Ciptakan Haji Ramah Lingkungan, Jemaah Perlu Dibekali Materi Kelestarian Lingkungan Saat Manasik

Tingkatkan kesadaraan terhadap pelestarian lingkungan, calon jamaah haji perlu dibekali materi kelestarian lingkungan saat manasik haji.

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
Wartakotalive.com/Mochammad Dipa
Sejumlah pembicara saat diskusi bertema Menjadi Haji yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan di AONE Hotel, Jakarta, Selasa (27/6/2023). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Isu pemanasan global saat ini menjadi fokus semua negara untuk berkomitmen dalam mengurangi pemanasan global dalam segala aspek kehidupan.

Tantangan perubahan iklim ekstrim bumi yang semakin memanas memerlukan respon dan tanggung jawab semua umat manusia termasuk umat muslim di Indonesia. 

Adapun upaya penanggulangan pemanasan global juga bisa dilakukan oleh jamaah perjalanan ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci.

Aktivis Lingkungan dan Dosen Pascasarjana Universitas Nasional Fachruddin Mangunwijaya mengatakan, bahwa aksi berkelanjutan perlu terus dilakukan agar pemanasan global yang menyebabkan perubahan cuaca ekstrim tidak terus memburuk.

Menurutnya,  sebagaimana penelitian, iklim lingkungan ditakutkan terus 1,2 derajat celcius per tahunnya. Bila  perubahan iklim itu terus terjadi maka 20 tahun kedepan, cuaca panas di saat ibadah haji dan umroh akan mencapai 70 derajat celcius. 

"Sekarang rata-rata suhu bumi naik 1,2 derajat. Kondisi sekarang ini kita mencoba menahan jangan sampai naik ke 1,5 derajat celcius. Bagaimana caranya menahan agar tidak sampai naik 1,5 derajat? Semua negara berjanji akan memenuhi target-target penurunan emisi," sebut Fachrudin saat diskusi bertema Menjadi Haji yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan di AONE Hotel, Jakarta, Selasa (27/6/2023).

Fachrudin kembali menyebutkan, bahwa pemanasan global terjadi karena adanya pencemaran udara yang terperangkap di atmosfer dari hasil pembakaran batubara untuk pembangkit listrik serta penggunaan bahan bakar minyak pada kendaraan.

"Ini dilakukan oleh semua bangsa diseluruh dunia, kita bakar bensin dari bahan bakar fosil, listrik dari batubara. Dikhawatirkan 20 tahun lagi suhu naik 1,5 derajat, maka suhu dipermukaan bumi bukan hanya mencapai 55 derajat bahkan bisa sampai 70 derajat celcius," ucapnya.

"Kalau suhu 70 derajat celcius pastinya manusia tidak akan kuat bertahan di luar ruangan, apalagi ketika melaksanakan ibadah haji yang 80 persen aktifitasnya dilakukan diluar ruangan," ungkap Fachrudin.

Menurutnya, Islam sangat dekat dengan alam karena Nabi Muhammad SAW saat mendapatkan wahyu berada di gua Hira. Menatap bintang sebagai bukti kekuasaan Tuhan. 

"Selain itu, Islam juga dekat dengan alam karena kita menggunaka air saat wudhu," ujar Fachruddin.

Ia menambahkan, di Islam, terutama ketika menjalankan ibadah haji, setiap umat manusia digambarkan secara simbolik untuk menerapkan gaya hidup yang sederhana melalui kain ikhram. 

“Sebagaimana kondisi kita di saat mulai tawaf mengenakan kain Ikhram yang  apa adanya tanpa  memandang pangkat dan jabatan. Semua manusia harus merenungkan hal ini,” ucapnya. 

Sementara itu, Peneliti Pusat Pengkajian Islam & Masyarakat UIN Jakarta Dadi Darmadi mengatakan, bahwa isu lingkungan masih menjadi masalah saat pelaksanaan ibadah haji dan umroh.   

Dia mengutip pendapat seorang sastrawan Haji Danarto yang menulis buku "Orang Jawa Naik Haji" pada tahun 1982 saat melakukan ibadah yang luhur itu namun masih banyak yang membuang sampah di saat ibadah haji. 

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved