Berita Internasional

Letusan Gunung Merapi Yogyakarta Bisa Picu Kiamat, Hasil Penelitian Terbaru Universitas Cambridge

Letusan Gunung Merapi di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta bisa memicu 'kiamat', demikian hasil penelitian para ilmuan Universitas Cambridge Inggris

Penulis: Suprapto | Editor: Suprapto
dailymail.co.uk
Letusan Gunung Merapi di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta bisa memicu 'kiamat', demikian hasil penelitian para ilmuan Universitas Cambridge Inggris. 

* Gunung Merapi Yogyakarta

* Letusan Gunung Merapi bisa picu kiamat

* Para ilmuwan University of Cambridge merinci skenario kiamat jika Gunung Merapi meletus

* Letusan akan menutup Selat Malaka yang melayani 40 persen perdagangan global

WARTAKOTALIVE,COM, JAKARTA-- Ilmuwan University of Cambridge Inggris memperkirakan letusan Gunung Merapi bisa memicu terjadinya 'kiamat'.

Letusan Gunung Merapi yang berada di dua provinsi yaitu Yogyakarta dan Jawa Tengah akan menutup Selat Malaka yang melayani 40 persen perdagangan global.

Letusan Gunung Merapi juga bisa menghentikan penerbangan di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, yang merupakan satu wilayah penerbangan tersibuk di dunia.

Letusan terdasyat Gunung Merapi terjadi tahun 1006 yang memusnahkan seluruh kerajaan Hindu di Jawa Tengah.

Demikian berita terkini Wartakotalive.com bersumber dari dailymail.co.uk pagi ini.    

Baca juga: Terekam Video Detik-detik Mobil Jip Terjebak Arus Banjir Lereng Gunung Merapi, Begini Kronologinya

Letusan Gunung Merapi Bisa Picu Kiamat

Laporan penelitian ilmuwan University of Cambridge Inggris merinci skenario kiamat jika Gunung Merapi meletus.

Gunung berapi itu terletak di Indonesia, dekat salah satu saluran perdagangan terbesar di dunia.

Letusan Gunung Merapi akan menutup Selat Malaka yang melayani 40 % perdagangan global

Gunung Merapi saat ini tidak aktif, ia mengalami letusan dahsyat pada tahun 1006 yang memusnahkan seluruh kerajaan Hindu yang pernah ada di Jawa Tengah.

Letusan besar terakhir gunung berapi itu terjadi pada tahun 2010, yang menyemburkan abu vulkanik lebih dari 2.000 kaki di atas kawah dan menewaskan 353 orang.

Baca juga: Ganjar Pranowo Resmikan Pesona Merapi Destinasi Wisata di Kecamatan Selo, Pesankan Kebersihan

Tim di University of Cambridge merilis laporan yang merinci potensi skenario kiamat ketika Gunung Merapi bangkit dengan amarah.

Awan abu akan dibawa bermil-mil jauhnya dari gunung berapi ke berbagai bandara di Indonesia, Malaysia dan Singapura, menghentikan semua aktivitas penerbangan.

Wilayah ini adalah salah satu wilayah udara tersibuk di dunia, dengan rute udara antara kedua kota saja terdiri lebih dari 5,5 juta kursi per tahun, menurut sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan di Nature.

Ini akan menghentikan pariwisata di semua negara, yang akan kehilangan miliaran dolar - ini adalah industri senilai $3,35 miliar untuk Indonesia saja.

Lara Mani, ahli vulkanologi di Pusat Studi Risiko Eksistensial Universitas Cambridge, mengatakan kepada BBC bahwa Volcanic Explosivity Index (VEI) empat hingga enam sudah cukup untuk mengganggu saluran perdagangan - indeks tertinggi naik hingga delapan.

Tetapi seluruh dunia juga akan menderita akibat letusan Gunung Merapi.

"Suhu rata-rata global turun 1°C hingga tiga tahun, mengakibatkan kelainan iklim yang parah yang menyebabkan kekurangan pangan global yang besar," University of Cambridge berbagi dalam laporan tersebut.

Pola curah hujan yang tidak dapat diprediksi dan suhu musim panas yang sangat rendah menyebabkan gagal panen besar-besaran di seluruh dunia, yang menyebabkan melonjaknya harga pangan dan inflasi global yang tinggi pada bulan-bulan musim panas di tahun kedua.

Baru pada awal tahun ketiga setelah letusan, kemajuan teknologi menyusul krisis dan membantu menyeimbangkan kembali pasokan dan permintaan pangan global.

Wilayah ini juga sangat aktif secara vulkanik, dengan banyak pusat vulkanik hadir di sepanjang kepulauan Indonesia, seperti Gunung Sinabung (VEI 4) dan Gunung Toba di Sumatera, dan Gunung Merapi (VEI 4) di Jawa Tengah.

Gunung Semeru, juga dikenal sebagai Mahaneru, telah meletus beberapa kali selama beberapa abad terakhir.

Namun, letusan terakhirnya terjadi pada Desember 2022, menyebabkan gumpalan asap menyembur setinggi lebih dari satu mil.

Letusan Gunung Semeru, gunung tertinggi di Indonesia, menyebabkan pihak berwenang menyiagakan masyarakat sekitar.

Gunung Tambora mengalami salah satu letusan terbesarnya pada tahun 1815, menyebabkan tanaman mati hingga ke Eropa. Hal ini menyebabkan kekurangan pangan di seluruh dunia.

"Jumlah kematian dari peristiwa 1815 adalah 11.000 dari aliran piroklastik dan lebih dari 100.000 dari kekurangan pangan yang dihasilkan selama dekade berikutnya," kata Layanan Data dan Informasi Satelit Lingkungan Nasional di situs web mereka.

Letusan Tambora berkekuatan VEI7, tetapi ledakan vulkanik sekuat ini terjadi setiap beberapa ratus tahun sekali.

Meskipun tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah bencana alam mencapai Selat Malaka, ada cara yang mungkin untuk mengirimkan sistem peringatan dini dan tanda untuk memperingatkan masyarakat tentang bencana yang akan datang.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved