Pilpres 2024

Soal Capres Ganteng dan Bermulut Manis, Menteri Agama Yaqut Cholil Abaikan PKB tapi Taat pada Kiai

Menteri Agama Yaqut Cholil menegaskan saat ini dia masih pengurus DPP PKB. Dia hanya patuh pada Dewan Syuro dan para kiai terkait polemik dengan PKB.

Editor: Rusna Djanur Buana
TribunTangerang/Gilbert Sem Sandro
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menegaskan dia hanya taat dan patuh pada kiai.

Gus Yaqut justru mempertanyakan apa wewenang dan hak pengurus PKB memanggil dan mendisiplinkannya.

Perseteruan antara Gus Yaqut dan PKB makin memanas setelah Ketua Umum GP Ansor itu memberi pencerahan kepada masyarakat terkait Pilpres.

Dalam sebuah forum, Gus Yaqut meminta agar masyarat tidak memilih pemimpin hanya karena wajah tampat dan bermulut manis.

Menag Yaqut sebelumnya mengingatkan umat Buddha agar melihat rekam jejak calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.

Yaqut mengungkapkan hal itu dalam sambutannya saat menghadiri acara doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah.

Komentar itu menyinggung PKB. Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, pernyataan dari seorang Menag tersebut sejatinya tidak patut diungkapkan.

Baca juga: PKB Bakal Disiplinkan Gus Yaqut, Komandan Densus 99 GP Ansor Sebut Cak Imin Politisi Baperan

Sebab, dia menilai, pernyataan Menag Yaqut layaknya seorang buzzer dan seperti provokator.

Dia pun mempertanyakan alasan Yaqut yang merupakan seorang Menteri Agama sampai melontarkan pernyataan tersebut.

Seperti diketahui saat ini PKB bergabung dalam Koalisi Perubahan bersama Nasdem dan PKS mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024.

Yaqut mengatakan, saat ini dia masih tercatat sebagai pengurus di PKB sehingga dia bertanya siapa yang berhak memanggilnya.

"Pengurus yang mana dulu? Siapa yang berhak? Saya ini salah satu pengurus ini, masa saya panggil diri saya sendiri," ujar Yaqut saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (2/10/2023).

Menurut Yaqut, dia menduduki salah satu jabatan ketua di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB. Namun, dia mengaku belum tahu apakah struktur di PKB sudah direvisi atau belum.

Yang pasti, hingga saat ini, Yaqut belum menerima panggilan dari PKB terkait ucapannya itu. Jika yang melakukan pemanggilan adalah dari Dewan Syura PKB, Yaqut menegaskan, dirinya sangat menghormati para kiai.

"(Kalau) Dewan Syura, ya saya taat kepada kiai," ucap dia seperti dilansir Kompas.com.

Baca juga: PKB Sebut Menteri Agama Yaqut Cholil Sebar Hoaks dan Provokator, Cak Imin: Dia Itu Buzzer

Sementara itu, Yaqut menekankan setiap partai pasti memiliki AD/ART-nya masing-masing, termasuk PKB.

Yaqut mengeklaim pernyataan itu dia lontarkan demi mencerdaskan masyarakat. Akan tetapi, jika dianggap salah maka dia siap dipanggil partai.

"Kalau saya mengajak masyarakat untuk rasional mengajak rakyat untuk memilih dengan cara cerdas itu dianggap kesalahan, ya monggo begitu loh," imbuh Yaqut.


PBNU tunggu Rais Aam

Secara terpisah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya berpesan kepada warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk menunggu sikap politik dari Rais Aam PBNU Kiai Miftachul Akhyar.

Hal itu dia sampaikan dalam pembukaan Rakernas Fatayat NU yang disiarkan melalui kanal YouTube TVNU, Senin (2/10/2023).

"Soal yang lain-lain misalnya soal politik dan lain-lain sudahlah, ikuti saja saya, kita nunggu Rais Aam," kata Gus Yahya seperti dilansir Kompas.com.

Gus Yahya mengatakan, ia sudah diberikan pesan agar menunggu keputusan dari Rais Aam untuk memutuskan arah dukungan PBNU.

"Kemarin sudah dibilang sama Rais Aam to kemarin, ya udah kita nunggu aja. Saya aja sudah disuruh nunggu masa kalian enggak nunggu. Kita nunggu saja sudah, enak," ucapnya kepada para Fatayat NU.

Baca juga: Rais Aam PBNU: Bisa Saja Bakal Calon Presiden dan Wakil Presidan yang Ada Saat Ini Gugur

Gus Yahya kemudian menekankan bahwa politik tak lagi jadi kepentingan utama PBNU.

PBNU saat ini lebih bercorak pada organisasi Islam yang turun langsung memberikan perubahan tanpa terafiliasi dengan politik praktis.

Dia menyebut Pemilu 2024 bukan kepentingan utama dan bisa diibaratkan hanya sebatas simbol estafet kepemimpinan di Indonesia.

"Karena yang penting soal politik ini, yang penting kan kita lewat dengan selamat, itu aja yang penting," tuturnya.


"Ini cuma tempat lewatan saja, ini bukan pusat kepentingan kita. Karena positioning Nahdlatul Ulama sudah bergeser tidak lagi politik," pungkas dia.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved