Berita Jakarta

Anggap Demokrasi Mati, Massa BEM SI Tabur Bunga di Atas Replika Pocong dengan Foto Mirip Jokowi

Yuza Agusti mengatakan, aksi tersebut dilakukan sebagai buntut dari disahkannya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
Mahasiswa melakukan aksi tabur bunga di atas replika pocong saat melakukan aksi di Istana Negara, Selasa (20/12/2022) 

Pantauan Wartakotalive.com di lokasi sekira pukul 16.00 WIB, massa aksi melakukan kirab dari Jalan Medan Merdeka Selatan menuju depan Istana Negara.

Mereka membawa sebuah delman yang kepalanya ditempelkan foto Presiden Joko Widodo.

Baca juga: Massa dari BEM SI Datangi Istana Negara, Tumpangi Kuda dan Bawa Keranda, Kirabkan Jokowi Otoriter

Sementara para penumpangnya, membawa kertas bertuliskan Oligarki. 

Adapun di belakang delman tersebut, beberapa mahasiswa menggotong keranda berisikan replika mayat yang terbungkus kain kafan. 

Selain itu, mereka juga membawa papan nisan berwarna hitam bertuliskan 'Demokrasi Wafat 6 Desember 2022'. 

Baca juga: Projo Sebut Rakyat Ingin Jokowi Presiden Seumur Hidup, PDIP: Aspirasi Konyol, Melecehkan Konstitusi

Aksi mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI di Istana Negara, Selasa (21/12/2022)
Aksi mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI di Istana Negara, Selasa (21/12/2022) (Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah)

Massa aksi juga membawa bendera kuning sebagai tanda matinya demokrasi. 

Yuza Agusti mengatakan, gelaran aksi tersebut dilakukan guna menggambarkan bagaimana Jokowi bertindak otoriter terhadap rakyatnya.

Menurut Yuza, ini adalah buntut dari disahkannya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Selasa (6/12/2022) lalu.

"Kami coba jadikan Jokowi otoriter. Jokowi sudah mengesahkan KUHP kemarin padahal pada 2019, sudah dibilang ditunda," ujar Yuza

Menurutnya, aksi tersebut merupakan bentuk simbolisasi dan sebuah seni mengkritik secara sarkas. 

Baca juga: Angkat Tema Kegagalan 8 Tahun Jokowi, BEM SI Sindir Biaya Pembangunan Era Jokowi dari Duit Utang

Baca juga: Hartanya yang Mencapai Rp 23,8 Miliar Jadi Sorotan, Kepala Satpol PP DKI: Ada Kesalahan Ngisi Data

"Kami coba bawa simbolik ini (kuda dan keranda). Jadi kuda, delman ini memang menandakan bagaimana cara kepemimpinan Jokowi yang sebenarnya gitu," ujar Yuza.

"Bukan dia sendiri yang menjalankan, ternyata oligarki yang ada di belakangnya. Dan ada sangat banyak ternyata," sambungnya. 

Selain itu, kata Yuza, dibawanya mayat merupakan gambaran bahwa demokrasi di Indonesia sudah benar-benar mati. 

"Sebenarnya untuk gambar Jokowi, itu sebagai gambaran saja. Tapi untuk secara umumnya, memang demokrasi sudah mati," kata Yuza.

Untuk informasi, aksi simbolik hari ini diikuti oleh 100 peserta dari 20 kampus di Indonesia.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved