Konflik Rempang

Isak Tangis Warga Rempang Mohon Polisi Bebaskan Keluarga Mereka, Menteri Bahlil Menolak

Puluhan orang yang sebagian besar kaum ibu dan perempuan warga Rempang mendatangi Mapolresta Barelang Batam, sambil menangis pada Selasa (3/10/2023).

TribunBatam
Puluhan orang yang sebagian besar kaum ibu dan perempuan mendatangi Mapolresta Barelang Batam, pada Selasa (3/10/2023). Mereka adalah keluarga dari 30 orang yang ditahan polisi terkait demo ricuh di kantor BP Batam terkait penolakan relokasi mereka dari Pulau Rempang. Sambil menangis sesama keluarga yang ditahan polisi itu saling berkeluh kesah. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Puluhan orang yang sebagian besar kaum ibu dan perempuan mendatangi Mapolresta Barelang Batam, pada Selasa (3/10/2023). 

Mereka adalah keluarga dari 30 orang yang ditahan polisi terkait demo ricuh di kantor BP Batam terkait penolakan relokasi mereka dari Pulau Rempang.

Sambil menangis sesama keluarga yang ditahan polisi itu saling berkeluh kesah.

"Siap jenguk ini, terus nunggu hasil surat penangguhan penahanan yang kami ajukan ke Kapolres," ujar seorang penjenguk yang anggota keluarganya ditahan.

Masita (27), satu di antara penjenguk itu, mengungkapkan harapannya agar sang suami dibebaskan.

"Kepada Pak Kapolres, tolong pak. Bebaskanlah suami saya. Suami saya tulang punggung keluarga, anak kami 3, bagaimana kami cari makan kalau tak ada suami. Bagaimana nasib kami ke depannya kalau tak ada yang mencari nafkah," kata Masita saat ditemui Tribun Batam di halaman Mapolresta Barelang.

Masita warga Rempang, suaminya ditahan polisi 837376
Masita warga Rempang, suaminya ditahan polisi. Puluhan orang yang sebagian besar kaum ibu dan perempuan mendatangi Mapolresta Barelang Batam, pada Selasa (3/10/2023). Mereka adalah keluarga dari 30 orang yang ditahan polisi terkait demo ricuh di kantor BP Batam terkait penolakan relokasi mereka dari Pulau Rempang. Sambil menangis sesama keluarga yang ditahan polisi itu saling berkeluh kesah.

Baca juga: Relokasi Paksa, Anak-anak Rempang Alami Masalah Kejiwaan dan Perilaku, Pemerintah Tutup Mata

Masita datang bersama tiga anaknya. Dua di antaranya kembar dan saat ini berusia tiga tahun.

Sambil berurai air mata, Masita menceritakan nasib keluarganya setelah sang suami ditahan polisi.

Padahal kata Masita, suaminya hanya berjuang untuk mempertahankan tempat tinggal mereka.

"Kami di rumah tidak tahu mau berbuat apa. Saya tidak tau mau kerja apalagi untuk mencukupi kebutuhan anak kami,'' katanya.

Sambil menyeka air matanya, Masita mengaku setiap hari datang ke Polres. 

"Anak saya selalu cari bapaknya," katanya.

Masita mengaku bingung menjawab pertanyaan anaknya.

"Anak saya yang kembar ini yang setiap malam selalu tanya bapaknya," katanya dengan suara bergetar.

"Kami datang rombongan," katanya sambil berlalu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved