Kampus Top Dunia
Kejar Mimpi Masuk Jajaran Universitas Top Dunia, UI Garap 4000 Riset Setiap Tahun
Nurtami, mengatakan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, UI diprediksi masuk dalam 100 universitas top terbaik dunia.
WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK -- Universitas Indonesia (UI) terus berupaya untuk merangsek ke jajaran elit kampus dunia.
Wakil Rektor UI Bidang Riset dan Inovasi, Nurtami, mengatakan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, UI diprediksi masuk dalam 100 universitas top terbaik dunia.
“Jadi bukan mimpinya UI saja, tapi Indonesia. Ada universitas di dalam negeri yang masuk ke 100 dunia dari ribuan. Posisi UI kan sekarang di 200-an jadi bisa dilihat kan perjalannya masih cukup jauh. upayanya dari sisi riset dan membangun lingkungan dan semangat dari seluruh civitas akademika,” kata Nurtami saat ditemui di Integrated Laboratory Research Center UI pada Jumat (25/2/2022), siang.
Menurut Times Higher Education (THE), sebuah laman yang memperlihatkan peringkat kampus dari seluruh dunia, UI berada di peringkat 194 universitas top di Asia pada tahun 2021.
Sementara menurut QS World University Ranking 2022, UI berada di peringkat 290 universitas terbaik dunia.
“Kalau bicara tentang pemeringkatan dunia parameternya antara lain reputasi akademik, bagaimana lulusan UI itu digunakan oleh stakeholder, hasil riset apakah bau dan gaungnya itu masuk dalam radar global. Jadi memang semua sekarang berbenah, berusaha memperbaiki, mengkoreksi capaian di aspek-aspek yang menjadi parameter itu,” sambung Nurtami.
Baca juga: 2024, UI Resmikan Taman Teknologi Sains
Baca juga: Pakar Hukum UI dan Serikat Pekerja Nilai Permenaker JHT Tak Miliki Ketetapan Hukum
Lebih lanjut, kata Nurtami, UI saat ini sedang fokus pada peningkatan kuantitas dan kualitas riset yang dihasilkan.
Seluruh dosen dan mahasiswa harus sudah bergerak maupun terlibat dalam penelitian menurut disiplin ilmu yang mereka kuasai.
“Jadi UI juga improvisasi dari lingkungan riset dari sisi kuantitasnya dulu. Kemudian UI harus lebih menajamkan lagi di level kualitas. Nah sekarang kualitas ini yang harus benar-benar digarap. Antara lain harus melakukan global network research. Jadi melakukan riset itu gak boleh sendirian, harus berpartner dengan mitra baik di dalam maupun luar negeri,” jelasnya.
Baca juga: Sirkuit Formula E di Ancol Didatangi Sekelompok Orang, Desak KPK Usut Tuntas Dugaan Kasus Korupsi
Baca juga: Produsen Minyak Apical Tingkatkan Komitmen Keberlanjutan Melalui Apical2030
UI pun mewajibkan kepada seluruh komunitas atau perhimpunan rumpun ilmu yang ada berada di naungan UI harus menjadi bagian dari komunitas dunia.
Nurtami mencontohkan, komunitas mahasiwa Teknik mesin di UI harus tergabung dalam komunitas mahasiswa Teknik mesin dunia.
“Kemudian di bidang kesehatan ya harus masuk di asosiasi-asosiasi jantung, penyakit dalam harus masuk di grup itu. Jadi orang luar itu kalau bicara Indonesia itu tanya 'siapa ahlinya'. Daya tarik itu yang harus UI ciptakan,” ujar Nurtami.
Baca juga: 10 Prodi Sepi Peminat di Universitas Indonesia, UGM dan UNY, Bisa Jadi Peluang
Wanita yang juga menjalani profesi sebagai Dosen di Fakultas Kedokteran Gigi UI ini menambahkan, dalam satu tahun, UI rata-rata bisa menghasilkan 4000 hasi riset dalam bentuk publikasi ilmiah, karya tulis popular, maupun diseminasi dalam bentuk konferensi atau seminar.
“Dan yang bisa diukur secara kekayaan intelektual itu di atas 1000 dari 4000-an riset yang dilakukan. Itu rata-rata dalam setahun. Nah itu yang harus disiapkan sekarang yakni memperkenalkan riset dan temuan UI pada level yang lebih luas. Jadi tidak di lokal saja tetapi di skala dunia,” harap Nurtami.
Lebih lanjut, kata Nurtami, sejak lima tahun terakhir, hasil-hasil paten dari UI lebih banyak berasal dari produk Kesehatan dan Elektronik (engineering) yang dihasilkan dari kerja kolaborasi antara pemerintah dan industri.
Baca juga: Universitas Indonesia Raih Lima Predikat Penghargaan Anugerah Diktiristek 2021