Berita Jakarta
Rusunawa Marunda Kembali Tercemar Polusi Debu Batu Bara, Sudah Dilaporkan ke Sudin LH
Kembali Rusunawa Marunda diserang debu batu bara sehingga membuat warga harus bolak balik menyapu area tersebut
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, CILINCING - Sudah beberapa kali, warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda Cilincing, Jakarta Utara kembali terdampak pencemaran debu batubara.
Pada Jumat (21/10/2022) lalu, partikel hitam pekat berterbangan di area Rusunawa Marunda hingga mengotori lantai tempat tinggal warga.
Dari rekaman video yang diterima Warta Kota, seorang warga nampak menyapu area Rusunawa Marunda hingga partikel hitam pekat tersebut terkumpul.
Pengurus Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM) Cecep Supriadi membenarkan terulangnya pencemaran debu batu bara tersebut.
Baca juga: Warga Marunda Kembali Keluhkan Pencemaran Debu Batu Bara di Lingkungannya
"Kemarin Jumat (21/10/2022) kami mendapatkan laporan dari masyarakat rusunawa Marunda di Blok D3 bahwa debu batu bara masuk lagi ke wilayah rusun Blok D3," kata Cecep saat dikonfirmasi pada Senin (24/10/2022).
Setelah mendapatkan laporan masyarakat terkait pencemaran debu batu bara tersebut, pengurus FMRM langsung meninjau lokasi.
"Dan setelah itu kami investigasi ke Blok D3 dan ternyata memang benar debu batu bara masuk lagi dan kami menemukan temuan debu itu di rusun Marunda blok D3 dan kami langsung memberikan info kepada ketua FMRM bahwa pada tgl 21/10/2022 telah terjadi pencemaran kembali," ungkapnya.
Menurut Cecep, pihak FMRM belum mengetahui secara pasti sumber pencemar batubara tersebut.
Atas pencemaran tersebut, Ketua FMRM Didi Suwandi telah memberikan surat laporan kepada Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara.
"Ketua FMRM Didi Suwandi sudah memberikan laporan kepada Sudin LH jakut terkait pencemaran yg terjadi kembali di rusunawa Marunda pada tgl 21 Oktober 2022," pungkasnya.
Polusi dan Debu Batu Bara Bikin Sejumlah Siswa di SLBN 8 Jakarta Penyakitan
Polusi hingga debu-debu batu bara menghantui sekolah luar biasa negeri (SLBN) 8 Jakarta.
Polusi hingga debu batu bara tersebut ternyata berasal dari adanya aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Lokasi aktivitas ini tak jauh dari sekolah yang seatap dengan SD Negeri 05 Marunda, dan SMP Negeri 290 tersebut.

Di SLBN 8 Jakarta, diketahui terdapat 130 siswa, yang terdiri tingkat SDLB, SMPLB, hingga SMALB.
Didalamnya, ada beberapa anak berkebutuhan khusus baik tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa dan autis.
Seperti diketahui, debu batu bara berdampak pada kesehatan dalam jangka panjang.
Kemudian, bagaimana nasib 130 siswa siswi luar biasa yang sekolah di SLBN 8 Jakarta?
Kepala sekolah SLB N 8 Jakarta, M Bachrun pun memberikan tanggapan.
"Sekarang anak-anak kan masih PJJ (pendidikan jarak jauh) sekitar 50 persen. Memang debu itu sendiri, hampir tiap hari tim kebersihan membersihkan, mengepel lantai sebanyak empat kali dalam sehari."
"Memang tidak kelihatan, tapi kalau disapu, lantai terlihat hitam," ujarnya kepada Warta Kota, Selasa (29/3/2022) di kantornya.
Pria berusia 55 tahun ini menjelaskan, masalah tersebut sudah ada semenjak ia dipercaya sebagai kepala sekolah tahun 2019 lalu.
Meski begitu, pihaknya belum melaporkan hal tersebut ke dinas terkait, termasuk dinas lingkungan.
Saat angin kencang dan panas, maka debu akan terlihat ada di sekitar mereka.
M Bachrun mengatakan khawatir dengan situasi saat ini.
Dirinya takut, siswa didiknya menghirup butiran debu batu bara.
"Anak SLB itu kan rentan dengan penyakit termasuk dampak dari debu itu," katanya.
Terkadang, dirinya menemukan siswa didik batuk dan pilek.
Namun, karena tidak adanya kajian mendalam, serta tak ada laporan dari orang tua siswa, pihaknya enggan menduga-duga akibat dari debu tersebut.
Untuk itu, ia berharap ada pemeriksaan rutin pada kondisi kesehatan siswa didik, guru hingga petugas kebersihan.
Di lain sisi, dirinya juga mengharapkan polusi debu batu bara bisa diatasi.
"Selama ini belum ada pemeriksaan berkala. Adapun puskemas, sifatnya pemeriksaan biasa, tidak terkait dengan debu ini," ucapnya.
Dari pantauan Wartakotalive.com di lapangan, dari lantai tiga gedung sekolah, memang ada beberapa alat berat tengah memindahkan batu bara, dan beberapa tongkang berjejer di lautan.
Sekilas, dalam beberapa momen, kepulan debu terlihat dibawa oleh angin saat alat berat tersebut memindahkan batu bara dari satu sisi ke sisi lain.
Dalam hitungan detik, kepulan itu hilang bercampur dengan udara.
Sementara itu, lantai yang baru saja dibersihkan dengan kain pel, hanya hitungan satu jam'an akan kembali ditempeli debu berwarna hitam.
Debu itu pula yang diklaim pihak sekolah berasal dari polusi batu bara. (m38/RAF)