Anak Perempuan Maruli Simanjuntak Punya Prestasi Dunia, Bikin Ompungnya Luhut Pandjaitan Bangga
Sejak duduk di bangku SD, Fey sudah terjun sebagai aktivis HAM cilik yang berpengalaman dalam gerakan antiprostitusi anak (trafficking).
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Budi Sam Law Malau
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Mayor Jenderal (Mayjen) Maruli Simanjuntak ditunjuk menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) oleh Presiden Jokowi.
Ia dianggap dekat dengan Presiden Joko Widodo karena pernah menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) pada 2018-2020.
Dia juga merupakan menantu dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Maruli Simanjuntak menikah dengan anak Luhut Pandjaitan yakni Paulina Pandjaitan.
Pasangan Maruli dan Paulina dikaruniai dua anak. Anak pertamanya Faye Hasian Simanjuntak atau yang lebih dikenal dengan Fey.
Ia adalah cucu tertua dari Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Faye punya satu adik laki-laki.
Baca juga: KRONOLOGIS Terbongkarnya Suap dari Istri Bandar Narkoba,Kini Kapolres Medan dan Anak Buahnya Dicopot
Baca juga: Laporkan Dua Putra Jokowi, Ubedilah Badrun Ingin Pulihkan Kepercayaan Publik kepada KPK
Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), aktivitas Fey banyak dihabiskan dalam kegiatan filantropi dan social entepreneur.
Jiwa sosial Fey, membawa namanya masuk sebagai salah satu anak muda paling berpengaruh versi Majalah Forbes Indonesia untuk kategori "30 Under 30" 2020.
Filantropi Indonesia melalui akun Instagramnya @filantropiindonesia juga mengucapkan selamat kepada Faye atas prestasi yang telah ia raih di bidang sosial entrepreneur dan filantropi.

"Selamat kepada Faye Simanjutak, founder @rumahfaye, yang terpilih sebagai salah satu anak muda yang paling berpengaruh.
Dalam Forbes Indonesia “30 under 30” 2020 di bidang Social Entrepreneur & Philanthropy. Salute!
Semoga ini bisa menjadi inspirasi anak muda lainnya dalam berkarya untuk negeri," tulis akun @filantropiindonesia.
Gadis kelahiran 10 April 2002 ini memang tampak berbeda jauh seperti seumurannya.
Baca juga: Terjepit Usai Tabrak Truk, Pengemudi Grand Max Dievakuasi Dua Mobil Rescue dan 10 Petugas Gulkarmat
Baca juga: Sejak 1 Januari 2022, Indonesia Sudah 726 Kali Dilanda Gempa Bumi
Ia dikenal sebagai perempuan cerdas dan tampak sangat dewasa dalam bertidak maupun cara berpikirnya.
Faye juga sangat menonjol dari sisi pengabdian sosial.
Hal ini pula yang pernah disoroti Ompung (baca:Opung) atau kakeknya, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut mengaku sangat bangga dengan jiwa sosial cucunya itu.
Di usia belia yang masih duduk di bangku SD, Fey sudah terjun sebagai aktivis HAM cilik yang berpengalaman dalam gerakan antiprostitusi anak (trafficking).
Baca juga: Keseringan Menikah hingga Dikabarkan Diblacklist KUA, Vicky Prasetyo Anggap Sebuah Risiko
Baca juga: Swafoto Bikin Ganggu Lalu Lintas di Jalan Tol Andara, Belasan Pemilik Mobil Mewah Ditegur Polisi
Ia pun mendirikan Rumah Faye untuk menampung anak-anak yang korban trafficking.
Kini, selain sibuk belajar hingga menjalankan kegiatan sosialnya, ia juga aktif di UNESCO.
Faye menceritakan pengalaman pertama kali mengenal isu prostitusi anak berkat tugas sekolah.
Ketika duduk di bangku kelas VI, guru memberi tugas membuat makalah terkait permasalahan keadilan sosial.
Faye memilih topik child trafficking (jual-beli anak).
Baca juga: Mengidap Hipoglikemia dan Demensia Alzheimer, Dorce Sudah Menyiapkan Kain Kafan dan Makam Pribadi
Baca juga: Babe Haikal Digeruduk Ormas hingga Dijaga Aparat saat Ceramah di Malang, Polisi:Tidak Ada Pengusiran
Faye awalnya mengira, trafficking ialah soal kemacetan jalan.
Makanya dia memilih topik tersebut.
Ia pun mencari-cari di google soal trafficking. Namun, yang ditemukan bukan soal kemacetan jalan.
Tapi hal yang mengerikan tentang kasus-kasus anak. Gambar anak dengan warna hitam.
Faye pun sharing dengan orangtuanya. Dari situ, baru pertama kali itu Faye menyadari betapa banyak anak-anak menjadi korban perdagangan manusia.
Menurut dia, mereka diperdagangkan dengan berbagai tujuan, mulai dari pekerja di bawah umur hingga diambil organ tubuhnya.
Baca juga: Ustaz Haikal Hassan Diusir Warga di Malang, Ada Teriakan: NKRI Harga Mati
Baca juga: Dikabarkan Bercerai Dengan Kalina Oktarani, Presenter Vicky Prasetyo Bantah Telah Menikah 24 Kali
Adapun alasan terbanyak ialah dimasukkan ke dalam lingkaran pelacuran.
Perhatiannya makin tajam setelah membaca data yang dikeluarkan lembaga swadaya masyarakat internasional, End Child Prostitution, bahwa 43 persen anak-anak yang diperdagangkan berusia di bawah 14 tahun.
Selepas menyelesaikan tugas sekolah, isu prostitusi anak tidak bisa lepas dari benaknya.
Ia kemudian mendekati ibunya agar mengajaknya melihat permasalahan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
Karena menurut Faye, untuk mengetahui langsung permasalahan anak-anak yang seusianya dan bahkan di bawah usianya, harus terjun langsung ke lapangan.
Sang ibu, Paulina Pandjaitan, kemudian meminta bantuan seorang kenalan yang pernah bekerja di LSM untuk bahu-membahu mendampingi penyintas.

Kegiatan yang dilakukan Faye mulai banyak mengundang sukarelawan untuk terlibat.
Beberapa perusahaan juga datang untuk memberikan bantuan berupa dana dan alat.
Pada ada 2013 saat Faye berusia 11 tahun, bersama ibunya, Paulina Pandjaitan, meluncurkan @rumahfaye untuk mengelola sebuah rumah aman untuk anak-anak korban prostitusi.
Rumah aman itu sudah dibangun dan diberi nama Rumah Faye.
Pada 2018 ada 30 anak yang ditampung dan menjalani masa pemulihan.
Jumlah ini belum termasuk ratusan anak dan remaja yang rutin didatangi setiap bulan untuk advokasi mengenai kesehatan reproduksi dan hak-hak anak.
Faye juga mendirikan yayasan anti perdagangan anak sekaligus founder dari Rumah Faye di Batam.
Rumah Faye tersebut merupakan organisasi yang berfokus pada pencegahan pelecehan seksual dan perdagangan manusia dan rehabilitasi korban.
Baca juga: Laporkan Dua Putra Jokowi, Ubedilah Badrun Ingin Pulihkan Kepercayaan Publik kepada KPK
Baca juga: Swafoto Bikin Ganggu Lalu Lintas di Jalan Tol Andara, Belasan Pemilik Mobil Mewah Ditegur Polisi
Faye juga aktif mengampanyekan kepada para rekan sebayanya atau yang berumur di bawahnya terkait hak mereka sebagai anak.
Hal itu juga ia tularkan ke para relawan yang sukarela bergabung untuk membantu dirinya bekerja melindungi dan memulihkan keadaan para korban perdagangan anak dan kekerasan seksual termasuk teman-teman dan keluarganya.
Rumah Faye menjalankan strategi pencegahan, penyelamatan, dan rehabilitasi.
Selain tempat penampungan, bagi para korban diberikan pelatihan keterampilan untuk anak-anak. Seperti membuat karya keramik atau tembikar, melukis, merajut dan menjahit.
Sang kakek, Luhut Pandjaitan juga memberikan apresiasi pada cucunya dan ikut mengungkapkan kebahagiaannya lewat unggahan di akun Instagramnya.
"Suatu kebanggaan tersendiri untuk saya sebagai kakek dari seorang perempuan belia bernama Faye, yang mendedikasikan cita-cita hidupnya untuk membuat sebuah 'Rumah' perlindungan bagi anak-anak dari bahaya kejahatan perdagangan manusia dan kekerasan seksual," tulis Luhut di akun instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Sabtu (22/2/2020) lalu.
Pada postingan lainnya, Luhut menulis apa yang membuat dirinya bangga terhadap Faye.
"Saya bangga dengan Faye@chocodaawg , cucu saya yang paling besar ini. Karena dia melakukan betul apa yang kami ajarkan, yaitu “giving back”. Jangan mau menerima saja, tapi kita juga musti mau memberi. Inilah salah satu nilai kehidupan yang kami tanamkan pada anak-anak dan cucu-cucu di keluarga kami" tulis Luhut.
Luhut menambahkan bahwa konteks memberi tidak selalu mengenai uang.
"Tapi bisa juga memberikan hati, pikiran, waktu, tenaga kita, atau apa saja. Intinya, tidak ada ruginya membantu orang lain, siapa pun dia, apa pun latar belakangnya. Karena ini soal kemanusiaan."
Menurut Luhut dengan memberi sebenarnya kita belajar untuk tidak rakus. Saya ingin keluarga saya memiliki karakter yang mampu mengendalikan "appetite" atau hasrat pribadi.
Baca juga: Kenali Manfaat Minyak Zaitun bagi Kecantikan dan Kesehatan
Baca juga: Keseringan Menikah hingga Dikabarkan Diblacklist KUA, Vicky Prasetyo Anggap Sebuah Risiko
Tentang mengenai Faye, Luhut tidak terbayang cucunya itu bisa menjadi seperti sekarang ini.
"Faye mulai menjadi aktivis di bidang "child trafficking" sejak usia 11 tahun. Bahkan sebelumnya, di usia 8 tahun dia melakukan "fund raising" untuk anak-anak korban meletusnya Gunung Merapi di 2010," papar Luhut.
"Baru beberapa hari ini saya kaget juga dia bisa raising fund dari berbagai macam sumber dan mendapatkan hampir Rp 1 milyar untuk membantu anak-anak korban pelecehan seksual. Yang saya takutkan bukanlah bidang yang dia pilih. Tapi saya lebih khawatir Faye menjadi lebih cepat dewasa. Inilah PR kami, terutama orangtuanya, untuk menjaga Faye," tulis Luhut.
Luhut pun berpesan bagi setiap anak muda yang ingin menjadi seperti Faye atau bahkan lebih hebat darinya.
Baca juga: Polisi Selidiki Terduga Maling Mobil yang Tewas Diamuk Warga di Cakung, Minggu (23/1/2022) Dini Hari
Baca juga: Pakar Hukum Tata Negara Nilai UU IKN Berpotensi Dibatalkan MK karena Tak Sesuai UUD 1945
"Just do the right things when you believe it." Tanya hatimu yang paling dalam, apakah benar saya melakukan ini atau tidak. Kalau kau yakin, maka kerjakanlah!"
Saat berusia 9 tahun, cucu Luhut ini untuk pertama kalinya terlibat dengan isu tersebut dan mengetahui banyak anak seusia dengannya menjadi korban.
Mengutip UNICEF, Forbes Indonesia menyebutkan selain terdapat korban perdagangan manusia dan prostitusi, Indonesia juga menjadi tujuan dan persinggahan warga negara tetangga yang menjadi korban perdagangan manusia.
Baca juga: Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Telah Siapkan Solusi untuk Mengatasi Banjir di Kawasan Tegal Alur
Baca juga: Wali Kota Mohammad Idris Sebut Revitalisasi Situ Tujuh Muara di Depok akan Dilakukan Tahun Depan
Rumah Faye telah menyelesaikan 90 kasus di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dalam kegiatannya Rumah Faye menjalankan strategi pencegahan, penyelamatan, dan rehabilitasi.
Rumah Faye meningkatkan kesadaran tentang perdagangan anak dan prostitusi anak.
Rumah Faye tercatat pernah membebaskan para korban yang terjebak dalam pelacuran, seperti di Batam melalui kerja sama dengan polisi setempat.
Rumah Faye juga menyediakan tempat penampungan dan rumah aman bagi para korban, serta pelatihan keterampilan untuk anak-anak.
Di sisni, para korban mendapat layanan konseling dan terapi seni termasuk membuat karya keramik atau tembikar, melukis, merajut dan menjahit.(bum)