Virus Corona

Epidemiolog: Omicron Jelas Bukan Varian Covid-19 yang Terakhir

Setelah varian Delta, muncul varian Omicron yang membuat kasus Covid-19 melonjak lagi.

istimewa
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, Omicron bukanlah varian Covid-19 terakhir. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - SARS-CoV-2 terus bermutasi sejak kemunculannya.

Setelah varian Delta, muncul varian Omicron yang membuat kasus Covid-19 melonjak lagi.

Lantas, kapan virus berhenti bermutasi?

Baca juga: Gencar Lakukan OTT di Awal 2022, KPK Bilang karena Ekonomi Membaik dan Proyek Mulai Hidup Lagi

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, Omicron bukanlah varian Covid-19 terakhir.

"Kemudian bicara Omicron, varian ini bukanlah yang terakhir, jelas bukan."

"Ada potensi varian lain muncul, lebih berbahaya, sama atau kurang," ungkap Dicky kepada Tribunnews, Jumat (21/1/2022).

Baca juga: Nusantara Dipilih Jadi Nama Ibu Kota Baru Indonesia, Maruf Amin: Tinggal Dilaksanakan

Namun, menurutnya hal itu tidaklah menjadi masalah.

Dalam mutasinya, virus ini tidak semakin melemah, justru semakin banyak memiliki imunitas.

"Virus begitu saja terus, bahkan lebih baik."

Baca juga: KPU Kasih Usulan Lagi ke DPR Soal Jadwal Pemilu 2024, Kini Pilih Tanggal 14 Februari

"Itu terbukti dari kehadiran virus-virus yang menyebabkan pandemi itu. Bahkan ada yang resisten pada obat," tutur Dicky.

Tapi, ia menekankan hal ini bukanlah sesuatu yang membuat masyarakat menjadi panik.

Karena, dengan kombinasi testing, traacing, treatment (3T), protokol kesehatan dan vaksin Covid-19, maka mutasi virus dapat dihadapi.

Baca juga: Ingin Labrak Arteria Dahlan, Petinggi Sunda Empire Lord Rangga: Dia Melanggar Pancasila!

"Itu yang bisa kita lakukan dalam konteksi Covid."

"Kegiatan ekonomi juga bisa normal, asal semua konsisten."

"Dan untuk potensi gelombang tiga ini jelas didominasi Omicron, karena Delta masih ada," paparnya.

Baca juga: RS Tak Padat Pasien Dianggap Indikator Pandemi Terkendali, Epidemiolog: Kalau Penuh, Sudah Telat

Dicky menekankan dalam situasi ini, masih ada kelompok yang rawan dan belum punya imunitas. Ini seperti kayu bakar dan mengakibatkan ledakan kasus sulit dihindari.

"Tapi dampaknya bisa kita minimalisir. Setidaknya dampak secara ekonomi, sosial, kesehatan bisa kita kurangi dengan melakukan mitigasi awal."

"Itu tool-nya hampir sama dengan Delta, tapi harus lebih kuat," ulasnya. (Aisyah Nursyamsi)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved