Virus Corona

Epidemiolog: Sudah Melewati Puncak Omicron Bukan Berarti Masa Kritis Berlalu

Sehingga, adanya pelonggaran yang dilakukan harus diimbangi dengan penguatan di aspek lain.

Twitter@KemenkesRI
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan, secara global situasi pandemi Covid-19 belum melandai. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan, secara global situasi pandemi Covid-19 belum melandai.

Memang ada penurunan kasus dan mengindikasikan tidak sedang di puncak.

Namun, angka indikator telat menghadapi Covid-19 secara global dan berdampak pada kematian, tren-nya masih meningkat.

Baca juga: Penangkapan Dokter Sunardi yang Ditembak Mati Densus 88 Dikembangkan dari Teroris yang Ditangkap

"Termasuk juga jumlah kasus infeksi seminggu, atau dua minggu terakhir justru meningkat."

"Artinya ada potensi yang kita khawatirkan di tengah pelonggaran banyak negara ini malah meningkatkan transmisi," ulasnya kepada Tribunnews, Jumat (11/3/2022).

Dan yang paling mengkhawatirkan lagi, lanjutnya, sub varian Omicron BA.2, terdeteksi.

Baca juga: Dua Tahun Lebih, KPK Belum Tahu Keberadaan Harun Masiku

Menurutnya, varian ini lebih cepat menginfeksi.

"Nah, di Indonesia sama. Kita masih dalam fase yang kritis, meskipun katakanlah sudah melewati puncak."

"Tapi ingat, melewati puncak bukan berarti masa kritis sudah berlalu," tutur Dicky.

Baca juga: Dorong Amandemen UUD 1945, Jokpro 2024: Bola Jokowi Tiga Periode Ada di MPR

Bahkan, katanya, bisa jadi dengan indikator telat ini, kematian maupun angka orang masuk ICU menjadi fase awal peningkatan.

Sehingga, adanya pelonggaran yang dilakukan harus diimbangi dengan penguatan di aspek lain.

Misalnya, jika pada perjalanan domestik tidak dilakukan tes tidak mengapa, karena memang secara modalitas imunitas memungkinkan, walaupun sifatnya harus tetap waspada dan berhati-hati.

Baca juga: Butuh 750 Ribu Suntikan per Hari Agar Target 70 Persen Vaksinasi Covid-19 Tercapai Sebelum Lebaran

"Selain selektif juga, karena 30 provinsi kita, tes positivity rate-nya masih di atas 5 persen."

"Kita harus ada evaluasi berkala. Tools-nya dengan sampling. Itu yang harus diperkuat surveilans," papar Dicky.

Misalnya, satu persen dari pelaku perjalanan domestik lakukan sampling, dan ternyata berada di bawah 1 persen, berarti kebijakan ini baik dilakukan.

Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 RI 12 Maret 2022: Dosis I: 193.229.478, II: 150.773.781, III: 14.351.546

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved