Pilpres 2024

Jokowi Disebut Langgengkan Kekuasaan Lewat Gibran Buntut Masalah dengan PDIP dan Megawati

Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan dapat sorotan karena dinilai memiliki masalah pribadi dengan PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri.

HO
Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan dapat sorotan karena dinilai memiliki masalah pribadi dengan PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan mendapat sorotan. 

Pasalnya sang putra sulung, Gibran Rakabuming Raka yang maju di Pilpres 2024 sebagai cawapres Prabowo Subianto usai putusan Mahkamah Konstitusi (MK). 

Hal tersebut tentu saja berseberangan dengan PDI Perjuangan (PDIP) yang sudah menentukan Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai capres-cawapres di Pilpres 2024

Kondisi tersebut membuat Jokowi disebut mempunyai masalah pribadi dengan PDI Perjuangan (PDIP) termasuk dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo, menyayangkan sikap Jokowi jika memang langkah politiknya saat ini merupakan tindakan atas persoalan personalnya dengan Megawati.

Baca juga: Pilpres 2024, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka Komit Wujudkan Indonesia Emas 2045

Kata dia, tidak sewajarnya Presiden Jokowi melakukan hal demikian yang justru memiliki dampak bagi demokrasi Indonesia.

"Jangan hal yang sifatnya pribadi yang personal ini kemudian masuk ke ruang ruang publik kemudian bahkan membajak ruang publik untuk kemudian memastikan atau melakukan upaya upaya politik," kata Ari saat diskusi di Kantor Para Syndicate, Jakarta, Jumat (3/11/2023).

Langkah tersebut justru membuat Jokowi mendapat stigma negatif dari masyarakat terkait isu melanggengkan kekuasaannya sebagai presiden. 

Hal itu setelah Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo sebagai upaya melanggengkan kekuasaan secara tidak langsung. 

"Bahkan kejatahan politik dan kejahatan hukum untuk kemudian melanggengkan atau memperpanjang terus kekuasaannya yang mungkin tidak oleh dirinya (Jokowi), namun kemudian oleh anaknya," kata dia.

Baca juga: Pilpres 2024, Prabowo-Gibran Dinilai Paling Banyak Dipilih Pengguna Medsos TikTok dan Instagram

Atas hal itu, jelang Pilpres 2024 ini, Ari meminta adanya keterlibatan dari koalisi masyarakat untuk ikut mengawal proses tahapan pemilu kali ini, demi menjamin netralitas dan integritas dari kepala negara tersebut.

"Dan semoga ini menjadi refleksi kita bersama bagaimana soal netralitas ini sangat penting karena memang pertaruhannya soal legitimasi proses pemilu dan legitimasi hasil pemilu," tukas Ari.

Diberitakan, Langkah politik Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) belakangan ini tengah mendapat sorotan dari publik secara luas.

Sikap Presiden Jokowi sebagai Kepala Negara saat ini tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan publik termasuk dengan narasi ingin menelurkan dinasti politik untuk melanggengkan kekuasaan.

Puncaknya ada pada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), yang dipimpin secara langsung oleh adik ipar Jokowi, Anwar Usman. Dimana, putusan itu menjadikan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka bisa melenggang maju di Pilpres sebagai cawapres Prabowo Subianto.

Baca juga: Dituding Putusan MK Hanya Demi Loloskan Gibran, Anwar Usman: Baca Mendalam Pertimbangan Hukumnya

Menyikapi hal itu, Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo menyatakan, sejatinya ada dua faktor yang mengakibatkan Presiden Jokowi seperti saat ini.

Poin pertama yakni terkait dengan masa depan Ibu Kota Nusantara (IKN) jika Jokowi tak lagi menjadi presiden.

"Satu, soal kegelisahan dan kerisauan Presiden Pak Jokowi, ketika dia setelah tidak jadi presiden bagaimana IKN, bagaimana memastikan bahwa peluang bonus demografi itu bisa kita dapat sehingga Indonesia bisa keluar dari middle income trap sehingga menjadi negara maju," kata Ari saat diskusi di Kantor Para Syndicate, Jakarta, Jumat (3/11/2023).

"Itu kan selalu diucapkan oleh Pak Jokowi. Itu adalah sebuah bawah sadar yang mungkin siapa dia menyangsikan semua ya. Jadi saya mengatakan itu mungkin salah satu sebab," sambungnya.

Kondisi kedua yang diduga oleh Ari menjadi penyebab Presiden Jokowi seperti saat ini adalah adanya personal individu dengan PDI Perjuangan serta Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri.

Terlebih belakangan ini, hubungan Presiden Jokowi dengan Megawati tengah diisukan renggang.

"Di samping juga ada bumbu-bumbu soal mungkin kekesalan atau konflik atau kekesalan atau kesebalan yang sifatnya personal dengan PDI Perjuangan atau Bu Mega," tutur dia.

Atas kedua kondisi itu, Ari memperkirakan kalau sikap Jokowi saat ini yang notabenenya sebagai Kepala Negara justru terlihat tengah memaksakan suatu upaya.

Bahkan kata dia, langkah politik Presiden Jokowi saat ini sudah keluar dari jalur demokrasi yang dikedepankan bangsa Indonesia.

"Jadi mungkin itu kerisauan Pak Jokowi sehingga dia mengambil jalan pintas keluar dari rel demokrasi pada saat setahun, menjelang satu tahun terakhir masa jabatan beliau berakhir," tandas Ari.

(Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved