Geger Temuan Komunitas LGBT Ada di Kalangan Anak Sekolah, Orang Tua Diminta Waspada

Keberadaan kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) kalangan anak sekolah bikin geger hingga para orang tua diminta untuk waspada.

Tribun Bogor
Keberadaan kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di kalangan anak sekolah bikin geger hingga para orang tua diminta untuk waspada. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Keberadaan kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) kalangan anak sekolah bikin geger.

Pasalnya komunitas LGBT tersebut kini menyasar kalangan anak sekolah hingga menjadi perhatian masyarakat di Wonogiri, Jawa Tengah. 

Permasalahan itu muncul dan dibahas dalam Forum Silaturahmi Masyarakat Wonogiri 2023 di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri yang digelar pada Jumat (19/5/2023). 

"Dinas Sosial sudah menemukan grup atau kelompok LGBT," kata Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, kepada TribunSolo.com. 

Menurutnya Dinas sudah mendeteksi adanya embrio LGBT yang mana kelompok LGBT itu masih dalam kategori anak muda. 

Baca juga: Al Ghazali Kantongi 2 Tiket Konser Coldplay di London, Tidak Ikut Berburu Tiket Konser di Jakarta

Dia menilai hal itu adalah fakta di lapangan maka harus disampaikan dan harus dicermati oleh berbagai pihak. 

"Ini menurut saya mengkhawatirkan. Ini kan berarti terjadi pergeseran perilaku sosial," terang Jekek sapaan akrabnya. 

Dia menjelaskan penyelesaian permasalahan itu tidak bisa dilakukan dengan regulasi.

Menurutnya perlu dibangun kesadaran terkait apa dampak yang muncul akibat hal tersebut.

"Kita bangun kesadaran dengan pendekatan-pendekatan, melalui konseling, asesmen dan pendampingan. Kalau sudah mapan, kita perkuat dengan regulasi," jelasnya. 

Saat ditanya berapa jumlah temuan di lapangan atas fenomena itu, Jekek menyebutnya tinggi namun dia tak merinci berapa jumlah temuan LGBT itu. 

Baca juga: IKER Casillas Hapus Cuitan Dirinya LGBT, Carles Puyol Minta Kisah Cinta Mereka Diungkap

"Umpamanya tiga temuan menurut saya sudah tinggi karena ada anomali, anak usia sekolah kok. Ada problem baru di Wonogiri berkaitan indikasi LGBT ini," imbuh dia. 

Kedepan pihaknya akan membahas bagaimana cara memecahkan masalah itu. Pihaknya bersama dinas terkait akan mendeteksi potensi-potensi masalah yang muncul seperti HIV/AIDS. 

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Setyarini, mengatakan LGBT menjadi salah satu penyebaran HIV. Menurut dia, fenomena tersebut seperti fenomena gunung es.

Pihaknya juga mencoba melakukan screening kepada orang-orang yang berpotensi terpapar usai melakukan pendekatan. 

"Memang ada potensi kenaikan kasus HIV karena LGBT, tapi faktor penyebabnya ada banyak," ujarnya. 

Baca juga: 200 Pasangan LGBT China dan Filipina Menikah, Biaya Pernikahan Gay Cuma 100 dolar AS

Orang Tua Diminta Waspada

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Wonogiri, Kurnia Listyarini, mengatakan peran pengawasan orang tua dan lingkungan diperlukan dalam mengantisipasi fenomena itu. 

Lingkungan perlu mengetahui komunitas yang dekat dengan si anak.

Kemudahan akses dengan perkembangan teknologi informasi justru dimanfaatkan sekelompok orang yang memiliki maksud tertentu, salah satunya komunitas LGBT yang terendus tersebar di sejumlah kecamatan di Wonogiri.

"Saat lingkungan melihat tanda-tanda komunitas yang berkumpul sampai malam, itu belum tentu komunitas yang sekedar tidak aman dari minuman keras atau sejenisnya, namun ternyata dari perilaku menyimpang (LGBT)," kata dia, kepada TribunSolo.com, Jumat (19/5/2023).

Baca juga: Kesal Diminta Handjob Jadi Motif Pelaku Bunuh dan Mutilasi Penerjemah Bahasa Mandarin, Diduga LGBT

Selain itu anak juga perlu dijaga dan diawasi ketika bergaul. Bukan hanya saat bergaul dengan lawan jenis, melainkan dengan sesama jenisnya.

Kurnia menjelaskan, perlindungan anak bukan hanya untuk anak perempuan saja. Namun anak laki-laki juga masuk di dalamnya.

Bahkan lingkungan pergaulan satu jenis kelamin di sekolah atau lingkungan rumah yang biasanya dianggap aman, ternyata kini perlu dicurigai karena berpotensi terjadi hal-hal seperti itu.

"Saat melihat kondisi seperti itu, keluarga dan lingkungan bisa mengembalikan anak ke aktivitas positif dan dipantau. Kalau banyak kegiatan, mereka tidak akan terlalu jauh masuk ke lingkungan itu," jelasnya.

Menurut dia, perilaku LGBT juga bisa terjadi karena faktor hormon yang tidak seimbang.

Lingkungan juga berperan penting dalam membentuk pribadi si anak menjadi seorang yang suka sesama jenis.

Menurutnya Dinas Sosial juga bisa ikut dalam melakukan rehabilitasi terhadap anak yang masuk ke dalam komunitas LGBT dengan pendekatan.

Meskipun begitu penanganan maupun antisipasi memerlukan berbagai pihak, selain orang tua dan lingkungan, dinas terkait seperti Dinkes dan Dinas Pendidikan juga memiliki peran.

(TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved