Ramadan

Kopi Seduh Bawa Berkah Bagi Kakek 18 Cucu Ini, Salat Malam Jadi Kunci Rahasianya

Sambil tersenyum, ia menerima uang dari pembelinya yang sedang menunggu bus untuk mudik.

Penulis: Gilar Prayogo | Editor: Budi Sam Law Malau
Warta Kota/ Gilar Prayogo
Suhartono, penjual kopi seduh di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Jumat (29/4/2022) 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Pria renta berbaju merah itu tampak sigap mengaduk kopi di gelas plastik untuk pembelinya, Jumat (29/4/2022) siang.

Tangannya cekatan menuangkan air panas ke dalam gelas yang berisi bubuk kopi.

Sambil tersenyum, ia menerima uang dari pembelinya yang sedang menunggu bus untuk mudik.

Pria itu terus menjaga dagangannya di sekitar Ruang Tunggu Penumpang di Terminal Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (29/4/2022) siang.

Kali ini ruang tunggu penumpang cukup ramai dipadati pemudik.

Meski suaranya tampak pelan, ia cekatan membuat kopi untuk pembelinya.

Sinar matahari terik tampak terus menyinari dagangannya.

Baca juga: H-3 Lebaran, Volume Kendaraan Melintas di Jalur Mudik Kota Bekasi ke Pantura Meningkat 100 Persen

Sesekali ia menawarkan dagannya dengan memanggil pemudik yang siang itu memenuhi Terminal Kampung Rambutan.

Kerutan wajahnya terlihat jelas.

Meski demikian, ia tampak tetap semangat dan menebar senyum kepada siapapun di sana.

Pria iitu bernama Suhartono. Usianya kini sudah 74 tahun. Ia memiliki lima orang anak dari seorang istri yang dinikahi pada tahun 1974.

Baca juga: Posko Mudik Bergambar Anies Baswedan di Karawang Berikan Kopi dan Pijat Gratis

Menurut Suhartono semakin banyak kopi yang ia jual untuk para pembeli, semakin cepat pulang ke rumah.

Siang ini katanya dagangan kopi serta roti masih terlalu banyak karena waktu sudah memasuki azhar,

Biasanya kata dia di waktu itu, sisa dagangannya tinggal sedikit.

Baca juga: Kisah IPDA Dede Komara, Prioritaskan Tugas dan Rela Tak Lebaran Bersama Keluarga

Tampaknya ramainya pemudiik di terminal tidak berbanding lurus dengan larisnya dagangan Suhartono.

Tahun ini mudik diperbolehkan setelah dua tahun sebelumnya dilarang akibat pandemi Covid-19.

Suhartono menceritakan dari lima anaknya, anak pertama hingga ketiga sudah menikah dan merantau ke daerah lain.

Sedangkan anak keempat dan kelimanya tinggal bersamanya.

Baca juga: Sejumlah Pemudik Motor di Jalan Raya Kalimalang Tempel Tulisan Mengibur dan Kocak di Barang Bawaan

“Saya punya lima anak dan delapan belas cucu. Anak keempat dan kelima yang masih tinggal dengan saya,” katanya saat ditemui Wartakotalive.com, Jumat (29/4/2022).

Suhartono mengaku bahwa sebelum berdagang kopi, dirinya sempat bekerja sebagai pekerja di proyek.

“Saya dulunya kerja di proyek. Karena saya cape, akhirnya saya keluar dan tidak melanjutkan kerja di proyek lainnya,” kata Suhartono sambil menggunting kopi saset dan menyiapkannya untuk pembeli.

Menurut Suhartono dirinya mulai berjualan sebagai pedagang kopi seduh di Terminal Kampung Rambutan, sejak tahun 2008 atau sudah selama 14 tahun.

Ia mengatakan sebelum adanya pandemi, pendapatan kotornya Rp700 Ribu perhari.

Baca juga: Dua Tahun Nganggur, Zubaidi Bersyukur Bisa Bekerja di Musim Mudik Lebaran

Tetapi di hari besar seperti mudik atau libur akhir tahun, ia bisa membawa uang Rp 2 juta perhari.

“Jangan kaget ya mas, kalo sebelum pandemi saya bisa dapat Rp 700.000 pehari di hari biasanya. Tapi kalo hari besar kayak mudik dan libur panjang, saya bisa dapat Rp 2 juta perhari,” ujarnya.

Namun katanya pandemi mengacaukan segalanya,

Pendapatannya turun drastis.

Bahkan di musim mudik tahun ini pendapatannya masih jauh berkurang drastis.

Karenanya uiahanya terpatok pada tiga termos yang dibawanya.

Baca juga: Dibayar Rp 300 Ribu per Hari, Jejen Relawan Sopir Ambulan Tergiur Jadi Petugas Motoris Pertamina

Jika termos yang dibawanya habis, maka ia akan langsung pulang.

Menurut Suhartono, iadan istrinya mulai berjualan di Terminal Kampung Rambutan mulai pukul 07.00 WIB hingga 20.00 WIB.

Ia bukan hanya menjual kopi, tetapi juga roti dengan berbagai rasa, tisu kering dan mie yang diseduh langsung.

“Harga kopi yang saya jual adalah Rp5.000 dan untuk roti harganya sama dengan kopi. Saya membawa roti untuk jualan sebanyak 20 buah. Kalo roti kayak gini biasanya bertahan paing lama tiga hari. Kalo gak laku ya saya bawa pulang ke rumah,” ucap pria kelahiran Yogyakarta ini.

Kerutan wajahnya tampak tegas terlihat.

Ia bercerita tentang awal kisah cintanya dengan sang istri.

Baca juga: Libur Lebaran Bersama Upin Ipin Hingga Rising Star Dangdut

Sang istripun ikut duduk mendekat ke dirinya.

“Awal mulanya saya ketemu dengan dia, waktu zaman sma. Saya tadinya teman biasa saja, tapi lama-lama jadi jatuh cinta dengan dia. Waktu mau ngelamar istri, saingan saya orang yang punya pangkat bahkan jabatan tinggi. Tapi ya namanya jodoh, akhirnya dia milih saya,” ujar Suhartono sambil melirik sedikit ke istrinya.

Suhartono mengaku bahwa dirinya ikut berdagang, karena kasihan melihat istrinya berjualan sendirian.

“Saya kasian liat istri berjualan sendiri. Karena saya sayang, makanya saya temani dia berjualan,” ucapnya.

Ia bersyukur masih diberikan cinta dan kesetiaan untuk istrinya.

Menurutnya jika Tuhan tidak berkehendak dan teguh hatinya, pasti ia tidak akan setia.

Karena godaan itu selalu datang terus menerus.

Baca juga: Momen Mudik, Calo Tiket Kapal Laut dan Pemalsu Surat Kesehatan Beraksi di Pelabuhan Tanjung Priok

Ia mengaku bahwa bisa saja mempunyai istri lagi atau menceraikan istrinya.

Tetapi karena sayang dan teguh, ia membuang jauh bisikan tersebut.

Suhartono mengakui bahwa dengan usianya dan usia istrinya saat ini, seharusnya mereka sudah tidak berjualan lagi.

Tetapi menurut Suhartono, selama ia masih kuat dan sehat, ia akan terus berjualan kopi untuk kebutuhan sehari-harinya.

“Rahasia saya selalu sehat dan kuat adalah Salat malam. Saya biasanya bangun untuk Salat malam dan berdoa kepada Allah SWT. Saya meminta untuk diberi kesehatan dan berterima kasih atas yang didapatkan selama satu hari ini,” ujarnya.

Ia mengaku bahwa bersyukur adalah kunci untuk terus diberikan kesehatan.

Bersyukur atas apa yang didapatkan dari hasil berjualan.

Baginya jodoh, rezeki, sehat, dan kematian ada di tangan Tuhan.

Ia tidak tahu kapan dirinya dipanggil oleh Tuhan.

Baca juga: H-3 Lebaran, Volume Kendaraan Melintas di Jalur Mudik Kota Bekasi ke Pantura Meningkat 100 Persen

Suhartono hanya menyiapkan amalan selama hidup.

Suhartono berpesan agar selalu bekerja keras semasa muda.

Tapi harus diingat bahwa setiap bekerja keras, jangan lupakan santun terhadap orang lain.

“Saya mau pesan untuk mas, mumpung masih muda harus kerja keras. Nanti dari hasil kerja keras akan dapat hasilnya. Tapi jangan lupa harus tetap santun ke orang lain, karena balasanya akan sepadan jika kita baik,” ucapnya.(m34)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved