Pilpres 2024
Usulan Yusril Ihza Mahendra Jadi Cawapres di Pilpres 2024, Prabowo Subianto: Segala Kemungkinan Bisa
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebut segala kemunkinan bisa jadikan Ketua Umum PBB jadi cawapres di Pilpres 2024.
Hanya saja saat ditanyakan persoalan apa saja yang dibahas dalam pertemuan itu, Prabowo menyatakan bahwa hanya silaturahmi politik biasa antar sahabat lama.
"Tadi kita dalam rangka dalam suasana kekeluargaan, jadi jangan ada saling mengejek, menghujat dan hal-hal negatif seperti itu tidak pantas dan tidak perlu dan tidak cocok untuk budaya Indonesia," tukas dia.
Prabowo Subianto Terbuka Jika Partai Perindo Bergabung dengan Koalisi Besar
Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo (HT) beserta jajarannya, mendatangi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (5/4/2023).
Adapun kedatangan dari Hary Tanoesoedibjo langsung disambut langsung oleh Prabowo Subianto.
Pertemuan antara Hary Tanoesoedibjo dengan Prabowo Subianto berlangsung hampir dua jam tersebut.
Setelah pertemuan, Prabowo Subianto menyampaikan, bahwa mereka sudah bersahabat cukup lama.
"Saya sama Pak Hari ini sudah bersahabat cukup lama dari saat beliau masih, masih muda dan saya waktu itu rodo muda. Tapi kita bersahabat lama di saat yang, zaman yang macam-macam kita masih tetap bersahabat," ujar Prabowo Subianto di Kawasan Jakarta Selatan, Rabu (5/4/2023).
Prabowo Subianto juga mengatakan, membuka pintu jika Perindo ingin gabung ke dalam Koalisi.
"Kita terbuka, dan gembira kalau perindo dan partai-partai lain yang mau bergabung kita ingin suatu Katakanlah barisan yang cukup besar solid," ujar Prabowo Subianto.
"Supaya menjamin kelangsungan pembangunan, supaya menjaga ketenangan Kerukunan, ya kita butuh adalah keharmonisan, kerukunan, kesejukan rakyat, harus tenang harus dilindungi dan harus dipertahankan," tambah Prabowo Subianto.
Selain itu, Prabowo Subianto menyebut, bahwa Partai Gerindra dan Perindo punya visi, dan nilai yang sama.
"Kita sepakat kita banyak visi yang sama, kita banyak nilai-nilai yang sama," tutur Prabowo Subianto.
Prabowo menambahkan, pertemuan itu memunculkan kesepakatan kedua partai untuk bertemu kembali.
"Jadi kita akan bertemu lagi, untuk dan kita sepakat bahwa kita ingin lebih dalam pembicaraan supaya kita bisa ada kerja sama politik ke depan, untuk kepentingan bangsa dan rakyat," kata Prabowo Subianto.
Bantah Koalisi Besar Bakalan Alot
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto membantah koalisi besar bakal alot untuk terbentuk.
Eks Danjen Kopassus itu memastikan PDI Perjuangan (PDIP) tidak seseram itu.
Hal itu diungkap Prabowo seusai terima kunjungan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo di kediamannya di Kertanegara IV, Jakarta Selatan pada Rabu (5/4/2023).
Menurut Prabowo Subianto, prediksi koalisi besar bakal alot untuk terbentuk dinilai tergantung situasi kondisi.
Dikatakan Prabowo Subianto, tidak masalah negosiasi alot jika nantinya mendapatkan hasil yang baik.
"Saya kira demikian kalau pengamat memprediksi alot ya saya kira bisa alot bisa lancar. Ya, kan tergantung itikad baik kita semua."
"Saya kira tidak jadi masalah dan kadang-kadang negosiasi alot pun kalau hasilnya bagus emangnya kenapa ya?," ujar Prabowo seusai melakukan pertemuan dengan Hary Tanoe di Kertanegara IV, Jakarta Selatan pada Rabu (5/4/2023).
Prabowo Subianto menuturkan bahwa kemungkinan koalisi besar terbentuk lantaran Eks Danjen Kopassus itu sudah saling mengenal satu sama lainnya dengan parpol koalisi. Hubungannya pun bersahabat dengan baik.
"Sebagai contoh, hubungan saya dengan Pak Zul Hasan, Pak Airlangga baik, Pak Mardiono baik, Pak Muhaimin apa lagi. Jadi kalau saya kok tidak merasa akan alot ya. Saya nggak tau. Mungkin pengamat lebih pintar dari saya," ungkap Prabowo Subianto.
Di sisi lain, Prabowo menegaskan bahwa pihaknya tak merasa alot karena semuanya telah dianggap sebagai kawan. Termasuk dengan PDI Perjuangan (PDIP).
Ia menjelaskan bahwa partai berlambang banteng itu tidak seseram yang dibayangkan untuk dapat membangun koalisi.
"Saya enggak merasa alot, saya merasa ini kawan semua, kita merah putih semua, iya kan. Kita gak usah diragukan lagi mereka, benar enggak. Saya sama teman-teman di PDIP juga saya kira ya tidak seseram yang kalian berharap mungkin," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PKB Bidang Pemenangan Pemilu Jazilul Fawaid menyatakan, adanya kerumitan yang bakal dihadapi jika Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) bakal melebur menjadi koalisi besar.
Adapun kerumitan yang dimaksud yakni, dalam menentukan siapa sosok yang akan dijadikan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dari Koalisi Besar itu.
"Ini yang kami pikirkan apakah nanti atau pengambilan keputusan terkait capres dan cawapres dengan koalisi yang besar itu pakai ukuran dan standar apa memutuskannya," kata Jazilul dalam keterangannya, Senin (3/4/2023).
Sebab kata Jazilul, hingga kini dari setiap koalisi yang sudah terbentuk, termasuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan, masih belum menemukan formula yang tepat untuk mengusung pasangan capres dan cawapres.
Terlebih kata dia, antara PKB dengan Gerindra dalam KKIR. Jazilul menyebut, sejauh ini kedua partai itu masih belum dapat tentukan siapa yang akan diusung sebagai capres dan cawapres.
Padahal kata Jazilul, partai yang ada di dalam KKIR hanya ada dua, apalagi jika koalisi besar itu terbentuk, dirinya mengkhawatirkan akan adanya kerumitan yang lebih tinggi lagi nantinya.
"Orang kami berdua aja (Gerindra-PKB) aja kesulitan memutuskan (capres-cawapres), apalagi berlima," ucap pria yang akrab disapa Gus Jazil itu.
Oleh sebab itu, sebagai proses awal, PKB kata Gus Jazil mengikuti apa yang menjadi arahan Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum partai tentang wacana koalisi besar tersebut.
Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri jika nantinya beragam kerumitan akan dihadapi oleh koalisi besar.
"Pengalaman yang berjalan itu kerumitannya justru pada bagaimana menyusun format koalisi nya, menentukan calon presiden dan calon wakil presidennya, dan juga portofolio yang akan dibuat," tukas dia.
Prabowo Subianto Menang Dua Putaran Pilpres 2024
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei melalui zoom pada Minggu (26/3/2023).
Dimana kemudian dipaparkan dalam tema 'Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru'.
Temuan ini, tiga nama seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan masih bertengger di posisi teratas dalam pilihan masyarakat untuk kontestasi Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, jika nama Prabowo dan Anies bertanding dalam pemilihan presiden hari ini, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo keluar sebagai pemenang ungguli mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Hal tersebut dengan asumsi Ganjar Pranowo tidak lolos pada putaran pertama.
"Simulasi dua nama, jika Ganjar tidak lolos pada putaran Pilpres 2024, Prabowo ungguli Anies Jika hari ini dilakukan pemilihan antara Anies versus Prabowo, Prabowo ungguli anies dengan 45 persen suara, sedangkan Anies memperoleh 37,4 persen. Pendukung Ganjar lebih banyak lari ke Pak Prabowo" jelas Burhanuddin.
Sementara untuk calon wakil presiden, dalam simulasi 5 nama, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berada pada posisi teratas dengan perolehan 22 persen.
Sementara Menteri BUMN Erick Thohir di posisi kedua dengan perolehan 17,6 persen.
Lalu Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono berada di posisi ketiga dengan 17,2 persen, dan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno berada di posisi keempat dengan 16,3 persen.
Kenaikan Elektabilitas Prabowo Diduga Ada Efek Endorsement Jokowi
Elektabilitas Prabowo Subianto alami kenaikan setelah sebelumnya sempat turun, diduga ada efek dari endorsement yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi),
Pola ini ditemukan Indikator Politik Indonesia yang merilis Survei Nasional (Surnas) terkait Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru.
Survei ini dirilis pada Minggu, 26 Maret 2023.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan elektabilitas Prabowo dalam setahun terakhir cenderung turun, namun tiba-tiba meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Indikator menganalisis efek Jokowi endorsement kepada Prabowo, karena sejak bulan November Presiden Jokowi berkali-kali menyatakan kode dukungan kepada Prabowo.
"Kita menganalisis efek Jokowi endorsement kepada Prabowo, karena Jokowi sejak bulan November berkali-kali menyatakan kode, bahkan kodenya terang benderang untuk mendukung Prabowo dengan menyebut 2024 jatahnya Prabowo, kemudian nenteng Prabowo kesana kemari."
"Kalau untuk Ganjar ada kodenya, tapi dengan bahasa yang high konteks, misalnya rambut putih. Tapi beberapa bulan terakhir saya kira lebih banyak kode yang dilemparkan Jokowi ke Prabowo," ujarnya.
Di kalangan pemilih Jokowi pada tahun 2019, efek endorsement Jokowi ada kenaikan elektabilitas 2 persen untuk Prabowo di kalangan pemilih Jokowi 2019.
"Jadi awalnya pemilih Jokowi, tren elektabilitas Prabowo di kalangan pemilih Jokowi, dengan asumsi tidak ada endorsement Jokowi, pemilih Jokowi yang memilih Prabowo ini tinggal menunggu waktu untuk habis. Ini tren sebelum endorsement. Kemudian ada endorsement Jokowi, Prabowo mengalami kenaikan.
Kalau kita bandingkan tren jika tidak ada endorsement dengan tren setelah ada endorsement itu kenaikannya kurang lebih sekitar 2 persen.
Jangan lupa, post election survei itu biasanya mereka yang mengaku memilih pemenang itu lebih banyak ketimbang yang mengaku memilih yang kalah," ujarnya.
Sedangkan di kalangan pemilih Prabowo di Pilpres 2019, tidak ada efek jelas dari endorsement Jokowi.
Pemilih Prabowo di Pilpres 2019, sebagian besar sudah beralih ke Anies bahkan sebelum Anies dideklarasikan Nasdem sebagai Capres pada Oktober 2022. Utamanya basis Islamis sehingga yang tersisa adalah core voter Prabowo.
"Seperti tadi yang saya sampaikan, awalnya Prabowo tertinggi tapi kemudian turun, karena sebagian pemilihnya bergeser ke Ganjar atau Anies, tapi kemudian mengalami return."
"Saat Jokowi lakukan endorsement terhadap Prabowo, efek terhadap pendukung Prabowo 2019 itu kecil, karena sebagian pendukung Prabowo sendiri, terutama berbasis Islamis sudah lari, terutama setelah Prabowo bergabung dengan pemerintah," ujarrnya.
Sejumlah nama tampak mendapat sinyal dukungan dari Presiden Joko Widodo.
Meski tidak secara eksplisit menyebut nama, namun Jokowi mengisyaratkan dukungannya pada nama-nama tertentu.
Namun situasi ini tidak pasti di tingkat Capres, sehingga penting untuk melihat bakal Cawapres yang mampu menutupi kelemahan elektoral 3 nama bakal Capres yang masih duduki posisi teratas berdasarkan hasil survei (Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan).
Elektabilitas Ganjar Pranowo Teratas
Dalam simulasi 34 nama capres yang disurvei Indikator Politik Indonesia (IPI) tercatat elektabilitas Ganjar Pranowo ungguli nama-nama seperti Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Adapun survei tersebut telah dilakukan pada Februari-Maret melibatkan 1.220 responden di seluruh Indonesia.
Dari hasil survei tersebut tercatat Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas 30,8 persen, disusul Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dengan angka yang sama 21,7 persen.
Lalu disusul Ridwan Kamil 6,3 persen dan AHY 1,6 persen.
"Itu berdasarkan simulasi berdasarkan simulasi 34 nama capres. Jadi urutan tiga teratas tidak banyak berubah kecuali peringkat dua dan tiga masuk dalam margin of error antara Pak Prabowo dan Anies Baswedan," kata Burhanuddin dalam keterangannya dari hasil survei IPI terbaru secara daring, Minggu (26/3/2023).
Kemudian dikatakan Burhanuddin melihat dari tren hasil survei elektabilitas, nama Prabowo dan Ganjar Pranowo cenderung naik.
Sementara itu Anies Baswedan cendrung stagnan
"Kalau kita lihat trennya seperti acuan kuda, awalnya Pak Prabowo yang unggul. Kemudian Ganjar urutan ketiga dan Mas Anies urutan dua. Kemudian Ganjar menyalip Anies Baswedan di bulan Juli 2021, menyalip Pak Prabowo April 2022," tegasnya.
Sementara itu menurut Burhanuddin untuk posisi empat ke bawah tidak ada ubahan angka yang berarti.
"Kecuali Ridwan Kamil yang sempat melejit setelah tragedi yang dialami putranya. Tetapi kemudian ada penurunan," tuturnya.
Sebagai informasi survei terbaru IPI di atas melibatkan sebanyak 1.220 orang pada Februari dan periode 12-18 Maret 2023 jumlah sampel sebanyak 800 orang. Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.9 persen (Februari) dan ±3.5 persen (Maret) pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).
Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
(Tribunnews.com/Igman Ibrahim/Rizki Sandi Saputra/Muhammad Zulfikar/Wartakotalive.com/M32)
Tim Sinkronisasi Prabowo-Gibran Tegaskan Pemangkasan Makan Bergizi Rp 7.500 Cuma Isu |
![]() |
---|
Gibran Mundur dari Wali Kota Solo, Mardani Ali Sera Sebut Perlu Banyak Menyerap dan Siapkan Diri |
![]() |
---|
Menko PMK Muhadjir Sebut Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Sudah Dibahas Dalam Rapat Kabinet |
![]() |
---|
AHY Dukung Prabowo Tambah Pos Kementerian dan Tak Persoalkan Berapa Jatah Menteri untuk Demokrat |
![]() |
---|
Prabowo-Gibran Ngopi Santai di Hambalang, Gerindra: Sangat Mungkin Bahas Format dan Formasi Kabinet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.