Berita Internasional

Mantan Presiden AS Barack Obama Kecam Israel yang Tutup Akses ke Jalur Gaza Palestina

Mantan Presiden AS Barack Obama kecam Israel yang tutup akses ke Jalur Gaza. Kebijakan itu memicu krisis kemanusiaan dan Israel bisa dikucilkan.

Editor: Suprapto
dailymail.co.uk
Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengecam Israel yang menutup akses ke Jalur Gaza. Kebijakan tersebut bisa berdampak pada kemanusiaan dan Israel akan dikecam dunia internasional 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Barack Obama mengecam Israel karena memutus pasokan air dan makanan dari Jalur Gaza, Palestina, yang memicu krisis kemanusiaan.

Meski demikian, mantan Presiden Amerika Serikat tersebut setuju untuk 'melumpuhkan Hamas', meski tetap harus berupaya melindungi warga sipil.

Dalam pandangan Obama, strategi Israel untuk memutus pasokan air dan listrik dari Gaza dapat menjadi bumerang.

Obama menulis dalam sebuah postingan bahwa dia sepenuhnya mendukung seruan Joe Biden, Presiden AS, yang mendukung Israel setelah serangan Hamas.

Serangan Hamas ke Israel tersebut diperkirakan menewaskan 1.400 orang termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua yang tidak berdaya.

Namun, Obama bertindak lebih jauh dibandingkan presiden saat ini dalam mengutuk beberapa tindakan Israel, berdasarkan alasan moral dan strategis.

Biden telah menyerukan agar Israel mengikuti aturan perang, dan mengatakan pekan lalu bahwa dia 'memperingatkan pemerintah Israel agar tidak dibutakan oleh kemarahan' dalam menanggapi serangan Hamas tersebut.

Ada juga laporan bahwa pemerintah telah mendesak Israel untuk mempertimbangkan potensi invasi darat ke Gaza.

Demikian berita terkini Wartakotalive.com bersumber dari dailymail.co.uk Selasa (24/10/2023) ini.

Baca juga: Waspadai Hoaks Konflik Hamas-Israel untuk Kepentingan Pihak Tertentu

Obama Kritik Keputusan Israel

Obama secara eksplisit mengkritik keputusan Israel untuk memutus pasokan air dan energi dari Gaza, sebuah kebijakan yang mendapat kecaman dari badan-badan PBB akhir pekan ini.

Pemerintah telah mengumumkan 'pengepungan' dan menteri energi Israel mengatakan mereka tidak akan membuka keran sampai Hamas membebaskan sandera yang disandera pejuang Hamas ke Gaza setelah serangan berani Sabtu, 7 Oktober 2023.

“Ribuan warga Palestina telah tewas dalam pemboman di Gaza, banyak dari mereka adalah anak-anak. Ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka," tulis Obama.

Keputusan pemerintah Israel untuk memutus pasokan makanan, air dan listrik bagi penduduk sipil yang ditawan tidak hanya mengancam memperburuk krisis kemanusiaan yang semakin meningkat; hal ini dapat semakin memperkeras sikap warga Palestina.

"Tindakan Israel juga mengikis dukungan global serta menguntungkan musuh-musuh Israel, dan melemahkan upaya jangka panjang untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan,' kata mantan Presiden AS tersebut.

Obama kemudian menyerukan strategi yang 'dapat melumpuhkan Hamas dan meminimalkan korban sipil lebih lanjut.'

Israel belum melancarkan potensi invasi darat ke Gaza 17 hari setelah serangan itu, setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan anggota pemerintah persatuannya menyerukan penghancuran Hamas setelah serangan tersebut.

Obama memuji keputusan Israel yang mengizinkan truk bantuan masuk ke Gaza, dan menyebutnya sebagai 'pergeseran' yang 'sebagian didorong' oleh diplomasi di balik layar Biden.

Baca juga: Keras! Anak Gus Dur Kritik Sikap Oportunis Amerika Serikat di Konflik Israel Palestina

Biden menelepon Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi saat kembali dari Israel.

Namun dia menyerukan 'percepatan' pemberian bantuan, dan juga menyerukan keterlibatan para pemimpin Palestina dalam proses perdamaian.

Obama Tolak Anti-Yahudi dan Anti-Islam

Obama menyerukan untuk menentang anti-semitisme 'dalam segala bentuknya, di mana pun', menyusul laporan-laporan mengenai insiden yang terjadi di seluruh dunia.

Obama juga menyerukan untuk menolak 'sentimen anti-Muslim, anti-Arab atau anti-Palestina,' dan menolak untuk 'menggabungkan semua warga Palestina. dengan Hamas atau kelompok teroris lainnya.'

Obama, yang mencapai kesepakatan nuklir Iran yang kontroversial saat menjabat namun tidak melihat kemajuan nyata dalam proses perdamaian Israel-Palestina, mengatakan Israel 'mempunyai hak untuk hidup,' sambil menyerukan 'bahasa yang tidak manusiawi' terhadap rakyat Gaza.

Ia mengatakan warga Palestina juga telah tinggal di wilayah yang disengketakan selama beberapa generasi.

Banyak dari warga Palestina tersebut tidak hanya menjadi pengungsi ketika Israel terbentuk namun terus menjadi pengungsi secara paksa akibat gerakan pemukim yang seringkali mendapat dukungan baik secara diam-diam maupun secara eksplisit dari pemerintah Israel.

Para pemimpin Palestina yang bersedia memberikan konsesi untuk solusi dua negara sering kali tidak menunjukkan hasil apa pun dalam upaya mereka.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved