Kabar Tokoh
Ambu Anne Bongkar Gaya Kepemimpinan di Purwakarta: Saya kan Ibu Rumah Tangga Inginnya Bersih-bersih
Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika membongkar gaya kepemimpinan yang yang sangat berbeda dengan sang suami, Dedi Mulydi.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Valentino Verry
(Semasa Pilkada) Ada beberapa kelompok masyarakat yang belum menerima tapi saya katakan saya punya niat baik. Bahwa pembangunan di Purwakarta harus berkesinambungan. Saya punya tagline, ‘Melanjutkan Purwakarta Istimewa’ yang mana itu tagline kepemimpinan sebelumnya. Kemudian saya sosialisasikan program-program.
Akhirnya, saya menang dengan memperoleh suara terbanyak, 42 persen.
Ini menjadi catatan sejarah dan semoga bisa menginspirasi perempuan-perempuan lainnya.
Seperti yang tadi saya bilang, tantangan awalnya sungguh berat karena banyak yang tidak menghendaki.
Mereka bahkan sampai memotret dari sisi keagamaan, itu yang menjadi benturan.
Tapi akhirnya proses bisa dilalui dan masyarakat (Purwakarta) menerima bupatinya seorang perempuan. Dan dengan program-program kerja yang saya lakukan, masyarakat merasakan betul manfaatnya, itu mungkin yang jadi masyarakat mulai menerimanya.
Apa yang mendorong Anda mengikuti Pilkada Purwakarta lalu?
Awalnya, tak pernah berpikir untuk mencalonkan diri menjadi bupati.
Saya kan ibu rumah tangga, dan saya tidak punya background (latar belakang) politisi atau aktivis.
Saya hanya aktif di organisasi yang karena saya itu seorang istri bupati.
Saya tidak pernah ikut organisasi mahasiswa dan lainnya, jadi background saya betul-betul ibu rumah tangga yang mendampingi tugas-tugas suami saya waktu itu.
Saya jadi bupati juga tidak pernah terbesit dalam benak saya, apalagi melihat suami saya waktu itu bebannya sangat besar, harus all out terjun memberikan pelayanan kepada masyarakat, on time jika masyarakatnya membutuhkan harus hadir.
Terus apa yang dibutuhkan masyarakat harus dipenuhi. Bagi saya itu bukan hal mudah apalagi saya punya tanggung jawab ‘domestik’.
Saya biasa ngurus rumah, ngurus dapur, keluarga saya, orangtua saya, jadi tidak pernah kepikiran, tapi memang didorong suami saya waktu itu.
Apa alasan suami Anda waktu itu?
Jadi awalnya ada pertanyaan begini, ‘Apakah Kang Dedi (Mulyadi) tidak mempersiapkan kader untuk melanjutkan estafet kepemimpinan?’