Pilpres 2024

Pengamat Politik BRIN: Nilai Daya Tawar Cawapres Kuat, Erick Thohir Diterima Semua Parpol

Pengamat Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengatakan, Erick Thohir merupakan figur yang minim resistensi.

Editor: Mohamad Yusuf
wartakotalive.com, Alfian Firmansyah
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyambangi Petak Enam di Glodok Jakarta Barat, untuk rayakan Imlek 2023 bersama masyarakat, Minggu (22/1/2023). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sosok Menteri BUMN Erick Thohir terus menguat menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk Pilpres 2024. Latar belakang Erick Thohir berasal dari kalangan profesional membuatnya begitu diterima banyak partai politik (parpol).

Pengamat Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengatakan, Erick Thohir merupakan figur yang minim resistensi. Sosoknya banyak disukai masyarakat termasuk bagi parpol.

Baca juga: Prabowo Subianto Maju Lagi Jadi Capres di Pilpres 2024, Politisi Partai Gerindra: Prinsip Pendekar!

Baca juga: Penyebab PKB Tak Mau Jika Khofifah Indar Parawansa Dipasangkan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024

Situasi tersebut, dia menilai, merupakan sebuah keunggulan tersendiri yang dimiliki Erick Thohir. Bahkan berhasil memikat parpol untuk diusung maju pada Pilpres mendatang.

“Saya pikir sebagai figur independen (Erick Thohir) itu mempunyai daya pikat untuk bisa diterima oleh semua parpol,” kata Wasisto dalam keterangannya, Rabu (1/3/2023).

Berkat hal tersebut, dia menyebut, Erick Thohir dapat menjadi jembatan komunikasi antar parpol. Kondisi demikian tentu menjadi sebuah keuntungan bagi koalisi pengusung eks Presiden Inter Milan ini.

Baca juga: PKB Tidak akan Mau Pasangkan Khofifah Indar Parawansa dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024, Kenapa?

Baca juga: Duet Ganjar Pranowo dan Erick Thohir di Pilpres 2024, Sekjen PAN: Pas, Perpaduan Jawa dan Sumatera

Menurut dia Erick Thohir dapat membangun komunikasi yang mampu didengar baik. Lantaran tidak membawa kepentingan dari kelompok parpol manapun.

“Artinya bisa lebih fleksibel dan lebih cair, untuk bisa berkomunikasi dengan semua parpol daripada yang sudah menjadi kader,” jelas Wasisto.

Hal demikian, dia menyebut, akan menjadi berbeda jika diemban oleh seorang kader parpol tertentu. Komunikasi yang dibangun tentunya menjadi keterwakilan parpol dalam koalisi.

“Tentu beda komunikasi politik antara figur yang sudah menjadi kader dan non kader. Mungkin kalau kader akan memprioritaskan kepentingan partai,” pungkas Wasisto.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved