IKN Nusantara
MTI Salut pada Konsep Pembangunan IKN Nusantara di Kaltim, Kereta Gantung Jadi Alat Transportasi
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) memuji konsep pembangunan moda transportasi di IKN Nusantara, yakni kereta gantung. Ini sangat canggih.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyarankan kriteria pemilihan koridor kereta gantung di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur, harus yang tepat.
Hal ini menyusul rencana Pemerintah Indonesia membangun sarana transportasi massal yang efisien untuk menunjang mobilitas masyarakat setempat, salah satunya kereta gantung.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, kriteria pertama pemilihan koridor kereta gantung adalah menghubungkan kantor pemerintahan dengan komersial dan pemukiman.
Kedua, dapat digunakan sebagai daya tarik masyarakat.
“Ketiga, terintegrasi dengan moda angkutan lainnya, seperti bus listrik dan kereta api serta terhubung langsung dengan akses menuju ke luar kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP),” kata Djoko, Sabtu (13/8/2022).
Djoko mengatakan, sebetulnya transportasi kereta gantung di Indonesia bukanlah hal yang baru.
Alat transportasi ini sudah diterapkan di lokasi wisata Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Baca juga: Haris Pertama Bangun Sekretariat KNPI di IKN Nusantara, Bentuk Konkret Mendukung Proyek Nasional
“Ada pula untuk keperluan mobilitas pekerja di Kota Tembagapura (Kabupaten Mimika Provinsi Papua) yang dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, alternatif pilihan kereta gantung yang dipakai adalah Téléphérique des Capucins.
Ide terkini dengan panjang jalur 4,1 kilometer akan dilayani empat stasiun, durasi perjalanan 12 menit, kecepatan 20 kilometer per jam dan kapasitas angkutnya sebanyak 2.000 penumpang per jam setiap arah.
Baca juga: Momen Harkitnas, Delapan Ormas Lintas Agama Gelar Ikrar Kebangsaan di Titik Nol IKN Nusantara
Diperkirakan potensi permintaan perjalanan kereta gantung sebesar 10.112 penumpang per hari atau 3,69 juta penumpang per tahun.
Nilai investasinya mencapai 21 juta dolar AS atau sekitar Rp 315 miliar per kilometer.
“Sistem aerial memiliki kemampuan kapasitas penumpang besar dan kebutuhan stasiun yang sedikit,” ucap akademisi Prodi Teknik Sipil dari Unika Soegijapranata ini.

Dia mengatakan, keunggulan kereta gantung adalah berkapasitas tinggi, dapat menampung hingga 5.000 penumpang per jam, dan hemat energi serta membutuhkan lahan yang minim.
Kemudian membutuhkan biaya investasi, operasional dan perawatan yang rendah atau 50 persen biaya sistem trem dan 10 persen sistem kereta bawah tanah.