Gizi Buruk
Miris Bocah 7 Tahun Alami Gizi Buruk Plus Infeksi Paru di Kabupaten Bogor
Bocah 7 tahun di Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor dalam kondisi memprihatinkan akibat gizi buruk
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dian Anditya Mutiara
Anak 7 Tahun di Parung Panjang Alami Gizi Buruk, Ini Langkah Penanganan Pemkab Bogor
WARTAKOTALIVE.COM, CIBINONG - Masih ditemukan kasus gizi buruk di Kabupaten Bogor.
Salah satunya menimpa AM, anak berusia 7 tahun di Kecamatan Parung Panjang.
Terkait hal itu, Pemerintah Kabupaten - Pemkab Bogor melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), langsung melakukan gerak cepat menangani kasus ini.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Bogor, Agus Fauzi mengatakan laporan kasus gizi buruk atas nama AM ini masuk pada bulan Juni 2022.
"Dinkes bersama dengan Puskesmas setempat secara berkala memantau perkembangan kesehatan pasien AM," kata Agus, Kamis (11/8/2022).
Baca juga: Relawan Kesehatan Indonesia Tepis Ada Warga Diduga Gizi Buruk di Jakarta Barat
Baca juga: Jelang Pensiun, Anies Baswedan Digoyang Fakta Gizi Buruk, Temuan Baru di Tiga Kelurahan Sawah Besar
Sejauh ini penanganan yang dilakukan Dinkes melalui pemberian makanan tambahan (PMT) rutin dan melakukan penimbangan berat badan pasien AM.
"Laporan adanya kasus gizi buruk ini berasal dari kader kami di lapangan yang melakukan penimbangan berat badan pasien AM," ucap Agus.
Berdasarkan dari timbangan berat badan AM, lanjut dia, ditemukan bahwa AM diidentifikasi menderita kasus gizi buruk.
"Atas dasar laporan tersebut Dinkes bersama dengan Puskesmas setempat melakukan kunjungan ke rumah pasien AM," paparnya.
Dinkes lalu melakukan pemeriksaan dan pemberian makanan tambahan (PMT), serta disarankan pasien AM secara rutin dan berkala untuk kontrol kesehatan.
"Tidak hanya itu, tim juga melakukan edukasi sosialisasi pola gizi yang sehat. Kami juga rutin melakukan koordinasi dengan aparat desa setempat untuk memantau perkembangan pasien AM", jelas Agus.
Agus Fauzi menambahkan, pihaknya kehilangan kontak dengan keluarga pasien AM pada bulan Juli dikarenakan alamat domisili keluarga pasien AM yang tidak tetap.
"Kami terkendala dengan alamat domisili pasien berubah-ubah karena keluarga pasien tinggal mengontrak. Karena hal tersebut, akhirnya kami kehilangan kontak dengan pasien pada bulan Juli," tambahnya.
Pada bulan Juli, Dinkes juga mendapatkan laporan gizi buruk atas nama pasien yang sama yaitu AM.