Pilpres 2024
Survei SMRC: Pemilih PDI P Cenderung Pilih Ganjar Ketimbang Puan, Sebagian Malah Dukung Anies
Sirojudin Abbas menjelaskan, dalam temuan survei SMRC, pemilih PDI-P cenderung memilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Dalam survei terbaru yang dilakukan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), disebutkan bahwa pemilih PDI-P cenderung memberikan pilihannya kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat Pemilihan Presiden nanti.
Mereka lebih memilih Ganjar Pranowo dari pada Puan Maharani.
Ini merupakan hasil survei mengenai pemilih PDI-P terhadap elektabilitas calon presiden (capres).
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas.
Sirojudin Abbas menjelaskan, dalam temuan survei SMRC, pemilih PDI-P cenderung memilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: Bambang Pacul Tak Masalah Gibran Maju di Pilgub DKI Ikuti Jejak Bapaknya, Asal Direstui Megawati
“Ya, dalam setahun terakhir, dukungan massa PDI-P kepada Ganjar naik dari 20,1 persen pada Maret 2021 menjadi 34,2 persen pada Maret 2022,” katanya dalam rilis survei yang ditayangkan di channel YouTube, Kamis (7/4/2022).
Menurut Sirojudin Abbas, SMRC juga mengungkapkan kecenderungan pemilih PDI-P mendukung elite partai berlambang banteng moncong putih itu, misalnya Ketua DPP PDI-P Puan Maharani.
Hasilnya, kecenderungan dukungan massa pemilih PDI-P pada Puan Maharani dalam satu tahun terakhir tidak banyak berubah, yaitu, 1,3 persen pada Maret 2021 dan 1,9 persen pada Maret 2022.
Kecenderungan dukungan massa pemilih PDI-P pada Prabowo Subianto menurun dari Maret 2021 ke Maret 2022.
Dikatakan Sirojudin Abbas, tren dukungan massa pemilih PDI-P pada Prabowo menurun dari Maret 2021 sebanyak 11,6 persen menjadi 11,1 persen.
Baca juga: Baliho Dukungan Anies Capres 2024 Tersebar di Bekasi, Ternyata Pemasangnya Ketua PPP Bekasi Gus Shol
Baca juga: PILPRES Prancis Diikuti 12 Pasangan, Bagaimana Indonesia? Capres Kuat Emmanuel Macron dan Le Pen
Tren dukungan massa pemilih PDI-P pada Anies Baswedan cenderung meningkat.
Tren dukungan itu meningkat, dari Maret 2021 sebesar 5,2 persen menjadi 7,2 persen pada Maret 2022.
Survei SMRC sendiri dilakukan pada 13-20 Maret 2022 dengan 1.027 responden yang berhasil diwawancarai dengan baik.
Responden dipilih dengan metode multistage random sampling. Margin of error hasil survei lebih kurang 3,12 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Prabowo, Anies dan RK Belum Punya Parpol Koalisi Pengusung Untuk Tiket Nyapres di Pilpres 2024
PDIP dan PKS sulit berkoalisi
Dalam kesematan tersebut, Sirojudin Abbas juga mengungkapkan soal kemungkinan koalisi atau tidaknya beberapa partai politik pada Pemilu 2024.
Sirojudin berpandangan bahwa Partai Demokrasi Indonsia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kecil kemungkinan untuk berkoalisi.
"Dalam hal ini, PDI-P dan PKS mungkin paling kecil kemungkinannya berkoalisi pada tingkat nasional, meskipun mungkin juga pada tingkat lokal di Pilkada," kata Sirojudin dalam tayangan rilis survei yang disiarkan di channel YouTube, Kamis (7/4/2022).
Sirojudin menilai, kedua partai tersebut kecil kemungkinan berkoalisi jika dilihat dari ideologi yang dianut. Menurut dia, kedua partai tersebut memiliki dua ideologi yang berbeda.
PDI-P dinilai kuat membawa ideologi partai kebangsaan, sedangkan PKS membawa ideologi keislaman.
"Kita mencatat jika ideologi ini penting, maka besar kemungkinan partai yang dinilai paling kuat sebagai partai kebangsaan dan partai yang dinilai sebagai partai yang kuat membawa ideologi keislaman itu paling sulit untuk bertemu," nilai Sirojudin.
Namun, baik PDI-P dan PKS, kata dia, tetap dapat berkoalisi dengan partai lainnya.
Sementara itu, Sorijudin mengungkapkan soal kemungkinan lain terbentuknya koalisi partai pada Pemilu 2024.
Ia pun menyoroti soal chemistry pada partai-partai politik yang berkaitan dengan komunikasi antar elite partai. Pihaknya mencatat beberapa partai yang tidak mudah berkomunikasi karena alasan selain ideologi.
"Lebih pada suasana kebatinan antar hubungan partai itu, misalnya PDI-P dengan Demokrat, dengan Nasdem juga, Juga antara Partai Nasdem dengan Partai Gerindra misalnya," ucap Sirojudin.
leh karena itu, Sirojudin menilai, antara PDI-P dan Demokrat juga kecil kemungkinan berkoalisi.
Begitu juga antara PDI-P dan Nasdem. Perlu diketahui, hingga kini partai-partai politik masih melakukan penjajakan atau komunikasi politik.
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, beberapa bulan ini, sejumlah partai yang sudah saling bertemu di antaranya Partai Nasdem dan Golkar, lalu Demokrat dan Nasdem. Lalu, PDI-P juga sempat bertemu dengan Partai Gerindra pada 2021.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com