Berita Jakarta
Ditinggal Anies, Polusi Udara Jakarta Kian Parah, Pakindro: Mirip Gotham City
Ditinggal Anies, Polusi Udara Jakarta Kian Parah, Pakindro: Mirip Gotham City. Jakarta Rangking 2 Kota Terpolusi di Dunia pada Selasa (15/8/2023)
DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor empat di dunia hari ini, Senin (14/8/2023) pagi.
Dikutip dari laman IQAir, kualitas udara di Ibu Kota terpantau masih masuk kualitas tidak sehat pada Senin pagi.
Pada pukul 08.22 WIB, nilai indeks kualitas udara Ibu Kota tercatat di angka 153 AQI US dengan ukuran polutan utamanya PM2.5.
Adapun konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5.
Konsentrasi tersebut 11,9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).
Sedangkan suhu di Jakarta pagi ini adalah 28 derajat celsius dengan kelembapan 63 persen, gerak angin 7,4 km/h, dan tekanan sebesar 1015 milibar.
Beda Kualitas Udara Jakarta Setelah dan Sebelum Ditinggal Anies
Buruknya kualitas udara Jakarta sudah terjadi beberapa pekan belakangan.
Berdasarkan Air Quality Index (AQI) untuk wilayah DKI Jakarta dalam situs IQAir pada Selasa (8/8/2023), Indeks kualitas udara untuk wilayah DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat, yakni berada di angka 128 dengan konsentrasi parameter PM 2.5.
Meski kualitas udara hari ini lebih baik dibandingkan sehari sebelumnya, Senin (7/8/2023), kualitas udara masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Berdasarkan Indeks kualitas udara untuk wilayah DKI Jakarta pada Senin (7/8/2023), kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat, yakni berada di angka 168 dengan konsentrasi parameter PM 2.5.
Disebutkan, Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 17.7 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Buruknya kualitas udara sudah terjadi sejak beberapa pekan belakangan. Presiden Jokowi pun sampai memberikan komentar.
Di antaranya Jumat, 4 Agustus 2023 AQI untuk wilayah DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat, yakni berada di angka 153 dengan konsentrasi parameter PM 2.5.
Begitu juga dengan Sabtu, 5 Agustus 2023 AQI untuk wilayah DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, yakni berada di angka 146 dengan konsentrasi parameter PM 2.5.
Minggu, 6 Agustus 2023 AQI untuk wilayah DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, yakni berada di angka 164 dengan konsentrasi parameter PM 2.5.
Sedangkan hari Senin, 7 Agustus 2023, AQI untuk wilayah DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, yakni berada di angka 168 dengan konsentrasi parameter PM 2.5.
Baca juga: Polusi Udara Jakarta, Presiden Jokowi Sebut Pindah Ibu Kota, Bandingkan Komentar Hotman Paris
Kondisi tersebut dikeluhkan masyarakat.
Satu di antaranya Pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea.
Lewat status instagramnya, dirinya mengaku kaget dengan buruknya kondisi udara Jakarta pada Senin (7/8/2023) pagi.
Dirinya menunggah kondisi udara di wilayah Ibu Kota yang dalam kondisi merah atau tidak sehat.
"Gawat polusi," tulis Hotman Paris pada Senin (7/8/2023) pagi.
Postingan Hotman Paris pun disambut beragam komentar dari masyarakat.
Mereka membandingkan kondisi Jakarta ketika masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono saat ini.
Heru Akui Belum Bisa Atasi Polusi Udara di Jakarta, Ungkap Jumlah Kendaraan Naik Sejak Era Anies
Kian memburuknya kualitas udara di DKI Jakarta menjadi perbincangan publik beberapa hari belakangan.
Tak hanya kondisi Jakarta yang kian panas akibat masuknya musim kemarau, polusi udara menambah sesaknya udara Ibu Kota.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengakui hal tersebut.
Diakuinya, masalah pencemaran udara di Ibu Kota merupakan tantangan yang sangat berat.
Heru pun mengakui, Pemprov DKI Jakarta belum dapat mengatasi persoalan buruknya kualitas udara di Jakarta.
"Memang beban Jakarta ini berat," ujar Heru Budi dikutip dari Kompas.com pada Selasa (8/8/2023).
Baca juga: Beda Kualitas Udara Jakarta Setelah dan Sebelum Ditinggal Anies, Hotman Paris: Gawat Polusi
Baca juga: Viral Abah Aos Sebut Anies Baswedan Ibarat Imam Mahdi, Jansen Sitindaon Kutip Pesan Tan Malaka
Pernyataan Heru itu berkaca pada kondisi di Ibu Kota sekitar 1,5 tahun terakhir yang jumlah kendaraan roda empat disebut meningkat, sehingga menjadi penyebab utama tingginya polusi udara.
"Kendaraan roda empat dari 4 juta sekarang jadi 6 juta (per hari). Begitu juga kendaraan roda dua dari 14 juta jadi 16 juta. Yang berplat B, itu kan Jabodetabek dan hampir semua masuk Jakarta," ucap Heru.
Heru menegaskan pengendalian polisi udara iji menjadi tanggung jawab Pemprov DKI meski ada kontribusi penggunaan kendaraan dari luar daerah.
Salah satu upaya pengendalian polusi udara di Ibu Kota yakni dengan menambah jumlah kendaraan bus listrik dengan target 100 bus hingga 2 tahun ke depan.
"Lalu Pemda DKI setiap Jumat itu menanam pohon. Begitu juga saya, kalau luang, tiap Selasa dan Jumat menanam pohon. Itu generasi panjang," ucap Heru.
Selain itu, masyarakat baik warga DKI maupun wilayah penyangga Ibu Kota disarankan untuk menggunakan transportasi publik guna mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan.
"(Masyarakat bisa) menggunakan transportasi massal yang telah dibangun Pemda DKI dan pemerintah pusat, sehingga kurangi kemacetan dan kurangi emisi udara di Jakarta," kata Heru.
"Lalu Pemda DKI setiap Jumat itu menanam pohon. Begitu juga saya, kalau luang, tiap Selasa dan Jumat menanam pohon. Itu generasi panjang," ucap Heru.
Selain itu, masyarakat baik warga DKI maupun wilayah penyangga Ibu Kota disarankan untuk menggunakan transportasi publik guna mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan.
"(Masyarakat bisa) menggunakan transportasi massal yang telah dibangun Pemda DKI dan pemerintah pusat, sehingga kurangi kemacetan dan kurangi emisi udara di Jakarta," kata Heru.
Pemprov DKI: Kualitas Udara Memburuk karena Kemarau
Terkait buruknya kualitas udara Jakarta, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto mengungkapkan polusi dipicu tingginya mobilitas masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat.
“Dengan semakin menguatnya (kegiatan) ekonomi, maka mobilitas masyarakat menggunakan transportasi juga semakin tinggi. Hal itu sangat berpengaruh terhadap kualitas udara Jakarta,” kata Asep Kuswanto dikutip dari Kompas.com pada Rabu (26/7/2023).
Asep berharap masyarakat mau menggunakan transportasi publik untuk berkegiatan.
“(Setidaknya) 70 persen pencetus kualitas udara buruk di Jakarta itu adalah dari transportasi, sehingga kalau ingin memperbaiki kualitas udara maka kurangilah mobilitas menggunakan mobil pribadi,” kata Asep.
“Pastinya gunakan bahan bakar yang ramah lingkungan,” tambahnya.
Tak hanya itu, kualitas udara di Jakarta kian memburuk lantaran mulai memasuki musim kemarau.
"Ya karena memang hujan berkurang kemudian aktivitas masyarakat bertambah," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Kadis LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto, Minggu (16/7/2023).
Selain itu, aktivitas pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Jakarta juga turut mempengaruhi kualitas udara.
“Pembangunan Jakarta biasanya tengah tahun hingga akhir sedang tinggi-tingginya, sehingga pembangunan konstruksi pun sangat berpengaruh terhadap kualitas udara,” ujar Asep.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan.
Selain itu, Asep mengimbau agar masyarakat Ibu Kota menggunakan transportasi umum demi menjaga kualitas udara yang kurang baik saat musim kemarau.
Pramono Klaim jadi yang Pertama di Tingkat Pemprov, DKI Jakarta Laporkan APBD ke Publik |
![]() |
---|
Terungkap Sosok Pelaku yang Sediakan Tim Pengintai Penculikan Kepala Cabang Bank BUMN |
![]() |
---|
Kasus Campak Jakarta Barat Meningkat, Kelurahan Kapuk Jadi yang Tertinggi |
![]() |
---|
Refund Tiket Kereta Api Kini Tak Repot Lagi, Bisa Online Lewat Aplikasi KAI Access |
![]() |
---|
Lalamove Ride Tumbuh, UMKM Tanah Abang dan Kebayoran Baru Ikut Bergerak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.