Dokter Andre Beberkan Penyebab, Akibat, dan Cara Pengobatan DAI yang Dialami David Latumahina

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - David Latumahina masih dirawat di RS Mayapada, Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Sabtu (25/2/2023).

Dia dirawat setelah jadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo.

David merupakan anak dari pengurus GP Ansor.

Anggota Bidang Cyber dan Media GP Ansor sekaligus rekan dari ayah korban, Ahmad Taufiq menginformasikan bahwa David terkena Diffuse Axonal Injury (DAI).

Lantas, apa itu DAI yang dialami oleh David?

Warta Kota berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan seorang Neurologis dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Dokter Andre (spesialis saraf).

"Diffuse Axonal Injury atau DAI adalah kondisi berat sel saraf otak (axon) karena adanya trauma (benturan)," kata Andre melalui pesan singkat WhatsApp kepada Warta Kota, Sabtu (25/2/2023).

Andre berujar bahwa trauma (benturan) tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kesadaran yang berat atau koma.

Baca juga: Paman David Latumahina Ucapkan Terima Kasih atas Kunjungan Yaqut Cholil Qoumas dan Sri Mulyani

Baca juga: Datang ke RS Mayapada Jenguk David Latumahina, Yeni Wahid: Kita Doakan Cepat Sembuh

Ia menjelaskan, axon sendiri merupakan sel saraf yang berperan dalam komunikasi antar sel saraf terkoneksi satu dengan yang lainnya.

Sehingga, kerusakan tersebut dapat menyebabkan komunikasi antar sel saraf terganggu.

"Penyebab DAI adalah karena benturan pada otak yang disebabkan karena adanya energi mekanis dari luar (trauma)," ujar Andre.

Menurut Andre, benturan tersebut menyebabkan penderitanya mengalami koma atau penurunan kesadaran yang panjang.

Bahkan, bisa jadi juga dapat menyebabkan kematian apabila kerusakannya sangat luas dan terlalu parah.

"DAI menyebabkan koma yang panjang, bisa juga membuat kondisi vegetatif (cacat permanen) jika penderitanya bertahan," tutur Andre.

Selain itu, Andre membeberkan gangguan kognitif yang mungkin bisa ditimbulkan dapat berupa penderitanya menjadi lebih banyak diam, tidak merespon terhadap stimulus yang diberikan.