Cuaca Ekstrem

Luhut Binsar Ingatkan Akan Ada El Nino Pada Agustus, Terjadi Kekeringan dan Cuaca Lebih Panas

Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan mengenai kemungkinan terjadinya El Nino pada Agustus mendatang yang bisa memicu kekeringan

|
KOMPAS.com
Ilustrasi - Luhut Binsar bicara kemungkinan terjadi El Nino 

WARTAKOTALIVE.COM - Suhu panas dirasakan warga di Jakarta dan sekitarnya, panasnya bisa mencapai 38 derajat celcius, apa penyebabnya? 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan mengenai kemungkinan terjadinya El Nino (pemanasan suhu muka laut) pada Agustus mendatang yang bisa memicu kekeringan.

Hal itu disampaikannya lewat unggahan di akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan pada Rabu (26/4/2023).

Dilansir dari unggahan yang sudah dikonfirmasi kepada Juru Bicara Menkomarves Jodi Mahardi, mula-mula Luhut mengungkapkan bahwa Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia telah menyebutkan bahwa fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah akhirnya telah berakhir.

Baca juga: Antisipasi El Nino, Ditjen Bina Adwil Serahkan Bantuan Sarana Pemadam Kebakaran ke 28 Daerah

Sebagai gantinya, El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering.

"Berdasarkan data yang kami dapatkan, suhu laut juga mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016 yang lalu. Belum lagi gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini," ujar Luhut.

"Dari pemodelan cuaca yang kami dapatkan, El Nino diprediksi terjadi pada Agustus 2023 meski ketidakpastian tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi," kata dia.

Oleh karena itu, Luhut mengingatkan semua pihak belajar dari pengalaman situasi El Nino pada 2015.

"Belajar dari pengalaman 2015 lalu yang terjadi di Indonesia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas dan juga kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah," ujar Luhut.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Jakarta Rabu 8 Februari, Aktivitas Masyarakat Dihantui Hujan Ringan dan Suhu Panas

Hal tersebut, menurut dia, berkorelasi terhadap urunnya produksi pertanian dan pertambangan berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF).

Belum lagi dampak luas terhadap inflasi Indonesia dikarenakan besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan.

Hal ini terjadi karena diperkirakan 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrem di tahun tersebut.

Data World Food Programme bahkan menyebut bahwa tiga dari lima rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan.

Satu dari lima rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan.

"Untuk itu, kami akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun. Saya meminta seluruh kementerian/lembaga terkait juga pemerintah daerah mulai bersiap sejak dini," ujar Luhut.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved