Berita Jakarta
Rangga Rahayuna Banting Setir dari Pengusaha Konveksi ke Kuliner Pakai Resep Ibu
Berangkat dari hobi berburu dan mencicipi kuliner, Rangga Rahayuna Cahyadi (29) memutuskan banting setir dari konveksi jadi pengusaha kuliner
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, KEMBANGAN — Berangkat dari hobi berburu dan mencicipi kuliner, Rangga Rahayuna Cahyadi (29) memutuskan banting setir dari dunia ritel konveksi, menjadi pengusaha kuliner atau bidang Food and Beverage (FnB).
Di usianya yang masih sangat muda, ia kini sudah memiliki sebuah usaha bernama warung nasi Siang Wengi yang menyediakan berbagai kudapan khas Sunda dengan cita rasa keluarga.
Adapun lokasinya, berada di Jalan Meruya Selatan nomor 16, Joglo, Jakarta Barat.
Berbagai masakan Sunda yang dijual olehnya itu diolah menggunakan resep sang ibu tercinta.
Dari ide tersebutlah, ia tumbuh menjadi pengusaha muda baru yang patut diperhitungkan keberadaannya.
Pasalnya, Rangga mengaku tak memiliki ilmu apapun di bidang FnB.
Baca juga: Rekomendasi Lokasi Buka Puasa di Meruya, Warung Siang Wengi Khas Sunda Resep Keluarga
Ia hanya berkaca pada para kompetitornya dan melakukan pengembangan bisnis dengan memakai strategi-strategi tertentu.
Namun kini, warung nasi berkonsep resto miliknya itu sudah digandrungi banyak orang dari berbagai daerah.
Kebanyakan dari mereka, mengaku ketagihan dengan kualitas rasa bintang lima yang disajikan oleh warung nasi Siang Wengi tersebut.
"Awal mulanya enggak terpikirkan untuk buka di dunia FnB ya, warung Sunda ini. Karena saya basic-nya juga dulu ritel, konvesi," ujar Rangga saat ditemui Wartakotalive.com di warung nasi Siang Wengi, Jalan Meruya Selatan nomor 16, Joglo, Jakarta Barat, Minggu (2/4/2023).
"Cuma saya sama keluarga yang lain senang sama kuliner dan sering makan, terutama masakan-masakan Sunda, akhirnya terpikirkan untuk kami buka juga," lanjutnya.
Pria berkacamata itu mengatakan, Siang Wengi sendiri berarti siang malam.
Nama tersebut dicatutnya dari inspirasinya kala melihat sebuah nama restoran padang bernama Pagi Sore.
"Jadi basic-nya restoran padang itu kan Pagi Sore, jadi kami sebenarnya bingung mau menamakan apa? Konsepnya apa yang bikin penasaran, kalau Pagi Sore, oh ya sudah Siang Wengi saja," ujar Rangga.
"Dan sekeluarga juga setuju. Saya cek juga di Google, di beberapa website karena kan harus profesional juga, apakah ada atau enggak, karena tidak ada jadi diputuskan Siang Wengi," lanjutnya.
Baca juga: Layanan Pesan Antar Makanan Meningkat Saat Ramadan, Ini Tips Untung Lebih Banyak Bagi UMKM Kuliner
Rangga mengatakan, awalnya ia tak berniat mendirikan resto yang besar untuk warung nasi tersebut.
Ia hanya ingin membangun tenda sederhana dan memasarkan masakan ibundanya agar bisa juga dinikmati orang banyak.
"Sebenarnya tadinya enggak mau sebesar ini, kami sekeluarga mau buka tenda aja. Cuma Alhamdulillah mungkin dikasih rezeki sama Allah, ya sudahlah kami hajar aja. Makanya Alhamdulillah jadi sebesar ini," ungkap Rangga.
Menurutnya, ide membangun warung nasi tersebut sebenarnya telah ada sejak lama, yakni sekira tiga tahun lalu.
Namun karena terhalang Pandemi Covid-19 serta sulitnya mendapatkan tempat yang cocok, membuat warung nasi tersebut baru bisa terealisasi tahun ini.
"Resto ini kan baru dua bulan ke belakang, kalau ide buka resto ini sudah dari tiga tahun yang lalu. Tapi karena terkendala dan lain sebagainya dan proses pencarian tempat itu juga kan susah karena jodoh-jodohan lah, jadi baru terealisasi," ujar Rangga.
Kendati begitu, warung makan seluas 400 meter persegi yang buka sejak 12 Februari 2023 ini, kini sudah memiliki 12 karyawan dan berbagai ragam menu masakan khas Sunda paling populer di Indonesia.
Selain rasa yang otentik dan berkualitas, Rangga juga mengatur strategi dengan menyediakan menu masakan yang murah meriah dan ramah di kantong para keluarga yang hendak mencicipi menu masakan khas tanah Pasundan.
"Di Jakarta ini banyak sekali restoran Sunda, saya lihat banyak yang makanannya enak tetapi tempatnya tidak nyaman karena panas dan segala macam. Ada yang restorannya besar, tetapi makanannya biasa saja. Nah jadi kalau kami mau restoran besar, bikin lah tempat yang nyaman," kata dia.
Selain itu, pria asal Bandung, Jawa Barat tersebut juga mengaku sengaja banting harga murah untuk menarik konsumen.
Namun, murahnya harga tersebut tak membuat kualitas makanan yang disajikan menurun. Justru Rangga menantangnya dengan memberikan porsi atau ukuran yang jauh lebih besar dari kompetitor lainnya.
"Karena saya awam sama keluarga, memang kesulitan (di dunia FnB), kami cuma mengambil ilmu dari kompetitor-kompetitor yang ada," kata Rangga.
"Kami buka restoran, terus kami lihat harga kompetitor yang ada menunya sekian (harganya), terus kami banting lebih murah dan rasanya lebih enak juga porsinya lebih banyak," imbuh dia.
Rangga memberikan contoh, misalnya sate-satean angkringan yang biasanya dibanderol Rp 13.000, ia hanya menjualnya dengan harga Rp 8.000 saja.
Tentunya, dengan porsi yang jauh lebih besar.
Strategi tersebut tak dipikirkan Rangga seorang diri, ia melibatkan sang ibu serta keluarga lainnya untuk mengelola warung nasi yang lokasinya di pinggir jalan tersebut.
"Saya di sini enggak menghandle (memegang) sendiri, ada ibu saya yang membantu saya dari proses masak sampai prasmanan. Kalau saya di sini hanya menjalankan, mengawasi, dan melakukan marketing segala macam," ungkapnya.
"Nah paling tantangan beratnya itu kami harus mencari suplier-suplier bahan pokok dan juga mencari equipment (peralatan) dan bahan-bahan dapur," lanjutnya.
Meski sempat mengalami sejumlah tantangan, namun dirinya tetap optimis bisnisnya itu dapat berkembang dan digemari banyak orang.
Hal tersebut dikuatkannya dengan cara memertahankan konsistensi rasa masakan.
"Paling penting untuk FnB itu konsistensi rasa. Jadi ada customer (pembeli) datang, rasanya enak, besok beliau datang lagi rasanya biasa aja, itu adalah satu hal yang tidak saya inginkan," kata Rangga.
"Jadi yang penting konsistensi rasa, untuk improvement (pengembangan) kami buat improvement baru seperti menu masakan beda tiap harinya," imbuh dia.
Di akhir, Rangga berharap resto yang dibangunnya bersama sang ibu dan keluarga bisa semakin maju, sukses, dan dikenal masyarakat luas, tidak hanya di daerah Meruya, tetapi juga di Jabodetabek.
Untuk informasi, warung nasi Siang Wengi tersebut menyajikan beragam kudapan khas Sunda, seperti menu-menu angkringan: tahu, tempe, ayam, ikan.
Adapula aneka sate-satean, seperti sate kulit, udang, usus, dan ati ampela. Serta, beberapa tumisan atau lalapan lainnya.
Adapun menu yang menjadi rekomendasi tempat tersebut ialah sup iga bakar dan ayam serundeng.
Menu-menu tersebut biasa dilengkapi dengan sambal. Untuk sambal sendiri, ada empat jenis yang disajikan secara gratis. Yakni, sambal terasi, sambal dadak, sambal bawang, dan sambal hijau.
Pembeli bisa bebas memilih menu dan variasi sambal yang diinginkannya kala berkunjung ke resto berkonsep instagramable tersebut. (m40)
| Jakarta Tuan Rumah POPNAS XVII & PEPARPENAS XI, Transportasi dan Wisata Digratiskan untuk Atlet | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Catatan Partai Ummat Jelang Setahun Kepemimpinan Pramono-Rano di Jakarta | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Trotoar Disabilitas di Grogol Jakbar Mubazir, PKL Berdalih Hanya Cari Nafkah | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Puluhan Pemuda Balap Liar dan Tutup Jalan Raya di Duren Sawit Jakarta Timur, Kabur Didatangi Polisi | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Foto-foto Kenaikan Tarif Transjakarta Masih Dikaji Dishub DKI Jakarta | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|

                
												      	
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.