Pilpres 2024

Demokrat Sebut Surya Paloh Pengkhianat Koalisi Perubahan, Ini Kronologi Duet Anies-Cak Imin Tercipta

Sekjen Partai Demokat Teuku Riefky Harsya mengungkap kronologi dan proses telikung Surya Paloh. Pantas dianggap pengkhianat Koalisi Perubahan.

Editor: Valentino Verry
KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Anies Baswedan bikin kejutan, memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai cawapres di Pilpres 2024. Hal ini bikin Demokrat dan PKS marah. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Partai Demokrat dan PKS sangat terpukul atas terciptanya duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) untuk Pilpres 2024.

Bagi Demokrat keputusan yang sangat instan itu membuat Koalisi Perubahan retak, bahkan hancur.

Demokrat pun menyalahkan peran Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, dalam terciptanya duet Anies-Cak Imin.

Kepada Anies, Demokrat juga kesal, karena mau menuruti perintah Surya Paloh, tanpa berdiskusi dengan mitra Koalisi Perubahan.

Sekjen Partai Demokrat sekaligus Anggota Tim 8, Teuku Riefky Harsya, pun merinci kronologi perpecahan Koalisi Perubahan ini.

Menurut Rifky, keterlibatan Partai Demokrat dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dimulai ketika Anies dan sang Ketua Umum, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bertemu pada 23 Januari 2023, di sebuah rumah di Jalan Lembang, Jakarta Pusat.

Saat itu, kata Rifky, Anies mengajak AHY 'menjemput takdir' sebagai pasangan Capres- Cawapres 2024-2029, dengan kesepakatan Anies membawa Partai Nasdem, dan AHY membawa Partai Demokrat dan keduanya bekerja sama untuk mengajak PKS.

Baca juga: Cak Imin Jadi Cawapres Anies Baswedan, Prabowo: Itu Demokrasi, Saya Santai-santai saja

Setelah itu, lanjut Rifky, Koalisi Perubahan untuk Persatuan diresmikan pada 14 Februari 2023, dengan penandatanganan piagam koalisi oleh ketiga ketua umum partai, yang berisi enam butir kesepakatan.

Isi kesepakatan itu adalah penetapan nama Koalisi Perubahan untuk Persatuan, sepakat mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres, memberikan bakal capres mandat untuk menentukan bakal cawapresnya dengan kriteria yang telah ditentukan, dalam waktu yang tidak terlalu lama, pasangan bakal capres-bakal cawapres dideklarasikan, bakal capres diberi keleluasaan untuk memperluas dukungan politik, dan membentuk sekretariat KPP.

"Khusus pada pertemuan dengan salah satu parpol yang mengundang perhatian publik, capres Anies menghubungi pada 12 Juni 2023 dan mengatakan kepada Ketum AHY, 'Saya ditelepon beberapa kali oleh Ibu saya dan guru spiritual saya, agar segera berpasangan dengan Capres-Cawapres Anies-AHY'," kata Rifky.

Alhasil, kata Rifky, atas persetujuan Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Nasdem, maka Anies memutuskan untuk memilih AHY sebagai bakal cawapres pada 14 Juni 2023.

Baca juga: Kemarahan Demokrat Mencapai Ubun-Ubun, Andi Arief Sebut Anies Baswedan Pembunuh Berdarah Dingin

"Pada saat menyampaikan keputusan itu kepada pimpinan partai politik, Anies menyampaikan alasan memilih Ketum AHY, karena Ketum AHY memenuhi seluruh syarat dan kriteria yang ditentukan dalam Piagam Koalisi Perubahan untuk Persatuan," ujar Rifky.

Selain itu, kata Rifky, Anies menilai AHY juga memiliki keberanian dan bersedia menempuh risiko untuk menjadi pendampingnya.

"Anies melihat syarat keberanian itu sebagai syarat utama yang tidak dimiliki oleh kandidat cawapres lainnya. Pernyataan soal syarat utama ini juga telah disampaikan kepada publik," ucap Rifky.

Partai Demokrat kemudian mendesak Anies supaya segera mendeklarasikan bakal cawapres karena merosotnya elektabilitas.

Baca juga: Demokrat Merasa Dikhianati, Surya Paloh : Apa Saya Kira-Kira Ada Bakat Pengkhianat?

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved