Pilpres 2024

Hasto tak Lagi Sindir Jokowi, Eks Politisi PDIP: Perannya Selalu Dikerdilkan dan tak Dihargai

Mantan politisi PDIP, Roy Maningkas, menyatakan elit PDIP melakukan kesalahan besar terhadap Jokowi, yakni mengerdilkan perannya.

Editor: Valentino Verry
HO
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kerap menyebut Jokowi sebagai petugas partai, dan tak mengakui kontribusinya buat PDIP, membuatnya melakukan pemberontakan nyata di Pilpres 2024. 

Menurut mantan sekretaris PDIP Sulawesi Utara, itu sebuah kekeliruan.

Sekretaris TPN Ganjar Mahfud MD sekaligus juga Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sekarang sudah tak lagi menyebut Jokowi dengan petugas partai, namun mengakui sebagai Presiden RI.
Sekretaris TPN Ganjar Mahfud MD sekaligus juga Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sekarang sudah tak lagi menyebut Jokowi dengan petugas partai, namun mengakui sebagai Presiden RI. (WartaKota/Alfian Firmansyah)

Seharusnya Jokowi dianggap sebagai partner PDIP, karena telah membawa partai itu keluar dari keterpurukan.

"Kehadiran Jokowi di PDIP menambah jumlah pemilih baru dan meyakinkan pemilih lama untuk tetap mendukung PDIP," katanya, Kamis (23/11/2023).

Roy mengungkapkan bahwa hubungan Jokowi dan PDIP sesungguhnya saling membutuhkan dan saling menguntungkan.

"Berbeda dengan kami-kami yang sejak tahun 1980 sampai orde baru sudah jadi kader ideologis partai PDI, dan sejak mahasiswa sudah mengerti gerakan mahasiswa dengan pemahaman marhenis, mungkin kalau kami-kami bolehlah dibilang petugas partai," katanya.

Menurut Roy, harusnya PDIP memberikan posisi terhormat di struktur partai, kenyataannya Jokowi hanya anggota biasa.

Menurut Roy, sejak menjadi wali kota Solo hingga jadi presiden, Jokowi terus dikerdilkan peran serta kontribusinya terhadap kemenangan PDIP oleh para elite partai tersebut.

“Apakah PDIP masih akan bertahan seperti sekarang ini kalau tidak ada faktor Jokowi?" ujarnya.

"Jujur saja, jika dari awal Jokowi tidak memberi manfaat bagi PDIP, pasti beliau sudah ditendang keluar dari partai,” tegas Roy.

Faktor Jokowi selama ini dianggap seolah tidak signifikan buat PDIP oleh sebagian elite partai.

Padahal faktanya, rakyat memilih PDIP hingga menjadi partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut karena Jokowi.

“Bu Mega saja yang punya partai dua kali kalah pilpres tahun 2004 dan 2009 di era rakyat memilih langsung," ujarnya.

"Artinya rakyat sebagai pemilik suara menjadikan Jokowi sebagai pertimbangan utama untuk memilih presiden dan kemudian PDIP sebagai partai pendukungnya,” imbuh Roy.

Menurut Roy, wajar jika akhirnya Jokowi melakukan pemberontakan untuk menjamin melanjutkan program dan visi besarnya sebagai presiden.

Kata Roy, Jokowi sebagai orang yang luar biasa sabar. Namun, tekanan elit PDIP sangat keras.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved