Pasa Lama Tangerang
Pedagang Kaki Lima di Pasar Lama Tangerang Tolak Penataan Ulang, Endus Ada Upaya Jual Beli Lapak
PKL di Pasar Lama Tangerang saat ini sedang resah, sebab mereka akan dipindah untuk penataan ulang. Mereka menduga ada niat buruk.
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Para Pedagang Kaki Lima yang berjualan di Kawasan Kuliner Pasar Lama Tangerang tidak sepakat dengan penataan ulang lapak untuk kedua kalinya.
Salah seorang pedagang es poci dan wedang jahe di Kawasan Kuliner Pasar Lama, Gana Ramadhan mengatakan, penataan ulang lapak pedagang untuk kedua kalinya itu masih tidak efektif.
Pasalnya, para pedagang yang telah berjualan sejak lama dan memiliki lapak di depan pintu masuk kawasan Pasar Lama, kini harus pindah menjadi ke belakang.
Hal ini dinilai adanya indikasi praktik jual beli lapak kepada para pedagang yang terhitung baru berjualan.
"Kalau namanya penataan ulang, harusnya ya hanya merapihkan posisi pedagang dan jarak pindahnya sedikit doang,” ujar Gana Ramadhan saat diwawancarai Wartakotalive.com, Jumat (9/9/2022).
“Kok ini bisa pedagang baru pindah lapak ke depan menggeser pedagang yang lama," imbuhnya.
"Kalau seperti ini caranya kan ada indikasi jual beli lapak supaya mereka bisa jualan di depan, meskipun pedagang baru," sambungnya.
Baca juga: PKL di Kawasan Kuliner Pasar Lama Tangerang Bakal Direlokasi ke Mal, Berikut Penjelasan Dirut PT TNG
Kemudian penataan ulang kawasan kuliner tersebut, justru mempersempit Jalan Kisamaun yang menjadi akses pengendara.
Hal itu dinilai mengganggu aktivitas warga sekitar yang ingin melintas dalam keadaan genting ataupun darurat.
"Justru penataan ulang semakin membuat jalan menjadi sempit dan mengganggu warga sekitar yang ingin melintas dan pelanggan nanti juga enggak bebas bergerak," kata dia.
Serupa tak sama, pedagang lainnya Ucup juga mengaku, tidak setuju dengan kebijakan PT TNG yang merencanakan distribusi sewa lapak sebesar Rp 250 ribu pada satu minggu.

Menurutnya, hal tersebut cukup merugikan pedagang lantaran para pedagang tidak selalu berjualan setiap harinya.
"Saya juga enggak setuju sama rencana PT TNG yang mau membuat iuaran perminggu itu sebesar Rp 250 ribu, karena hal itu enggak adil, karena kita enggak setiap hari berdagang," tambahnya.
Menurutnya, biaya retribusi sewa lapak para pedagang di Pasar Lama, seharusnya diberlakukan dengan sistem harian.
Dengan demikian, pedagang akan jelas membayar uang retribusi hanya ketika mereka berjualan.