Kecewa dengan Sikap Jokowi, Penjual Pakaian Impor Bekas: Katanya Ilegal Tapi Bisa Lewat

Sikap Presiden Joko Widodo sentil penjual pakaian impor bekas yang dianggap mengganggu industri tekstil dalam negeri menuai rasa kecewa dan keberatan.

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
Nenggolan (baju loreng pink), penjual pakaian impor bekas di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Sikap Presiden Joko Widodo sentil penjual pakaian impor bekas yang dianggap mengganggu industri tekstil dalam negeri menuai rasa kecewa dan keberatan. 

WARTAKOTALIVE.COM, SAWAH BESAR - Usai Presiden Joko Widodo sentil pelaku bisnis impor pakaian bekas gegara dianggap mengganggu industri tekstil dalam negeri, sejumlah pedagang baju bekas atau thrifting di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat mengaku keberatan.

Salah satunya Nenggolan (55), pedagang thrifting yang sudah 23 tahun berjualan pakaian bekas itu mengaku sedih dan bingung harus berbuat apa usai orang nomor satu di Indonesia menyindir bisnisnya.

"Saya sangat keberatan, saya 23 tahun di sini, hidup saya dari sini," ujar Nenggolan saat ditemui di kiosnya, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (17/3/2023). 

Menurutnya, larangan itu membuat beban hidupnya bertambah. Pasalnya, ia merupakan tulang punggung keluarga sejak suaminya jatuh sakit bertahun-tahun lalu.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Jabodetabek Besok Sabtu 18 Maret 2023, Jakarta Berawan Seharian, Depok Potensi Hujan

"Sangat berat, sejak kejadiannya itu kok gini amat, selama ini kan katanya ilegal, tapi bisa lewat (bea cukainya)," kata Nenggolan.

"Ini juga sekennya sangat mahal, kami di sini cari nafkah aja. Kalau untuk kekayaan kami enggak dapat, ini cuma buat nafkah aja, makan sehari-hari. Boleh disurvei apa adanya, buat nafkah, saya enggak ada apa-apa," imbuhnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

Ibu satu anak itu mengatakan, ia bingung mengapa masalah berjualan baju bekas saja menjadi serius hingga membuat presiden turun tangan. Padahal, ada ribuan orang yang bergantung hidup dari pekerjaan ini. 

"Saya mikir apa yang bisa saya kerjakan, kayaknya saya lihat ini serius banget, sekarang presiden turun tangan. Biasanya satu menteri, ini presiden turun tangan, dimana-mana sudah tertangkap," ungkap Nenggolan.

Baca juga: TPU Karet Bivak Sediakan Buggy Car untuk Lansia dan Disabilitas Ziarah Jelang Ramadan

Menurutnya, pelaku usaha thrifting kebanyakan orang menengah ke bawah. Sehingga, jika benar pakaian bekas akan dilarang dan ditarik peredarannya, bukan tidak mungkin kelaparan dan kriminalitas meningkat.

"Enggak mungkin pedagang begini (langsung) ditutup, seenggaknya ada kebijakan untuk habiskan dulu. Kalau disetop dari bea cukai sana berarti kan barang enggak turun, kami mau cari ke mana," keluh Nenggolan dengan air muka sendu.

"Jadi harapan kami ya jangan sampai lah, kalau nanti itu terjadi mungkin kelaparan makin banyak, makin parah Indonesia, mungkin pembunuhan semakin banyak. Karena orang udah lapar mau gimana," lanjutnya.

Menurut Nenggolan, tak hanya satu dua pedagang baju bekas impor saja yang terkena dampaknya, melainkan seluruh pedagang di Indonesia. 

"Karena gimana ya, bukan kami doang, ini seluruh Indonesia, menyeluruh. Mereka yang online di rumah mungkin diuntungkan, tapi kami kan bayar toko, mahal," kata dia. 

"Jadi bukan sangat kecewa, sedih gitu," imbuhnya sembari menitikkan air mata.

Sehingga, Nenggolan memohon agar Presiden Jokowi bisa memerhatikan juga nasib pedagang kecil sepertinya. 

Diketahui, Nenggolan sendiri merupakan penjual pakaian dan tas bekas impor. Untuk kedua barang tersebut, ia membanderol dengan harga Rp 10.000 hingga ratusan ribu rupiah. (m40)

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved