Kolom Trias Kuncahyono
Cerita Kapel Penyimpanan Relikui Peninggalan Orang Kudus, Dubes RI di Vatikan Langsung Merinding
Dubes RI di Vatikan langsung merinding begitu masuk Kapel yang menjadi tempat penyimpanan relikui, peninggalam orang kudus.
Jadi ini adalah sebuah pengalaman yang berdimensi spiritual. Ini sebuah pengalaman yang benar-benar tak terlukiskan.
Baca juga: Dapat Beasiswa di Vatikan, Deni Iskandar Cerita Ada Lembaga Kajian Islam Lengkap dengan Kitab Kuning
Baca kumpulan tulisan Trias Kuncahyono KLIK DI SINI

Sebenarnya keterangan Otto itu untuk menjelaskan perjumpannya dengan “Yang Transenden.” Yang Transenden itu tampak sebagai suatu “a mysterium tremendum et fascinans.”
Yakni, misteri yang bagi manusia sekaligus “menggetarkan dan menarik”; sebagai sosok yang membangkitkan rasa kagum, dan yang pengasih dan penuh kasih sayang; yang menolak sekaligus menarik.
Dengan kata lain, “Yang Kudus” itu di dalamnya muncul aspek numinus yang menakutkan dan membebani.
Tapi sekaligus membuat manusia tertarik pada kemuliaan, keindahan, kualitas yang menawan, serta kekuatan transendensi yang membawa berkat, penebusan, dan keselamatan (brittanics.com).
***
Pengalaman masuk ke kapel tempat bersemayamnya relekui itu, sampai pada suatu kesimpulan kecil: para pemimpin pun–pemimpin dalam segala bidang, tidak hanya pemerintahan– idealnya harus pula memilili sifat “tremendum et fascinosum.”
Kata Romo Magnis Suseno, politik itu juga “menggentarkan sekaligus menarik.”
Demikian pula pemimpin. Ia semestinya menggentarkan hati, membuat takut, memberikan perbawa (daya yang terpancar dari sifat luhur; keluhuran), tetapi sekaligus memesona, menawan, “merak ati”, menarik hati sehingga mereka yang dipimpin sekaligus mencintainya, mengaguminya, menghormatinya, dan ingin selalu didekatnya.
Kata Rhenald Kasali, saat ngobrol bersama dengan puluhan para biarawan-biarawati di KBRI Vatikan, hal itu terjadi bila pemimpin itu berkarakter.
Artinya memiliki Integrity, responsibility, forgiveness, dan compassion.
Maka benar kata Martin Luther King Jr, “Darkness cannot drive out darkness; only light can do that. Hate cannot drive out hate, only love can do that.”
Dan, hanya pemimpin yang “tremendum et fascinosum”, yang berkarakter saja yang akan mampu membawa kelompok, organisasi, atau negara mencapai dan mewujudkan cita-cita yang digariskan sejak awal.
Karena ia bukanlah kegelapan, tapi terang bagi banyak orang, bagi bangsa dan negaranya.
Itu seperti kapel tempat penyemayaman banyak relikui, menggetarkan sekaligus menarik, dan menenteramkan. ***
Tulisan ini dikutip atas seizin penulisnya dari https://www.triaskredensialnews.com/kredensial/cerita-dari-kapel/
Trias Kuncahyono, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Takhta Suci, berkedudukan di Vatikan.
Vatikan Negara Pertama di Eropa Akui Indonesia Merdeka, Berawal dari Surat Albertus Soegijapranata |
![]() |
---|
Paus Fransiskus Sebut Demokrasi sedang Terancam, Bedakan Vox Populi dan Vox Diaboli |
![]() |
---|
Pemilu 2024 di Kompleks KBRI Vatikan Diikuti Biarawati dan Biarawan, Harap Pemimpin Punya Kairos |
![]() |
---|
Tak Ada Lagi Sirkus saat Paus Fransiscus Beri Pesan dan Berkat Urbi et Orbi di Piazza San Pietro |
![]() |
---|
Bu Megawati Soekarnoputri dan Paus Fransiskus Bahas Perang dan Perubahan Iklim |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.