Pilpres 2024
Meski Bertemu Prabowo Subianto, Hasto Pastikan Budiman, Effendi, Gibran Rakabuming Setia dengan PDIP
Jelang Pilpres 2024, Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko, dan Gibran Rakabuming telah bertemu Prabowo Subianto.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Sigit Nugroho
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, sejumlah poltisi PDI Perjuangan (PDIP) bertemu dengan bakal calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Politisi PDIP yang dimaksud adalah Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko, dan Gibran Rakabuming.
Pertemuan itu diduga terkait dengan dukungan mereka di Pilpres 2024 mendatang.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto buka suara terkait pertemuan sejumlah politisi partai berlambang kepala banteng moncong merah itu.
Hasto bantah bahwa pertemuan itu sebagai sinyal kader-kader PDIP berbondong-bondong merapat ke kubu Prabowo Subianto.
Hasto menjawab adanya sinyal-sinyal politik yang dilakukan kader PDIP kepada Gerindra Prabowo Subianto.
Seperti dimuat Facebook Wartakotalive.com pada Kamis (27/7/2023), Hasto menjawab soal pertemuan Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko, dan Gibran Rakabuming dengan Prabowo Subianto.
Baca juga: Bukan Pelanggaran HAM Biasa, Sekjen PDIP Sebut Ada 104 Korban Hilang saat Peristiwa Kudatuli
Hasto mengatakan dirinya sudah bertemu dengan ketiga kader PDIP tersebut dan melalukan diskusi panjang.
Hasil diskusi tersebut, para kader itu kata Hasto, mengakui sempat ada penawaran-penawaran politik untuk berbelok dari PDIP.
Namun menurut Hasto, baik Budiman Sudjatmiko, Effendi Simbolon, dan Gibran Rakabuming memastikan akan tetap setia pada PDIP.
"Saya sudah bertemu Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko, saya lakukan dialog panjang, meskipun ada bentuk penawaran-penawaran tapi mereka nyatakan merah adalah merah sebagai bentuk loyalitas,” jelas Hasto kepada awak media.
Hasto menerangkan bahwa sesuai dengan survei, PDIP merupakan partai yang solid. Pun seperti PDIP solid ketika mendukung Jokowi di Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan dua periode Presiden RI.
Baca juga: Kata PDIP Soal Kader Diduga Berbondong-bondong Merapat ke Prabowo Subianto
Sebab kata Hasto, bagi PDIP, pemilu hanya untuk pemimpin yang tepat dan mempunyai landasan moral yang baik.
Pun kata Hasto pemimpin tidak boleh membelah kekuatan pihak lain.
104 Korban Hilang
Di sisi lain, DPP PDI Perjuangan (PDIP) memeringati Peristiwa 27 Juli 1996 atau Kudatuli di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023).
Peringatan Peristiwa Kudatuli diisi dengan diskusi bertajuk Refleksi Peristiwa 27 Juli 1996 Gerbang Demokratisasi Indonesia.
Dalam dsikusi itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto menilai salah kaprah jika Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebut tragedi Kudatuli 27 Juli 1996 sebagai pelanggaran HAM biasa.
Menurut Hasto, peristiwa tersebut harusnya dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat.
"Meskipun Komnas HAM menyatakan hanya ada lima korban, tetapi dalam suatu komunikasi spiritual yang kami lakukan sebagai bangsa yang punya cara-cara untuk berkomunikasi dalam arus spiritual itu, paling tidak ada 104 korban hilang," kata Hasto.
Hasto berujar bahwa seharusnya diungkap aktor intelektual dan pihak-pihak yang terlibat dalam Tragedi Kudatuli, sehingga bangsa ini ambil pelajaran dari peristiwa itu.
Baca juga: Sekitar 104 Korban Hilang, Sekjen PDIP Sebut Persitiwa Kudatuli Merupakan Pelanggaran HAM Berat
Menurut dosen Universitas Pertahanan (Unhan) ini, pengungkapan tragedi itu akan menjadikan masa depan Indonesia tidak ada lagi kekuasaan yang menindas.
"Karena itulah menjadi momentum yang penting. 27 Juli, suka tidak suka, itu jadi gerbang demokratisasi di Indonesia," ujar Hasto.
Hasto menyampaikan bahwa PDIP pada tadi malam sudah melakukan doa bersama untuk korban Tragedi Kudatuli.
Pada pagi tadi, jajaran PDIP sudah melakukan tabur bunga di kantor Partai.
Hasto menyatakan PDIP terus memperjuangkan pengungkapan Tragedi Kudatuli, karena percaya dengan Satyameva Jayate bahwa kebenaranlah yang pada akhirnya menang.
"Kami tidak pernah berhenti menyuarakan terhadap menyuarakan terhadap campur tangan kekuasaan terhadap pelanggaran HAM pada 27 Juli 96 meskipun kita menghadapi tembok yang sangat tebal sekali pun, yang mencoba menutupi sisi gelap masa lalu. Kami terus berjuang, tidak pernah menyerah," jelas Hasto.
Baca juga: Unik, Relawan Sosialisasikan Figur Bacapres PDIP Lewat Kegiatan Lomba Mancing Antarkomunitas
Bukan Peristiwa Biasa
Selain itu, Hasto menyampaikan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri selalu mengingatkan bahwa peristiwa 27 Juli 1996 bukan peristiwa pelanggaran HAM biasa.
"Beliau (Megawati) selalu mengingatkan 21 Juli 1996 bukanlah peristiwa biasa. Ini adalah spirit gerakan arus bawah berhadapan dengan rezim yang sangat, sangat, sangat otoriter dan menggunakan berbagai cara demi kekuasaan itu," kata Hasto.
Peringatan 27 Juli 1996 itu, kata Hasto, terus dilakukan setiap tahunnya.
Menurut Hasto, Megawati mengingatkan kepada dirinya bahwa apa pun sumber inspirasi perjuangan partai adalah rakyat.
"Termasuk saat itu ketika suara-suara rakyat tidak bisa disampaikan tidak bisa didengarkan mulai tahun 1986, Ibu Mega bergerak memenuhi panggilannya sebagai kader bangsa sekaligus sebagai sosok yang telah digembleng oleh Bung Karno untuk turun ke bawah karena sejatinya kekuatan kita adalah arus bawah itu," jelas Hasto.
"Saat itu memberikan topangan yang kuat ketika pada setiap gerakan politiknya, Megawati selalu dihadapkan oleh benteng-benteng kekuasaan yang menindas," ucap Hasto.
Hasto menerangkan bahwa benteng-benteng kekuasaan saat itu menghentakkan Megawati, sehingga di kantor partai ini menjadi saksi pada 27 Juli 1996 terjadi serangan brutal dengan menggunakan berbagai elemen kekuasaan negara.
"Dan kantor Partai ini berhasil diluluhlantakkan tetapi yang namanya semangat perjuangan itu tidak pernah bisa dihancurkan," terang Hasto.
BERITA VIDEO: Makan Siang Bersama, Puan Goda Cak Imin Masuk Daftar 5 Besar Bacawapres Ganjar!
Hasto menyebut Kudatuli bukan hanya tonggak sejarah yang sangat penting bagi PDIP, tetapi juga membangunkan suatu harapan dan mengingatkan bahwa kekuasaan tidak bisa dibangun dengan cara-cara otoriter.
"Yang namanya pemimpin itu tidak bisa hadir tanpa langkah yang membangun peradaban, pemimpin tidak bisa hadir ketika tangannya berlumuran darah, pemimpin tidak bisa hadir ketika memiliki rekam jejak yang digelapkan oleh nilai-nilai kemanusiaan yang membutakan hati nuraninya itu," tegas Hasto.
Selain Hasto, acara diskusi itu juga dihadiri Aktivis HAM/Direktur Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid, sejarawan Bonnie Triyana, dan Ribka Tjiptaning selaku saksi peristiwa 27 Juli 1996 sekaligus politikus PDI Perjuangan.
Hadir juga di acara itu, yakni sejumlah Ketua DPP PDIP di antaranya Rokhmin Dahuri, Ahmad Basarah, dan Wiryanti Sukamdani.
Hadir juga keluarga korban 27 Juli 1996 yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kerukunan (FKK) 124.
Dalam kesempatan dialog itu, Hasto memberikan kesempatan bicara kepada tiga perwakilan FKK.
Joko Sukarno mengatakan para keluarga korban pernah mendatangi Komnas HAM untuk menanyakan bagaimana status Tragedi Kudatuli.
"Kami bertanya kasus ini sampai di mana. Sampai sekarang belum ada kejelasan. Kami meminta ke DPP agar mem-push kepada Presiden Jokowi untuk menanyakan kasus kami," kata Joko.
Joko mengaku mendengar informasi bahwa Pemerintah menyebut ada 12 item kasus HAM yang belum tuntas.
"Semoga yang 12 item itu termasuk soal kami," lanjut Joko.
Iwan Sanusi juga menyatakan hal yang hampir senada. Dia pun mengatakan FKK 124 menunggu komitmen Pemerintah dalam menangani kasus HAM.
"Kami menunggu agenda dan komitmen Pemerintah menangani kasus HAM termasuk kasus 27 Juli," ucapnya.
Sebagai informasi, Kudatuli merupakan peristiwa penyerangan dan pengambilan paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, pada 27 Juli 1996.
Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi serta dibantu oleh aparat.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Pilpres 2024
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
Kader PDIP
Prabowo Subianto
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
Gibran Rakabuming
Effendi Simbolon
Budiman Sudjatmiko
Peristiwa Kudatuli
Megawati Soekarnoputeri
Tim Sinkronisasi Prabowo-Gibran Tegaskan Pemangkasan Makan Bergizi Rp 7.500 Cuma Isu |
![]() |
---|
Gibran Mundur dari Wali Kota Solo, Mardani Ali Sera Sebut Perlu Banyak Menyerap dan Siapkan Diri |
![]() |
---|
Menko PMK Muhadjir Sebut Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Sudah Dibahas Dalam Rapat Kabinet |
![]() |
---|
AHY Dukung Prabowo Tambah Pos Kementerian dan Tak Persoalkan Berapa Jatah Menteri untuk Demokrat |
![]() |
---|
Prabowo-Gibran Ngopi Santai di Hambalang, Gerindra: Sangat Mungkin Bahas Format dan Formasi Kabinet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.