Pilpres 2024
Prabowo Harus Berpikir Ulang Pinang Gibran, Ini Untung Ruginya versi Pengamat Politik
Bacapres Pabowo Subianto sangat bingung menentukan siapa cawapresnya. Sudah dipilih Gibran, namun ada sejumlah kerugian.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Saat ini publik Indonesia sedang fokus mengikuti perkembangan siapa cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Sebab, hingga kini, Prabowo bersama mitra Koalisi Indonesia Maju (KIM) sedang bingung menentukannya.
Memang, saat ini beredar nama kuat yakni putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka.
Meski banyak ruginya, namun juga keuntungan yang didapat Prabowo.
Baca juga: Ahok ke Gibran Cawapres Prabowo: Anda Wali Kota Baru 3 Tahun Belum Teruji, Ini Urus Negara Loh!
Berikut ini analisa beberapa pengamat politik soal Gibran yang menjadi cawapres Prabowo.
Dosen Ilmu Politic & International Studies Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai banyak kelemahan yang ditemukan jika Prabowo Subianto memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapresnya.
"Mulai dari serangan politik dinasti, tudingan penyalahgunaan kekuasaan untuk mengatur independensi kehakiman, masih terbukanya celah kontroversi mekanisme legal-formal atas implementasi putusan MK hingga membuncahnya kebencian PDIP terhadap keluarga Jokowi, yang membuka ruang bersatunya kekuatan PDIP dengan Koalisi Perubahan di putaran kedua Pilpres 2024 mendatang," papar Umam, Sabtu (21/10/2023).
Dengan kata lain, Umam mengatakan jika Prabowo memaksakan diri memilih Gibran dan tidak berani menjelaskan kepada Jokowi untuk mengambil nama cawapres alternatif yang lain, maka sama saja Prabowo berpeluang terjebak dalam medan "killing ground".
Baca juga: Setara Institute Minta Jokowi Hentikan Nafsu Gibran, Ahok: Jangan Coba-coba, Indonesia Negara Besar!
"Dia akan menjadi sasaran tembak yang terbantai di tangan para kompetitor, rival politik, dan juga kekuatan civil society yang tegas menolak praktik nepotisme dan politik dinasti," kata Umam.
Karena itulah untuk menghindari situasi terjebak itu, Umam menyarankan Prabowo juga mempertimbangkan variabel NU dalam memilih cawapresnya.
"Jika akhirnya Prabowo-Gibran berlayar, meskipun Ketum PBNU Gus Yahya pernah menyatakan pihaknya 'tidak akan jauh-jauh dari Jokowi' terkait Pilpres, namun besar kemungkinan mereka akan kesulitan dan kerepotan betul dalam menjelaskan kepada para kiai, jaringan santri dan basis-basis pesantren untuk memilih pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Gibran yang tidak merepresentasikan kaitan langsung dengan entitas kultural maupun struktural NU," ucapnya.
Umam mengatakan jika Prabowo-Gibran dipaksakan, maka Prabowo akan kehilangan basis dan kekuatan pemenangan di Jawa Timur yang dipercaya sebagai penentu kemenangan Pilpres.
Baca juga: Jelang Penentuan Cawapres Prabowo, Gibran Mendadak ke Jakarta dari Bandara Ahmad Yani Semarang
Diketahui, Prabowo memiliki basis kuat di Jawa Barat dan Banten.
Untuk tampil lebih kompetitif, Umam menilai Prabowo sebaiknya memilih Cawapres yang memiliki basis kekuatan teritorial di Jawa Timur.
"Dalam konteks ini, alternatif nama yang perlu dipertimbangkan adalah Erick Tohir dan Khofifah Indar Parawansa," katanya.
Namun, Umam memahami Erick dianggap sebagai kader naturalisasi NU dan karena itulah proses realisasi dukungan Nahdliyyin-nya juga agak dipertanyakan.
"Karena itu, alternatif pilihan Cawapres bagi Prabowo untuk mendapatkan kekuatan optimalnya salah satunya di Khofifah," ucapnya.

"Apalagi jika nama Khofifah didukung penuh oleh Partai Demokrat dan Partai Golkar yang kian mencoba realistis untuk tidak mengajukan Airlangga," imbuhnya.
"Jika itu dilakukan, Prabowo bisa lepas dari jebakan permainan politik dan tampil lebih kompetitif saat bertarung melawan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai Jawa Tengah bakal jadi medan tempur Hanjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran.
Menurut Agung, selama ini Jawa Tengah merupakan basis utama pendukung Ganjar dan PDIP.
"Secara eksternal, dengan bersama Gibran, otomatis, Jawa Tengah yang selama ini menjadi basis utama Ganjar akan mendapat lawan sepadan dari Gibran," katanya.
Terlebih, kata dia, selama ini suara Prabowo dan Ganjar dalam beberapa hasil survei terpaut jauh.
"Paket Prabowo-Gibran di Jateng dapat semakin meminimalkan selisih dengan Ganjar yang selama ini terpaut terlalu jauh," ujar Agung.
Agung Baskoro pun mengatakan, Gibran dilirik menjadi cawapres Prabowo karena faktornya sebagai anak Presiden Jokowi.
"Secara internal dipilihnya Gibran ini tak lepas dari identitas dirinya sebagai anak presiden," tutur Agung.
Agung menyebut dukungan Presiden Jokowi akan tunggal ke Prabowo bila Gibran akan dipinang menjadi cawapres.
"Dengan bersama Gibran, maka Koalisi Indonesia Maju (KIM) memastikan sepenuhnya dukungan istana tunggal ke Prabowo," ujar Agung.
Terpisah, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, mengatakan Gibran dianggap sebagai sosok representasi dari Presiden Jokowi.
Dengan representasi itu, Gibran dinilai bisa mengalirkan suara dari para pendukung Jokowi untuk beralih ke Prabowo.
"Nama Gibran simbol representasi dukungan dari Pak Jokowi, sebagai ayah dari Gibran. Itu tentu saja penting bagi Prabowo dan juga Gerindra," ucapnya.
"Pemilih Jokowi tahun 2019 mulai beralih dan meningkat mendukung Prabowo," imbuhnya.
Bawono pun mengatakan Gibran menjadi angin segar bagi KIM.
Gibran dinilai bisa menjadi titik temu dari kepentingan partai-partai politik di KIM.
Pasalnya, masing-masing partai pengusung Prabowo mengusulkan satu nama untuk menjadi bakal calon wakil presiden.
Hal ini dapat menyebabkan deadlock atau kebuntuan di tengah koalisi partai.
"Ini akan menjadi titik temu dari kepentingan partai-partai politik di koalisi Prabowo," ujarnya.
"Kalau menggandeng Airlangga Hartarto tentu Golkar senang, tapi bagaimana dengan Partai lain seperti PAN, PBB dan lainnya. Begitu pula kalau yang diusung, Erick hingga Yusril. Sehingga tidak akan bertikai dan akan solid melangkah pada Februari 2024," kata Bawono.
Selain keuntungan, tentu akan ada dampak negatif bila Gibran jadi Cawapres Prabowo Subianto.
Dampak negatif akan terjadi kepada Jokowi yang dianggap melanggengkan politik dinasti.
Selain itu, hubungan Jokowi dan PDIP pun akan renggang jika Gibran merapat ke kubu Prabowo Subianto.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai wacana duet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka berpotensi menimbulkan citra negatif bagi Presiden Joko Widodo.
"(Duet Prabowo-Gibran) memang akan mengundang narasi negatif terhadap publik, banyak yang menilai negatif kepada Gibran dan Presiden Jokowi. Kenapa Jokowi memasangkan Gibran sebagai cawapres?" kata Ujang.
Menurutnya, Jokowi harus menghindari kondisi tersebut agar tidak dianggap melanggengkan dinasti politik.
Selain itu, kata dia uji materi UU Pemilu terkait batas usia capres-cawapres akan dianggap hanya untuk mengakomodir putra Sulung Presiden Jokowi, Gibran.
"Ada tuduhan dari publik kepada MK bahwa bukan the guardian of constitution, tapi guardian keluarga Jokowi," tegasnya.
Untuk itu, Ujang berharap Jokowi dapat menghindari hal tersebut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs, Ahmad Khoirul Umam menilai hubungan PDIP dan Jokowi akan renggang bila Gibran jika jadi cawapres Prabowo.
"Pencawapresan Gibran bisa menciptakan 'perang bubat' antara kubu Prabowo dengan PDIP yang lagi-lagi akan merasa dikhianati, dilangkahi dan diabaikan oleh keluarga Jokowi (Joko Widodo)," kata Umam dalam keterangannya dikutip, Selasa (10/10/2023).
Umam memprediksi PDIP akan mengevaluasi total keanggotaan Jokowi, Gibran, dan Bobby Nasution bila Gibran menjadi cawapres Prabowo.
"Jika Gibran menjadi cawapres Prabowo, besar kemungkinan PDIP akan melakukan evaluasi total terhadap status relasi dan keanggotaan Gibran, Boby, dan juga Jokowi sendiri di PDIP," ujarnya.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Tim Sinkronisasi Prabowo-Gibran Tegaskan Pemangkasan Makan Bergizi Rp 7.500 Cuma Isu |
![]() |
---|
Gibran Mundur dari Wali Kota Solo, Mardani Ali Sera Sebut Perlu Banyak Menyerap dan Siapkan Diri |
![]() |
---|
Menko PMK Muhadjir Sebut Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Sudah Dibahas Dalam Rapat Kabinet |
![]() |
---|
AHY Dukung Prabowo Tambah Pos Kementerian dan Tak Persoalkan Berapa Jatah Menteri untuk Demokrat |
![]() |
---|
Prabowo-Gibran Ngopi Santai di Hambalang, Gerindra: Sangat Mungkin Bahas Format dan Formasi Kabinet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.