Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Kolam Renang Bulungan Jadi Contoh Ali Sadikin Atasi Tawuran di Jakarta
Usia Kolam Renang Bulungan menjadikan tempat olahraga itu sebagai salah satu tempat olahraga tertua di Jakarta.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
Tercatat Ratu Elizabeth II pernah berkunjung ke Kolam Renang Bulungan di tahun 1974. Saat itu Gubernur Ali Sadikin membawanya ke Gelanggang Remaja Jakarta Selatan saat Ratu Elizabeth II kunjungi Indonesia.
Ada berbagai tari, gerak indah teater, dan sanggar lukisan Garajas (Gelanggang Remaja Jakarta Selatan) yang ditampilkan di hadapan Ratu Inggris itu.
GOR Bulungan jadi percontohan Pemprov DKI dalam membangun gelanggang remaja tingkat kota administrasi lain di Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat.
Di awal dibuka, Kolam Renang Bulungan sering digunakan oleh para siswa SD dan SMP untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler renang sempat menjadi primadona pada era tahun 90-an dibandingkan sekarang ini.
Kolam renang Bulungan pun menjadi favorit pelajar dalam mengikuti pelajaran olahraga renang.
Apalagi Lokasi Kolam Renang Bulungan tidak jauh dari Blok M kawasan nongkrong remaja Ibu Kota Jakarta di era 80 hingga awal tahun 2000an.
Dari kolam renang Bulungan, lahir pula atlet-atlet renang seperti Perenang spesialis gaya dada Muhammad Akbar Nasution.
Selepas pindah dari Jambi tahun 1995, anak bungsu pelatih renang almarhum Radja Nasution itu kerap berlatih di kolam renang Bulungan.
Sebelum terpilih menjadi atlet renang nasional, Akbar digembleng ayahnya di kolam renang tersebut.
Bahkan saat ini Kolam Renang Bulungan masih menjadi tempa favorit klub renang ternama di Jakarta seperti PRI Baruna, PRI Parisakti, dan Bimlat (bimbingan pelatihan).
Baca juga: Sejarah Jakarta, Gedung Pancasila Bekas Rumah Panglima Perang Belanda
Sesaat membangun Gelanggang Olah Raga Bulungan dan Kolam Renang Bulungan, terbukti Jakarta meraih segudang prestasi olahraga.
Misalnya saja Jakarta unggul di PON VII di Surabaya, PON VIII di Jakarta, dan PON di Makassar juga Palembang.
Bagi Ali Sadikin, Jakarta bukan saja mau membangun fisik.
Jakarta juga mau membangun budi. Jakarta mau jadi kota pusat kebudayaan. Sebab, itulah Jakarta memberikan fasilitas untuk para remaja agar bergiat dalam satu hal yang positif, di bidang kesenian.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.