Kelompok Kriminal Bersenjata

KKB Klaim Didukung Masyarakat, Pendeta Jupinus Membantah: Justru Warga Diteror, Gadis Muda Diperkosa

Kehadiran TNI-Polri ini, kata Pendeta Jupinus Wama, tentunya akan membawa harapan baru bagi keamanan dan kemajuan Papua.

Editor: Feryanto Hadi
Ist via Tribun Papua
Aktivitas aparat kepolisian di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. (Dok Pribadi Ipda Ali Akbar) 

Sejak itu, sekolah yang ada di Beoga ditutup. Sekolah itu praktis tak beroperasi karena guru-guru takut diserang KKB.

Sejak itu, semua proses belajar mengajar berpindah ke Timika.

"SD sudah tidak ada guru. Begitu juga SMP dan SMA, tidak ada guru. Guru-guru dari Beoga sewa tempat di Timika dan sekolahnya di sana, sudah banyak anak-anak di sini berangkat ke Timika," kata Ali Akbar, seorang polisi di Beoga.

Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, aparat kepolisian dan TNI mengusulkan ke Dinas Pendidikan Puncak agar aparat TNI Polri diberdayakan jadi guru.

2. Setahun KKB Lakukan Belasan Kejahatan

Distrk Boega rawan sejak 16 Februari 2021. Semua itu berawal dari penganiayaan yang menewaskan Dejalti Pamean.

Sejak itu, beberapa peristiwa terjadi secara beruntun, seperti penembakan guru SD, Oktavianus Rayo dan Jonatan Renden oleh KKB.

KKB juga membakar rumah guru, rumah kepala sekolah SMP, gedung SMAN 1 Beoga, gedung SD Inpres Dambet, kantor PT Bumi Infrastruktur dan membakar rumah Kepala Suku Bener Tinal.

KKB juga melakukan penembakan yang menewaskan Kabinda Papua Brigjen TNI Gusti Putu Danny Nugraha Karya.

3. Susahnya Transportasi ke Beoga

Beoga merupakan distrik yang terisolasi. Hanya pesawat berbadan kecil yang bisa menggapai daerah itu.

Hal ini diungkapkan Kapolsek Beoga, Ipda Ali Akbar yang bertugas di distrik tersebut selama 19 bulan.

Ia menuturkan, jika kondisi aman, penerbangan ke Beoaga empat kali sehari. Harga tiketnya Rp 1,8 juat per orang.

Jika membawa barang, tarifnya Rp 20.000/kg.

Di Beoga sendiri ada delapan kampung dengan luas 809.008 kilometer per segi.

4. Pesawat Angkut Sepeda Motor

Ipda Ali Akbar juga menuturkan di Distrik Beoga tak ada mobil. Satu-satunya kendaraan roda empat di daerah itu adalah mobil ambulans Puskesmas Beoga.

Saat ini mobil ambulance itu rusak. Tapi banyak warga yang memiliki sepeda motor.

Kendaraan roda dua ini dibeli di Timika lalu diangkut dengan pesawat ke Beoga. Biaya pengangkutan mencapai Rp 6 juta.

5. Harga BBM Super Mahal

Di Beoga ada panel surya dengan kapasitas terbatas. Panel listrik itu hanya digunakan untuk penerangan di waktu malam.

Harga BBM di Beoga super mahal. Mencapai Rp 50.000 per liter. BBM Ini hanya dijual di tiga toko yang ada di Beoga.

Untuk akses antarkampung, warga umumnya berjalan kaki menyusuri jalan setapak.

Soal akses telekomunikasi, kata Ali Akbar, di Beoga sudah mencapai sinyal 4G.

Namun letaknya dipegunungan, sehingga penggunaannya masih terbatas.

Kalau siang jaringan telekomunikasi terputus-putus. Tapi jika malam hari signalnya kuat.

"Signal makin kuat kalau malam hari setelah warga tidur. Jaringannya bagus sampai pagi," kata Ali Akbar. (*)

Artikel ini telah tayang di Pos Kupang

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved