Polusi Udara

Balita Penderita ISPA di Duren Sawit Meningkat Hingga 10 Persen Akibat Polusi Udara di Jakarta

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut kasus ISPA di Ibu Kota meningkat berdasarkan data Kemenkes.

Penulis: Rendy Rutama | Editor: Sigit Nugroho
WartaKota/Rendy Rutama Putra
Kepala Satuan Pelayanan Upaya Kesehatan Perseorangan (Kasatpel UKP) Puskesmas kecamatan Duren Sawit dr. Farhannuddin, saat ditemui Warta Kota di Puskesmas kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (18/9/2023). 

WARTAKOTALIVE.COM, DUREN SAWIT - Polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta membuat jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di kawasan kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur mengalami peningkatan hingga 10 persen.

Demikian dikatakan Kepala Satuan Pelayanan Upaya Kesehatan Perseorangan (Kasatpel UKP) Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dr Farhannuddin.

Sebelumnya, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut kasus ISPAmeningkat berdasarkan data Kemenkes.

Angka peningkatan kasus itu sebanyak 24 hingga 31 persen seiring dengan kondisi polusi yang terjadi dan musim kemarau berkepanjangan. 

Direktur Jenderal P2P Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu pun menyatakan kasus ISPA di wilayah Jabodetabek mengalami peningkatan hingga mencapai 200.000 per bulan. 

Baca juga: Dikenal Sebagai Kawasan Industri, Kasus ISPA Akibat Polusi Udara di Kabupaten Bekasi Malah Menurun

“Masuk periode Januari 2023, angka penderita ISPA relatif mulai meningkat, dan kalau diihat perbandingan terkhusus hanya bulan Juli dan Agustus, ada kenaikan hingga 10 persen untuk kasus ISPA,” kata Farhannuddin saat ditemui Warta Kota di Puskesmas Duren Sawit, Senin (18/9/2023).

Berdasarkan data yang telah direkapitulasi pihak Puskesmas kecamatan Duren Sawit, jumlah penderita ISPA di kawasannya didominasi datang dari kalangan remaja di bawah usia 18 tahun.

Sementara, jika dilakukan pendataan lebih spesifik oleh Poli Manajemen Terpadu Balita di Puskesmas kecamatan Duren Sawit, usia di bawah 18 tahun itu didominasi dari Bayi Lima Tahun (Balita).

“Tapi ternyata yang mendominasi itu di bawah usia lima tahun, kisaran 60 hingga 70 persen jumlahnya, karena kami di sini (Puskesmas kecamatan Duren Sawit) punya poli manajemen terpadu balita, jadi memang itu diagnosa terhadap penyakitnya itu cukup tinggi terhadap balita yang terkena ISPA, dibandingkan orang dewasa,” terang Farhannuddin.

Walaupun balita diketahui tidak memiliki rutinitas di luar ruangan seperti orang dewasa, ISPA bisa timbul akibat penularan.

Baca juga: Waspada Polusi Udara, Pengidap ISPA di Karawang Melonjak 80 Persen, Balita Capai 25.515 Kasus

Sebagai contoh penularan ketika orangtua baru saja kembali ke rumah usai beraktifitas bekerja di luar ruangan, kemudian langsung mencium atau memeluk anaknya tanpa mandi atau membersihkan tubuh terlebih dahulu.

“Seharusnya yang orangtuanya yang rentan terkena ISPA, karena dia (orangtua) lebih aktif beraktivitas di luar ruangan, tapi biasanya itu nular dari orangtuanya batuk dan pulang ke rumah anaknya tertular jadi batuk, nah seperti ini penyebabnya,” tutur Farhannuddin.

Upaya Menekan Meningkatnya Kasus ISPA pada Balita

Orangtua berperan penting melakukan beragam upaya antisipasi menyikapi meningkatnya kasus ISPA pada sang buang hati.

Antara lain dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif minimal durasi hingga enam bulan. 

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved