Berita Jakarta
Wa Ode Herlina: Warga Resah Hutan Kota Makasar di Jakarta Timur Jadi Tempat Kumpul Kaum LGBT
DPRD meminta Pemprov DKI memperketat pengawasan hutan dan taman kota dari aksi kriminalitas dan perbuatan negatif lainnya.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
Contohnya, ketika darah seorang HIV ada di tangan orang lain dan terkena udara maka bisa dipastikan virus itu sudah mati serta tidak menular lagi.
Atau ketika tangan penderita HIV mengeluarkan darah dan disentuh orang orang lain, maka tidak bakal menularkan.
"Selama darah penderita HIV ini tidak ada jalur masuknya ke orang lain maka tidak akan terinfeksi atau tertular," ungkapnya.
Riama memastikan, selama tiga syarat itu tidak masuk ke tubuh orang lain maka jauh dari kata penularan virus mematikan tersebut.
Oleh karenanya, air liur, air mata, keringat dan lainnya yang tidak berhubungan dengan tiga syarat itu maka tak perlu khawatir.
"Virus HIV itu hanya hidup di darah, air susu ibu, cairan kelamin, selain itu tidak akan menularkan HIV ke orang lain," imbuhnya.
Sebelumnya, Lentera Anak Pelangi (LAP) berdiri sejak tahun 2009 lalu untuk memberikan dukungan kepada anak yang hidup dengan HIV AIDS.
Selama 14 tahun, LAP memberikan dukungan kepada anak hidup dengan HIV supaya tetap semangat menjalani hari-harinya.
Selain dukungan, LAP juga memberikan pendampingan psikologi anak, mengedukasi kesehatan serta mengadvokasi hak-hak anak yang hidup dengan HIV.
Pimpinan LAP, Riama Siringo menjelaskan, di DKI Jakarta dan sekitarnya ada sebanyak 130 anak serta remaja yang hidup dengan HIV didampingi oleh pihaknya.
Sedangkan yang dari luar Jakarta ada sekira puluhan anak yang tergabung di Lentera Anak Pelangi.
"Jadi anak-anak yang kami dampingi menjalani aktivitasnya sehari-hari sama seperti lainnya. Jadi anak-anak yanh kami dampingi tidak tinggal bersama kami karena kami bukan panti asuhan," ucapnya kepada Warta Kota, Minggu (23/7/2023).
Data Terbaru di Jakarta Ada 130 Anak Hidup dengan HIV
data terbaru anak hidup dengan HIV di Jakarta mencapai 130 orang.
Lentera Anak Pelangi (LAP) berdiri sejak tahun 2009 lalu untuk memberikan dukungan kepada anak yang hidup dengan HIV AIDS.
Selama 14 tahun, LAP memberikan dukungan kepada anak hidup dengan HIV supaya tetap semangat menjalani hari-harinya.
Selain dukungan, LAP juga memberikan pendampingan psikologi anak, mengedukasi kesehatan serta mengadvokasi hak-hak anak yang hidup dengan HIV.
Pimpinan LAP, Riama Siringo menjelaskan, di DKI Jakarta dan sekitarnya ada sebanyak 130 anak serta remaja yang hidup dengan HIV didampingi oleh pihaknya.
Baca juga: Sebanyak 180 Ibu Hamil Dapat Pengobatan ARV, Ditemukan 9 Bayi Lahir dalam Kondisi Terpapar HIV AIDS
Sedangkan yang dari luar Jakarta ada sekira puluhan anak yang tergabung di Lentera Anak Pelangi.
"Jadi anak-anak yang kami dampingi menjalani aktivitasnya sehari-hari sama seperti lainnya. Jadi anak-anak yanh kami dampingi tidak tinggal bersama kami karena kami bukan panti asuhan," ucapnya kepada Warta Kota, Minggu (23/7/2023).
Anak-anak yang hidup dengan HIV ini masih tinggal bersama keluarganya dan hidup secara normal di lingkungan rumahnya.
Meski demikian, LAP sangat rutin mengadakan kegiatan terhadap anak yang menderita HIV di Jakarta.
Menurut Riama, anak-anak yang hidup dengan HIV ini masuk kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Sehingga ia bersama kelompoknya bergerak memberikan dukungan baik dengan cara datang ke rumah atau mengadakan kegiatan berkumpul dengan anak HIV.
"Kami terus suarakan agar masyarakat dan semua pihak untuk mendukung anak yang hidup dengan HIV," jelasnya.
Baca juga: Mengerikan, Pemkab Karawang Tes 46.972 Orang yang Memiliki Resiko Tinggi Tertular HIV/AIDS
Keluhan dari Anak yang Hidup dengan HIV
Sudah berdiri belasan tahun, Lentera Anak Pelangi sering mendengar keluhan anak yang hidup dengan HIV di Jakarta ataupun di luar kota.
Riama menerangkan, kelurahan yang paling utama dari anak yang hidup dengan HIV pastinya soal kesehatan fisiknya.
Sebab, anak-anak tersebut harus meminum obat setiap hari dan mengalami sakit berulang kali karena kondisi kesehatan yang rentan.

"Mereka juga harus ke rumah sakit dan pastinya ini menganggu aktivitas sekolah mereka," tuturnya.
Ketika kondisi kulit anak HIV sedang buruk, biasanya mereka akan tumbuh rasa tidak percaya diri untuk bertemu dengan teman-temannya.
Selain itu, ketika anak yang hidup dengan HIV sedang batuk pilek membuat orang disekitarnya khawatir untuk dekat.
"Keluhan kesehatan yang sering ditemui oleh pendamping Lentera Anak Pelangi," ungkapnya.
Baca juga: Aktivis Panik Lihat Perkembangan Kasus HIV/AIDS, Minta Pemkab Karawang Buat Aturan Pranikah
Keluhan inilah menjadi peranan Lentera Anak Pelangi untuk mengedukasi anak-anak yang hidup dengan HIV.
Selama penderita HIV ini meminum obat anti retro viral (ARV) secara rutin maka bisa menjaga kondisi kesehatan.
"Terus yang kedua adalah masalah mereka diterima atau tidaknya oleh masyarakat menjadi tantangan," jelasnya.
Wanita berdarah Batak ini mengaku, anak-anak sejatinya tidak serta merta mereka memgetahui dirinya terkena penyakit HIV AIDS.
Ada beberapa tahapan yang harus masyarakat pahami untuk anak-anak yang hidup dengan HIV ini mengerti dan menerima keadaannya.
Sebab, pemberian pemahaman anak itu hidup dengan HIV harus menyesuaikan perkembangan dan daya fikir.
"Jadi harus bertahap dan itu jadi proses yang terus-menerus. Kita harus bisa memberikan penjelasan kepada anak itu dengan sebaik-baiknya," ungkap Riama.
Sebelumnya, Yayasan Kemitraaan Indonesia Sehat menggelar acara diskusi HIV AIDS untuk peringati Hari Anak Nasional di Oemah Caffe, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (20/7/2023).
Kepala Sub Koordinator Bagian Kesehatan Biro Kesos Sekda DKI, Mariana menjelaskan, ada sebanyak 428.508 jiwa sudah melakukan tes HIV AIDS sepanjang tahun 2022 lalu.
Sedangkan, data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada Maret 2023 lalu, sebanyak 79.628 kasus HIV AIDS ditemukan.
"Lalu sebanyak 72.442 sudah pernah mendapatkan pengobatan Anti Retro Viral (ARV)," kata Mariana.
Menurutnya, dari 72.442 jiwa yang mendapatkan pengobatan IRV, hanya 33.590 penyandang HIV AIDS yang rutin meminum obat.
Mariana menjelaskan, perilaku hidup tidak sehat menjadi pemicu terjadi penularan HIV AIDS di masyarakat DKI Jakarta.
"Mari kita galakkan budaya perilaku hidup sehat," katanya. (m26)
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Dua Tahun Beroperasi, LRT Jabodebek Layani 43 Juta Penumpang |
![]() |
---|
Pemprov DKI Jakarta Dinilai Berpihak ke Rakyat, DPRD Ingatkan Tantangan Banjir hingga Kemacetan |
![]() |
---|
Kericuhan Pecah di Putaran Gatot Soebroto, Massa Lemparkan Api — Polisi Balas Gas Air Mata |
![]() |
---|
Ada Jakarta Music Expo 2024 Selama Dua Hari di Jiexpo Kemayoran Jakpus |
![]() |
---|
Tak Hanya ITCS Berbasis AI, Pemprov DKI Harus Benahi Penyempitan Jalan dan Transum |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.