Liputan Khusus Warta Kota
Ini Kata Sosiolog Terkait Rendahnya Minat Milenial Kunjungi Objek Wisata Sejarah
Sosiolog UI Dr. Ida Ruwaida, M.Si, sebut peran agen sosialisasi memperkenalkan sejarah diperlukan untuk bangkitkan minat sejarah pada milenial.
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah. Adapun salah satu cara agar kita tidak melupakan sejarah adalah dengan mempelajarinya dengan berkunjung ke objek wisata sejarah.
Namun, minat masyarakat Indonesia terutama generasi milenial untuk mengunjungi wisata bersejarah masih sangat rendah.
Lantas, apa yang menyebabkan generasi milenial enggan mengunjungi objek-objek wisata bersejarah serta enggan mempelajari sejarah Indonesia?
Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Dr. Ida Ruwaida, M.Si, mengatakan, rendahnya minat milenial terutama Gen Z untuk mengunjungi objek wisata bersejarah tercermin dari kurang menariknya metode belajar mata pelajaran sejarah yang mereka terima di institusi pendidikan.
Selain itu, mata pelajaran sejarah itu cenderung lebih banyak menghafal.

"Ini kan kaitannya dengan metode pelajarannya. Artinya lebih banyak pelajaran sejarah tuh menghafal. Ketika kita bicara menghafal, itu lekatnya sebentar kalau mau ujian aja kita menghafal abis itu lupa lagi," ungkap Ida kepada Wartakotalive.com, Senin (14/8/2023).
Menurut Ida, untuk menumbuhkan minat atau daya tarik milenial berkunjung ke objek wisata bersejarah, diperlukan dukungan dan konsistensi kontribusi dari para agen sosialisasi untuk memperkenalkan sejarah.
Agen sosialisasi yang pertama adalah keluarga.
Peran orang tua dalam memperkenalkan sejarah kepada anak-anaknya sangat penting untuk menumbuhkan minat generasi muda mempelajari sejarah.
"Tapi rata-rata keluarga Indonesia sekarang untuk menceritakan sejarah (asal usul) keluarganya sendiri aja jarang dilakukan, sehingga anak-anak sekarang tuh istilahnya EGP (Emang Gue Pikirin). Karena menurut saya mengenalkan sejarah tentang keluarga sendiri itu juga penting," ucapnya.
Menurutnya, rata-rata keluarga di Indonesia lebih sering mengajak anak-anaknya ke mall dibandingkan ke museum atau objek wisata bersejarah lainnya.

"Sebaiknya keluarga mengajak anak-anaknya sebulan sekali ke museum atau objek wisata sejarah yang berbeda-berbeda. Misalnya bulan ini ke museum Bahari di Sunda Kelapa, lalu bulan berikutnya bisa ke museum yang lain," ungkapnya.
Untuk menumbuhkan minat generasi muda berkunjung ke objek wisata sejarah tentunya juga diperlukan keseriusan dalam pengelolaan objek wisata sejarah yang menarik.
"Museum itu harus menarik buat pengunjung. Yang bisa membuat pengunjung terdecak kagum. Misalnya dibuat ada grafis LED nya. Nah itu kan menarik buat generasi karena bentuknya visual," sebut Ida.
Kemudian, peran agen sosialisasi selanjutnya adalah institusi pendidikan.
Institusi pendidikan perlu membuat metode pembelajaran sejarah lebih menarik bagi para siswa. Sehingga, informasi sejarah yang disampaikan dapat melekat panjang di benak siswa.

"Kalau bicara tentang sejarah, artinya daya tarik metode belajarnya yang harus dibangun, sehingga daya lekatnya bisa panjang," ucap Ida.
Selanjutnya adalah peran agen sosialisasi media massa.
Ida menuturkan, di era digitalisasi saat ini peran konten kreator serta influencer sangat diperlukan untuk membuat konten terkait sejarah agar dapat menumbuhkan daya tarik milenial mempelajari sejarah.
"Sebetulnya kalau era sekarang bisa saja para konten kreator atau youtuber membuat konten terkait sejarah atau berkunjung ke museum. Misalnya Atta Halilintar ngomongin tentang sejarah, nah itu kan daya tariknya luar biasa," ungkapnya.
Atau melalui buku-buku sejarah dengan tampilan yang menarik untuk dibaca generasi muda.
"Media massa ini kan bisa media cetak, media audio visual nah di era digital ini begitu penting," ujarnya.

Kemudian agen sosialisasi yang punya peran adalah peer group atau komunitas.
Komunitas turut berperan dalam membangun daya tarik generasi muda terhadap sejarah.
"Seperti halnya komunitas Historia Indonesia. Mereka ini mencoba menarik generasi muda dengan kegiatan-kegiatan yang menurut mereka punya daya tarik, seperti tur ke berbagai objek wisata sejarah," ucap Ida.
Ia menyimpulkan, bahwa secara sosiologis rasa tertarik, minat atau kepedulian terhadap sejarah yang sebenarnya mencerminkan peradaban suatu bangsa sebetulnya sangat tergantung pada peran dan kontribusi dari agen-agen sosialisasi.
"Pertanyaannya adalah apakah agen-agen sosialisasi itu sinkron dan konsisten dalam menjelaskan, menyampaikan, mentransfer pengetahuan tentang sejarah?" tandasnya.
Sosiolog UI Dr. Ida Ruwaida M.Si
agen sosialisasi
sejarah
mata pelajaran sejarah
museum
objek wisata sejarah
Kondisi Pasar Bunga Rawa Belong Terbesar se Asia Tenggara, Masihkah Eksis? |
![]() |
---|
10 Tahun Jokowi, Keberadaan MRT Disyukuri Pengguna yang Tinggal di Kota Penyangga Jakarta |
![]() |
---|
Efektif Hasilkan Udara Bersih dalam Ruangan, Air Purifier Harga Rp 1 Jutaan Diminati Konsumen |
![]() |
---|
Utang Pinjol Warga Jakarta Capai Rp 10,3 Triliun, Sosiolog UI: Masyarakat Sudah 'Lekat' dengan Utang |
![]() |
---|
Jaringan Gusdurian Berikan Santunan Rp 1 Juta ke Anak Yatim Piatu Korban Covid-19, Diseleksi Dulu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.