Virus Corona

Epidemiolog Nilai Indonesia Telat Tangani Lonjakan Kasus Omicron, tapi Masih Bisa Minimalkan Dampak

Namun, menurut Dicky, masih ada yang bisa dilakukan Indonesia, walaupun saat ini dalam kategori telat. 

Dokumentasi Pribadi Dicky Budiman
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menilai Indonesia terlambat membendung membeludaknya kasus Covid-19 varian Omicron.  

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menilai Indonesia terlambat membendung membeludaknya kasus Covid-19 varian Omicron

Menurutnya, secara angka psikologis dan epidemiologi, untuk bisa mengendalikan kasus adalah dengan testing, tracing, dan treatment (3T) pada 200 kasus.

"Di atas 200 kasus, negara give up."

Baca juga: Kasus Omicron di Indonesia Tambah Jadi 882 Orang, Paling Banyak Impor dari Arab Saudi

"Enggak bisa kombinasi dengan teknologi, sudah tidak terkejar."

"Apalagi Omicron yang double time bisa 2-3 hari, dan juga kecepatan dua kali daripada Delta," ungkap Dicky kepada Tribunnews, Kamis (20/1/2022).

Virus SARS-CoV-2 varian Omicron ini tidak hanya menginfeksi mereka yang belum divaksin Covid-19, tapi juga pada orang-orang yang sudah divaksin.

Baca juga: OTT di Pengadilan Negeri Surabaya, KPK Ciduk Hakim, Panitera, dan Pengacara

Sehingga, bisa dikatakan tidak ada negara yang bisa berpacu dengan Covid-19.

Namun, menurut Dicky, masih ada yang bisa dilakukan Indonesia, walaupun saat ini dalam kategori telat. 

"Tapi masih ada peluang."

Baca juga: Ini Wajah Hakim PN Surabaya yang Diciduk KPK, Diduga Terima Suap Pengurusan Perkara

"Ada cara untuk meminimalisir dampak yang terjadi seperti di Australia, Amerika, dengan kasus angka kematian hunian rumah sakit yang tinggi," papar Dicky. 

Saat ini kasus varian Omicron di Indonesia masih mewabah pada orang-orang muda yang memiliki imunitas, baik karena vaksin maupun infeksi. Atau, infeksi dan vaksinasi, yang tidak terdeteksi.

"Sehingga memberikan kita sedikit waktu."

Baca juga: Polri Benarkan Mobil Bernopol 4196-07 Punya Arteria Dahlan, kenapa Ada Lima Kendaraan Berpelat Sama?

"Kita harus loncat mengambil jalan pintas melindungi kelompok rawan, yaitu lansia, anak belum bisa divaksin, dan komorbid."

"Langsung diberi vaksin Covid-19 atau booster," sarannya. 

Upaya ini, lanjut Dicky, tidak hanya dengan vaksin Covid-19 atau booster, tapi juga dengan penguatan 3T, protokol kesehatan, dan pengendalian pintu masuk. (Aisyah Nursyamsi)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved