Berita Jakarta

Pemprov DKI Ungkap Pengolahan Sampah RDF Lebih Menguntungkan Dibanding ITF

Pembangunan ITF juga menyedot anggaran, karena pengelolaan sampah atau tipping fee nya cukup besar kepada pihak swasta.

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
warta kota/leonardus wical
ILUSTRASI: Pengelolaan sampah dengan teknologi canggih terpaksa digunakan di TPST Bantargebang dan ITF Sunter agar krisis tak terjadi. Sebab Jakarta setiap hari memproduksi sampah dalam jumlah besar. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pemerintah DKI Jakarta mengungkap, pengolahan sampah dengan metode Refused Derived Fuel (RDF) lebih menguntungkan dibanding Intermediate Treatment Facility (ITF).

Karena itu, pemerintah daerah saat ini lebih memilih membangun RDF, meski rencana proyek ITF sudah dibahas dengan DPRD DKI Jakarta berulang kali.

Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Provinsi DKI Jakarta Michael Rolandi mengatakan, pembangunan dua proyek itu dilihat dari postur keuangan daerah.

Selain itu, pembangunan ITF juga menyedot anggaran, karena pengelolaan sampah atau tipping fee nya cukup besar kepada pihak swasta.

Baca juga: Ketua DPRD DKI Sepakat dengan Heru yang Pilih ITF Dibanding RDF soal Pengolahan Sampah

“Kalau RDF dia ada penghasilan buat kita (Pemerintah DKI), kalau ITF hanya pengeluaran kan gitu. Jika kami hitung ya, kalkulasi kemampuan keuangan kita bisa nggak untuk melaksanakan salah satu atau dua-duanya, opsinya seperti itu,” kata Michael pada Senin (14/8/2023).

Meski pembangunan ITF ditopang oleh investor, akan tetapi setiap tahun pemerintah daerah harus menyiapkan duit untuk membayar ongkos tipping fee.

Berdasarkan penghitungannya, dibutuhkan duit sekitar Rp 2 triliun dalam setahun untuk biaya tipping fee.

“Kalau RDF mengolah sampah menjadi bahan bakar (pengganti batubara) yang bisa dipakai untuk PLTU, listrik atau pembakaran pabrik semen. Kita kan sudah ada nih di (RDF) Bantargebang,” ucap Michael.

Setiap harinya, RDF mengolah 2.000 ton sampah yang terdiri dari 1.000 ton sampah lama di Bantargebang dan 1.000 ton sampah yang baru dikirim dari Jakarta.

Pengolahan itu menghasilkan 700 ton bahan bakar pengganti batubara.

Baca juga: Proyek Pembangunan ITF Sunter Dinilai Layak Dibatalkan, Tabrak Tata Ruang Kota

Sebanyak 700 ton bahan bakar itu akan dijual Rp 359.000 per ton, sehingga bila dikalkulasikan menjadi Rp 252 juta dalam sehari.

Sementara jika dihitung per tahun, hasil olahan RDF bisa mencapai Rp 92 miliar.

“Kami fokus kalau yang efisien ya dilakukan prioritas, misal kemampuan keuangan RDF lebih efisien yang bisa dikedepankan mungkin arahnya ke sana,” tegasnya. (faf) 

 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved