Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Bioskop Metropole Dibangun Hindia Belanda Diresmikan Mohammad Hatta
Jakarta memiliki salah satu bioskop tertua di dunia. Bioskop Metropole atau Metropole XXI menyimpan banyak sejarah Jakarta.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Desy Selviany
Arsitek Liauw Goan Seng meninggalkan Indonesia pada 1958 untuk pindah ke Belanda ketika terjadi naturalisasi.
Menurut Rosihan Anwar dalam buku berjudul, “Sejarah Kecil, Petite Histoire Indonesia” (2004), Bioskop Metropole adalah gedung film tertua dan termegah yang ada di Jakarta. Bahkan saking megahnya bioskop ini bisa menampung jumlah penonton sampai 1000 orang.
Bangunan tua ini sejak zaman Belanda sering menjadi tempat berkumpul kaum muda-mudi.
Rosihan Anwar mengatakan tak jauh seperti muda-mudi tahun 2000-an, mereka janjian dan berpacaran di Bioskop Metropole.
Bioskop Metropole merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat Jakarta.
Baca juga: Sejarah Jakarta: Mall Grand Indonesia Diresmikan SBY dan Tempat Merek Mewah Dunia Dijajakan
Bahkan kehadiran bioskop ini sempat melahirkan adagium yang khas di kalangan anak-anak muda yaitu, “kalau belum ke Metropole, lo belum gaul”.
Pada tahun 1960, mengikuti perintah Presiden Soekarno, Metropole mengganti namanya yang berbau asing menjadi Megaria.
Kemudian sepanjang Orde Baru sempat berganti nama menjadi Megaria Theatre.
Pada 1989, ketika gedung bioskop ini disewakan pada jaringan 21 Cineplex, namanya berubah menjadi Metropole 21, dan sempat berganti kembali menjadi Megaria 21.
Bioskop Metropole juga menjadi bioskop kelas satu pertama di Indonesia yang memutar film buatan anak bangsa berjudul Krisis.
Saat itu film besutan Umar Ismail ditolak diputar di bioskop-bioskop kelas satu yang hanya menayangkan film Amerika.
Namun saat Bioskop Metropole mengambil langkah antimainstream film Krisis pun meledak hingga bertengger selama lima minggu lamanya di Bioskop Metropole melebihi periode film-film barat saat itu.
Di era Orde Baru, Bioskop Metropole menjadi salah satu lokasi populer untuk berkumpul bagi mahasiswa pada masa reformasi pada akhir tahun 1990-an.
Sebab lokasi Bioskop Metropole dekat dengan kantor pusat tiga partai dominan pada masa Orde Baru Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golongan Karya (Golkar).
Sejak tahun 1993, Metropole dimasukkan sebagai cagar budaya kelas A oleh Gubernur Jakarta.
Maka dari itu bangunan Bioskop Metropole tidak boleh dibongkar dan diubah dari penampakan aslinya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.