Spesialis Perawat Onkologi Langka di Indonesia, FIK Universitas Indonesia Baru Punya Lulusan Pertama

Spesialis perawat Onkologi masih langka di Indonesia. Sementara dibutuhkan minimal satu orang spesialis perawat onkologi di setiap rumah sakit.

Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: Junianto Hamonangan
Pixabay
Ilustrasi perawat saat mengambil darah untuk pemeriksaan pasien kanker 

"Hal ini dapat dicapai dengan memperkuat proses onboarding Spesialis Keperawatan Onkologi saat lulus, salah satunya adalah melalui program collaborative care yang disusun perawat beserta mitra di rumah sakit tempat mereka bekerja,”jelasnya lebih lanjut.

Baca juga: Timnas AMIN Tegas Menolak RUU DKJ, Kasihan Warga Jakarta Tidak Bisa Tentukan Nasibnya Sendiri

Direktur Penyediaan Tenaga Kesehatan, Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Hj. Oos Fatimah Rosyati, M.Kes menyambut baik perkembangan kemitraan.

“Percepatan pemenuhankebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia memerlukan keterlibatan semua pihak. Oleh sebab itu, kami sangat menghargai dan mendukung upaya yang dilakukan Roche, FIK-UI, Dharmais dan Himponi untuk penguatan tenaga perawat onkologi, apalagi,saat ini kanker merupakan salah satu prioritas Pemerintah,” ujarnya.

“Kami senang kemitraan yang diinisiasi Roche bersama para mitra kerja mulai membuahkan hasil ditandai kelulusan pertama para penerima beasiswa tenaga spesialis keperawatan onkologi. Capaian ini menunjukkan komitmen yang kuat dari seluruh mitra kerja untuk berkontribusi dalam mengurangi beban kanker dan meningkatkan hasil penatalaksanaan kanker," ujar Ait-Allah Mejri, Presiden Direktur Roche Indonesia.

Sementara itu Dekan FIK-UI, Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N mengatakan, spesialis keperawatan onkologi merupakan jenjang profesi baru di Indonesia. 

Oleh sebab itu, sangat penting dibangun ekosistem yang mendukung pengembangan para tenaga spesialis ini agar memberikan peluang untuk menerapkan keahlian mereka serta sangat penting adanya regulasi yang mendukung pengembangan profesi.

dr. R. Soeko W. Nindito D., MARS, Direktur Utama Pusat Kanker Nasional Dharmais mengatakan, diperlukan sebuah standar untuk rumah sakit yang memiliki layanan kanker.

Tidak hanya perbaikan dari infrastruktur, tetapi juga melalui sumber daya manusia yang berkualitas.

Salah satunya adalah dengan menghadirkan Spesialis Keperawatan Onkologi. 

Harapannya Spesialis Keperawatan Onkologi dapat menjadi mitra strategis dalam
layanan kanker.

Kolaborasi pengembangan tenaga spesialis perawat onkologi juga mendapatkan sambutan positif, ditandai dengan akan dibukanya Program Studi Spesialis Keperawatan Onkologi di Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Baca juga: Diminta Kaesang Mundur dari PSI, Ade Armando: Karena Saya Caleg Tidak Bisa Dipecat, Terhalang Aturan

dr.Ahmad Hamim Sadewa, P.hD, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM menjelaskan, FKKMK UGM mendukung penuh rencana strategis Kementerian Kesehatan untuk mempercepat pertumbuhan spesialis perawat onkologi di Indonesia.

"Harapannya kami dapat menghasilkan banyak perawat berkualitas sehingga dapat mendukung tatalaksana kanker di Indonesia untuk menjadi lebih baik," ujar drm Ahmad.

Dr. Kemala Rita Wahidi, SKp., Sp.Kep.Onk., ETN., MARS., FISQua, Kepala Bidang Pendidikan & Pelatihan Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (Himponi) menjelaskan,

“Merupakan tanggung jawab organisasi profesi untuk meningkatkan kualitas perawat yang bekerja di layanan onkologi. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan seluruh pihak untuk Spesialis Keperawatan Onkologi agar dapat bersinergi dengan para mitra oncologist, lain, dalam memberikan asuhan-pelayanan kanker dalam konsep patient center care, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pasien kanker.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved