Wisata Jakarta

Wisata Jakarta: Pasar Barang Antik Jalan Surabaya Sepi Pembeli setelah Pandemi Virus Corona

Paar barang antik di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, tetap eksis meski kini sepi pembeli.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Valentino Verry
warta kota/nuril yatul
Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, tak lekang dimakan waktu, meski saat ini pembeli semakin sedikit. Barang unik dengan nilai sejarah tinggi menjadi andalan. 

Menurutnya, kini barang antik yang dijajakan olehnya dan rekan-rekan penjual lain di Jalan Surabaya sudah tercampur akulturasi dan duplikasi.

Sehingga, beberapa benda tak lagi se-original dulu dan lebih murah harganya.

"Ini kan udah ada duplikatnya (alat musik Trombon), yang asli udah jarang. Lampu-lampu juga banyak yang tua, tetapi sudah jarang (yang asli)," jelas Tamim.

Pasar barang antik di Jalan Surabaya menjual beragam koleksi zaman dulu.
Pasar barang antik di Jalan Surabaya menjual beragam koleksi zaman dulu. (warta kota/nuril yatul)

"Karena kalau beneran asli cepat habisnya, langsung dibeli," imbuhnya.

Pria berjanggut putih panjang itu menjelaskan, kebanyakan barang antik yang dijual di Jalan Surabaya berasal dari kolektor yang menjual kepada mereka.

Sementara barangnya, kebanyakan berasal dari bekas-bekas kerajaan Jawa dan China.

"Itu banyakan kerajaan dari Jawa semacam dulu kan keramik-keramik dari Jawa, tapi ada juga dari luar kayak barang dinasti China dijual, terus orang China-nya beli lagi, begitu perputarannya," jelas Tamim.

Tamim menyebut, rata-rata barang antik di tempat itu dibanderol dengan harga Rp 500.000 sampai puluhan juta rupiah.

Namun, harga tersebut tentatif sesuai barang yang dibeli dan penjualnya.

Kepala Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Tamim, menceritakan kejayaan dan keunikan pasar tersebut.
Kepala Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Tamim, menceritakan kejayaan dan keunikan pasar tersebut. (warta kota/nuril yatul)

"Ada yang Rp 500.000, Rp 2 juta, Rp 1 juta. Paling mahal Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Yang ratusan juta udah enggak ada," jelasnya.

Tamim mengaku, perputaran barang antik memang sedikit redup usai pandemi virus corona.

Kendati begitu, pria berumur 65 tahun itu tetap berjualan dan meyakini jika rezeki sudah ada yang mengaturnya.

"Ya redup, lebih banyak yang jual daripada yang beli. Kadang-kadang kalau lagi enggak mengantongi uang, ya saya tolak aja," ujar Tamim.

"Jadi memang omzet enggak kekejar sebenarnya," imbuhnya.

Selain Tamim, salah satu penjual barang antik, Wito juga mengeluhkan hal yang sama.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved