Vaksinasi Covid19
Vaksinasi Covid-19 Lengkap Plus Booster Berikan Perlindungan Hingga 91 Persen dari Kematian
Pemerintah terus melakukan percepatan program vaksinasi Covid-19 nasional.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Pemerintah terus melakukan percepatan program vaksinasi Covid-19 nasional.
Vaksinasi menjadi salah satu komponen penting dalam strategi penanganan pandemi, untuk menekan angka risiko sakit yang parah hingga kematian akibat Covid-19.
Pada 22 Februari 2022, jumlah kasus aktif Covid-19 sebanyak 549.431 orang, dengan jumlah total pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit berjumlah 37.638 pasien.
Baca juga: Dubes Ukraina Bilang Negaranya Sudah 350 Tahun Coba Singkirkan Rusia, Minta Indonesia Protes Keras
Rinciannya, 813 dengan kondisi berat, dan 185 pasien dengan kondisi kritis.
Dari analisa 17.871 pasien yang dirawat di RS pada periode 21 Januari-22 Februari 2022, terdapat 2.489 pasien meninggal dunia. Sebagian besar dari pasien yang meninggal belum divaksinasi lengkap.
“Pasien yang meninggal ini terdiri dari berbagai kategori kelompok, baik itu kelompok pasien lansia dan non lansia."
Baca juga: Dubes Ukraina Bilang Rusia Pakai Taktik Perang Hibrida, Sebar Propaganda kepada Media
"Kelompok pasien komorbid dan non komorbid, serta kelompok pasien yang belum divaksinasi dan telah divaksinasi."
"Angka kematian terpantau meningkat pada kelompok lansia, komorbid, dan yang belum melengkapi vaksinasi,” ungkap Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi MEpid, dikuti dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, Jumat (25/2/2022).
Risiko kematian bagi non lansia tanpa komorbid yang telah mendapat booster adalah 0,49 persen.
Baca juga: Tolak Pemilu Ditunda, Nasdem: Ingin Perpanjang Masa Jabatan Presiden, Konstitusi Mau Diubrak-abrik
Sedangkan risiko kematian bagi lansia tanpa komorbid yang sudah mendapat booster 7,5 persen.
Risiko kematian non lansia tanpa komorbid yang telah vaksinasi lengkap dua dosis adalah 2,9 persen.
Sedangkan risiko kematian lansia tanpa komorbid yang telah mendapat vaksin lengkap dosis 22,8 persen.
Baca juga: Setuju Pemilu 2024 Ditunda, Zulkifli Hasan Beberkan Enam Alasannya, Termasuk Survei Litbang Kompas
Jumlah kematian pada kelompok yang memiliki komorbid yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap sebanyak 739 kematian, dibandingkan dengan yang telah mendapatkan booster hanya terdapat 20 kematian.
“Vaksinasi lengkap ditambah booster dapat memberikan perlindungan hingga 91 persen dari kematian, atau risiko terburuk lainnya akibat Covid-19."
"Oleh sebab itu, pemerintah terus mempercepat laju vaksinasi bekerja sama dengan pemerintah daerah, serta instansi-instansi lain, seperti TNI dan Polri, mengingat pentingnya vaksinasi ini,” papar dr Nadia.
Baca juga: Setuju Pemilu 2024 Ditunda Atau Tidak? Ketua Umum Projo: Yang Terbaik Buat Rakyat Kita Dukung
Dokter Nadia menyampaikan, selama Februari ini, kecepatan suntikan harian berada pada kisaran 1-1,4 juta dosis per hari.
“Hingga kemarin kita telah melaksanakan 190.451.523 vaksin dosis 1, 143.032.523 vaksin dosis 2, serta 9.460.523 vaksin booster."
"Lebih dari 50 persen dari total populasi 270 juta penduduk indonesia telah menerima vaksinasi dosis lengkap."
Baca juga: Beda Pendapat Soal Presidential Threshold, Dua Hakim MK: Mengapa Dipertahankan Ketika Menyimpang?
"Melihat laju vaksinasi saat ini, pemerintah menargetkan akan memenuhi vaksinasi lengkap pada 70 persen populasi masyarakat Indonesia pada Juni 2022."
"Kita berharap vaksinasi bisa berkontribusi besar untuk mencegah pasien bergejala berat hingga berisiko kematian akibat infeksi Covid-19,” beber dr Nadia.
Meski telah mendapatkan vaksinasi lengkap atau telah menerima booster, bukan berarti masyarakat bisa abai terhadap protokol kesehatan.
Baca juga: Yang Berhak Gugat Presidential Threshold ke MK Cuma Parpol Peserta Pemilu dan Capres-Cawapres
“Vaksinasi dan disiplin menjalankan protokol kesehatan harus dijalankan secara berbarengan."
"Karena dua hal ini merupakan kunci kita dapat memutus rantai penyebaran virus Covid-19 dan melindungi anggota keluarga, termasuk orang tua, dari risiko terburuk,” urai dr Nadia. (*)