermusuhan," kata Syarief dalam diskusi Pemilu 2024 Sejuk Tanpa Hoaks, Ujaran Kebencian, dan SARA di Jakarta, Jumat (13/10/2023).

Syarief meminta, narasi dalam berkampanye tidak membawa-bawa isu agama yang dapat memecah belah kebangsaan dan permusuhan.

"Masyarakat kita jejali informasi fakta dan prestasi. Tak ada narasi menjatuhkan, rekam buruk orang atau calon lain, apalagi ujaran kebencian dengan bawa-bawa agama," tegasnya.

Namun demikian, mencegah hoaks dan fitnah merajalela, lanjut Syarif, bukan tugas satu pihak saja.

Melainkan seluruh pihak wajib memberi edukasi kepada masyarakat. Termasuk melalui diskusi publik semacam ini.

"Apalagi tukang ayam, tukang jamu, udah main Instagram, Twitter, dan Facebook. Ini ruang media sosial harus disterilkan," ujarnya.

Prabowo Subianto dan Jokowi saling tertawa setelah bersatu di Pilpres 2024.
Prabowo Subianto dan Jokowi saling tertawa setelah bersatu di Pilpres 2024. (Kompas.com)

"Dulu ada bandar dan juragannya. Sekarang semoga sudah tidak ada para provokator di media sosial," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas meminta publik tak terpancing menyebar hoaks dan ujaran kebencian selama proses Pemilu 2024.

"Hoaks dan ujaran kebencian ini menarik. Narasi dan judulnya dibikin heboh. Kalau tak menarik, tak akan memancing publik," ujarnya.

"Masalahnya masyarakat kita tidak melalukan kroscek kebenaran seluruh berita," imbuh Fernando.

Dikatakan, hoaks dan fitnah tujuannya jelas untuk menjatuhkan lawan.

Masalahnya, efek dari kerjaan tim sukses calon ini mengundang permusuhan antara pendukung dan segregasi di tengah masyarakat.

Fernando menyarankan, mestinya, persaingan politik saat ini meningkatkan narasi kelebihan calonnya. Bukan mendowngrade lawan politiknya.

Tinggalkan pola negative campaign apalagi black campaign.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved