Berita Jakarta
Pelecehan Seksual di Angkutan Umum, Transjakarta Wacanakan Pisahkan Penumpang Pria dan Wanita
Syafrin Liputo menyampaikan rencana pemisahan kursi tempat duduk di dalam angkutan umum (angkot) antara laki-laki dan perempuan.
Lebih lanjut Syafrin menjelaskan, untuk pria akan diarahkan duduk di sisi sebelah kanan.
Hal tersebut agar ada pemisahan secara fisik, sehingga tidak lagi bercampur.
Adanya pemisahan tersebut, Syafrin berharap Pramudi akan dengan mudah mengawasi, karena spion di tengah akan memantau jika terjadi pergerakan penumpangnya.
"Dan itu akan terpantau, bahwa ini terjadi sesuatu yg bisa dicurigai oleh pramudi. Sehingga dia bisa berhenti, dan melaporkan kepada jajaran atau petugas yang dekat dengan layanan rutenya apabila ditemukan kasus pelecehan," ujar Syafrin.
Syafrin menjelaskan pengambilan kebijakan tersebut karena pihaknya harus melakukan berbagai mitigasi.
Pemberlakuan mitigasi tersebut supaya kejadian serupa dapat diminimalisir, bahkan dihilangkan.
"Untuk saat ini, tentu melakukan pembatasan secara fisik sebagaimana yang dilakukan di bus Trans Jakarta," ujar Syafrin.
Syafrin menjelaskan, hal tersebut tidak memungkinkan untuk diberlakukan di angkot.
Kalau di dalam layanan Transjakarta, medium bus penumpang pria dipisahkan. Demikian pula di big busnya.
"Kalau di angkot tentu untuk memisahkan yang perempuan di depan, dan yang laki-laki di belakang itu tidak mungkin. Karena memang kapasitas angkotnya itu sendiri," ujar Syafrin.
Saat ditanya alasan tidak dibedakan angkot berdasarkan warna, Syafrin menjelaskan bahwa saat ini untuk angkot masih banyak yang belum terintegrasi dengan layanan Transjakarta.
Sehingga, jika dilakukan pemisahan berdasarkan warna, akan berdampak buruk kepada pramudi.
"Misalnya pramudi maju dengan angkot warna ungu yang dikhususkan untuk perempuan, tapi ternyata penumpang perempuan tidak ada. Kan kasihan pramudinya," ujar Syafrin.
Menurutnya, hal tersebut tidak akan ada prinsip efektivitas dan efisiensi dari sisi layanan. (m36)