Pilpres 2024

Ganjar Mengaku Tak Menduga Jika Megawati Soekarnoputri Bakal Memilihnya Jadi Capres di Pilpres 2024

Gubernur Jawa Barat yang juga Bacapres 2024 PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo mengaku tak menduga dirinya dipilih Megawati Soekarnoputri sebagai capres.

Editor: PanjiBaskhara
Youtube PDIP
Foto: Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri memakaikan peci hitam Bung Karno kepada Ganjar Pranowo sebagai penanda calon presiden dari PDI Perjuangan dalam Rapat DPP Partai yang ke-140 dan diperluas, bertempat di Istana Batu Tulis, Kota Bogor, Jumat (21/4/2023). 

Anies takut ada penjegalan

Pada kesempatan sebelumnya, Anies Baswedan menggelar pertemuan dengan Tim delapan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) di Sekretariat Perubahan, Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Selasa (30/5/2023).

Anies Baswedan merespon pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bakal cawe-cawe dalam Pemilu 2024 mendatang.

Eks Gubernur DKI Jakarta itu berharap hal-hal dalam konotasi cawe-cawe tidak terjadi dan justru dimaknai dengan hal yang positif.

"Kami berharap kekhawatiran masyarakat yang diungkapkan (soal cawe-cawe) itu tidak benar dan dalam kenyataanya pemilu tetap seperti semula, Pilpres tetap seperti semula," ucap Anies saat konferensi pers di Sekretariat Perubahan, Jalan Brawijaya Jakarta Selatan, Selasa (30/5/2023).

Dia berharap adapun setiap calon yang akan bertarung dalam ajang Pemilu 2024 di semua tingkatan baik Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden semua bisa berjalan netral.

Tak hanya itu, para kandidat bacapres juga diharapkan memiliki hak yang sama tanpa keistimewaan salah satu pasang calon tertentu. 

"Setiap calon punya hak yang sama penyelenggara juga melakukan ini dengan fair dan netral. Kami berharp kekhawatiran itu tidak benar dan justru pelaksanaan berjalan baik sesuai prinsip demokrasi jujur dan adil," ungkap dia.

Dia pun mengaku banyak menerima ungkapan kekhawatiran usai Presiden Jokowi menyatakan akan cawe-cawe. Ungkapan kekhawatiran itu antara lain penjegalan.

"Jadi merespon pemberitaan yang mengungkapkan bahwa Presiden mengambil sikap untuk akan bersikap tidak netral, dalam kata cawe-cawe semenjak malam sampai dengan tadi siang kami banyak sekali menerima ungkapan, aspirasi dan kekhawatiran," ucap Anies.

Dirinya turut membeberkan sejumlah ungkapan kekhawatiran yang diterima Anies dan Koalisi Perubahan.

"Ada yang mengungkapkan kekhawatiran penjegalan, ada yang mengungkapkan kekhawatiran kriminalisasi, ada yang kekhawatiran tentang tidak netralnya penyelenggaraan pemilu, ada kekhawatiran tentang caleg-caleg yang diperlakukan tidak fair, partai-partai yang dapat perlakuan tidak fair, calon-calon presiden yang dapat perlakukan tidak fair," jelas dia.

"Kemudian potensi terjadinya kecurangan, yang semua itu dikhawatirkan muncul akibat adanya pernyataan bahwa tidak netral dan cawe-cawe," tambah dia.

Meski demikian, dirinya berharap ungkapan kekhawatiran itu tak terwujud usai Jokowi bilang akan cawe-cawe.

Semestinya, Pemilu dan Pilpres 2024 berjalan secara netral tanpa ada kecurangan.

"Kami berharap kekhawatiran-khawatiran yang tadi diungkapkan tidak benar. Itu adalah kekhawatiran saja dan dalam kenyataannya pemilu tetap seperti semula, pilpres seperti semula," jelas dia.

"Setiap partai punya hak yang sama mencalonkan, setiap caleg punya hak yang sama kampanye dan mendapatkan perlakukan yang sama. Begitu juga setiap capres memiliki hak yang sama, penyelenggara juga melakukan yang ini dengan fair, baik, dan netral," tutup dia. 

Jokowi akan cawe-cawe

Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) blak-blakan akan tetap cawe-cawe jelang Pemilu 2024.

Presiden menegaskan cawe-cawe yang dimaksud ke arah positif demi bangsa dan negara.

Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu dengan para pemimpin redaksi sejumlah media serta content creator di Istana Negara, Senin (29/5/2023).

Presiden menegaskan cawe-cawe yang dimaksudnya tak akan melanggar Undang-Undang.

"Demi bangsa dan negara saya akan cawe-cawe, tentu saja dalam arti yang positif," ucap Jokowi.

"Saya tidak akan melanggar aturan, tidak akan melanggar undang-undang, dan tidak akan mengotori demokrasi," kata Jokowi.

Presiden menjelaskan alasannya cawe-cawe yang dimaksud terkait Pemilu 2024 karena Indonesia hanya memiliki waktu 13 tahun ke depan demi menjadi negara maju.

Ia menyebut Indonesia saat ini berada di posisi upper middle income.

Menurut Presiden sementara untuk menjadi negara maju, pendapatan per kapita Indonesia harus berada di kisaran USD 10.000 per tahun.

"Kita ini sekarang ada di middle income walaupun di level upper tapi kita masih di level middle income. Nah untuk keluar dari middle income itu, untuk jadi negara maju itu perolehan pendapatan per kapitanya minimal 10 ribu," ujar Jokowi.

Dilansir dari Kompas TV Selasa (30/5) kemudian Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Setpres Bey Machmudin menjelaskan alasan Presiden Jokowi mengakui ikut cawe-cawe politik jelang Pilpres 2024.

"Terkait penjelasan tentang cawe-cawe untuk negara dalam Pemilu, konteksnya adalah: Presiden ingin memastikan Pemilu serentak 2024 dapat berlangsung secara demokratis, jujur dan adil,"tulis Bey dalam pesan Whatsapp, Senin (29/5/2023).

Tak hanya itu Bey juga menjelaskan Presiden ingin pemimpin nasional ke depan dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis seperti pembangunan IKN, hilirisasi, transisi energi bersih.

Meski begitu terkait pilihan rakyat, Bey menjelaskan Presiden akan menghormati dan menerima pilihan rakyat.

"Presiden akan membantu transisi kepemimpinan nasional dengan sebaik-baiknya,"jelas Bey dalam pesan singkatnya itu.(*)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News

(Tribunnews.com)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved